Mencerdaskan Masyarakat Melalui BMW PK (Buku Masuk Warung dan Pos Kampling)
A. Latar Belakang
a. Secara umum tingkat baca masyarakat kita sangat rendah.
- Prosentase minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,01 persen. Artinya dalam 10.000 orang hanya 1 orang saja yang memiliki minat baca.
- Tingkat minat baca masyarakat Indonesia masih jauh ketinggalan dibanding negara lain seperti Jepang yang mencapai 45 persen dan Singapura 55 persen,
- Tercatat satu buku dibaca sekitar 80.000 penduduk Indonesia.
- Tercatat tahun 2011 produksi buku di Indonesia sekitar 20.000 judul buku. Jika dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang sekitar 240 juta, angka ini sangat memiriskan. Satu buku dibaca 80.000 orang. Jumlah ini sangat tidak masuk akal.
- Di Thailand, hingga tamat dari SMA seorang siswa harus tamat membaca buku hingga 5 Judul (1986-1991). Sementara di Malaysia 6 judul Buku (1976-1980), Singapura 6 judul buku (1982-1983), Jepang 15 judul buku (1969-1972). Negara-negara maju seperti Jerman, Perancis, Belanda mewajibkan siswa SMA harus menamatkan hingga 22-32 judul Buku (1966-1975). Sedangkan di Indonesia, pada tahun 1950-1997 nol buku atau tidak ada kewajiban untuk menamatkan satu judul buku pun. Dan kondisi ini masih berlangsung hingga sekarang.
b. Semua pihak harus bergerak untuk mengampanyekan budaya gemar membaca di kalangan masyarakat. Masyarakat perlu digugah kesadarannya agar meluangkan waktu untuk membaca buku sesuai dengan minat dan kemampuannya.
c. Selama ini pemerintah, swasta dan aktivis LSM sudah berupaya
- Mendirikan taman baca-taman baca di tempat yang bisa dijangkau masyarakat.
- Perpustakaan daerah menggalakkan mobil keliling yang bisa menjangkau daerah-daerah yang kurang fasilitas dan minat bacanya.
d. Namun, selama ini hasilnya belum maksimal.
- Masyarakat masih sedikit yang mendatangi taman bacaan dan mobil keliling.
- Alasannya bermacam-macam adanya karena malu, malas, jaraknya masih terlalu jauh, dan tak punya waktu luang.
e. Masih membutuhkan upaya yang lebih keras dan inovatif untuk mendekatkan jarak lagi anatara masyarakat/publik dengan buku.
- Masih perlu kiat agar orang tak susah payah untuk mendapatkan fasilitas bacaan.
- Harus membuat strategi agar buku mudah diakses dan membuat masyarakat tertarik dengan buku,
f. Beberapa pihak sudah mengembangkan jemput bola dengan menyediakan fasilitas buku bacaan di salon, restoran, bandara, rumah sakit, klinik, kantor swasta/pemerintah dan tempat pelayanan publik lainnya. Namun, upaya itu hanya menyentuh kalangan atas secara ekonomi maupun pendidikan.
- Masyarakat kelas bawah belum menikmati fasilitas seperti itu.
g. Sampai detik ini belum ada buku bacaan (yang dikelola dengan baik) masuk ke warung kopi, warung nasi, warung jajan, pos kamling, dan tempat-tempat yang selalu didatangi masyarakat kecil.
h. Kalau kita mau berfikir lebih mendalam warung dan pos kamling adalah tempat strategis yang efektif dan efisien untuk menggalakkan budaya membaca.
i. Alasannya kenapa harus warung adalah sebagai berikut
- pertama, warung selalu dikunjungi setiap hari oleh masyarakat baik pagi, siang, atau malam.
- Kedua, warung memiliki tempat yang relatif nyaman untuk membaca buku sebab sudah ada fasilitas meja dan kursi.
- Ketiga, warung sudah memiliki bangunan minimal semi permanen yang bisa melindungi buku dari hujan dan panas.
- Keempat, warung sebenarnya juga membutuhkan bahan bacaan. Sebab, berdasarkan survey kami, warung yang ada fasilitas bacaannya lebih ramai daripada yang tidak ada bacaannya. Pengunjung datang ke warung tidak sekedar menikmati makanan tapi juga ingin membaca. Jadi akan ada sismbiosis mutualisme antara pemilik warung dengan pemilik buku.
- Kelima, pengunjung memiliki waktu luang (ada waktu kosong) untuk membaca buku. Waktu kosong itu saat menunggu dilayani, selesasi makan, menunggu antri bayar. Jadi orang tak perlu menyisihkan waktu secara khusus untuk membaca. Istilahnya sambil menyelam minum air.
- Keenam, karena ada simbiosis mutualisme maka pemilik warung pun akan merasa ikut memiliki buku itu (sense of belonging) sehingga diharapkan pemilik juga akan menjaga keberadaan buku itu.
. Selanjutnya mengapa harus pos kamling,
- alasannya hampir sama dengan warung tapi segmennya yang berbeda.
- Segmen pos kamling adalah untuk laki-laki dan waktunya malam hari.
- Biasanya orang yang ada di pos kamling hanya duduk sambil menghabiskan waktu malam. Selama menghabiskan waktu itu mereka melakukan aktivitas yang kurang bermanfaat dan cendrung sia-sia seperti ngerumpi, main gaple, main catur, dan hal-lal lain.
- Oleh karena itu mereka sebenarnya butuh alternatif untuk mengisi waktu tersebut. Dan, buku adalah alternatif terbaik bagi mereka.
k. Perlu dipahami juga bahwa untuk menjalankan program Buku Masuk Warung dan Pos Kamling ini sederhana dan tidak ruwet.
- Tidak membutuhkan dana yang besar
- Bisa dilaksanakan secara perorangan maupun secara kelompok
- Bisa dilaksanakan kapan saja
- Yang dibutuhkan adalah komitmen, kemauan, dan kepedulian
B. Nama Ide
Ide ini bernama : Mencerdaskan Masyarakat Melalui BMW PK (Buku Masuk Warung dan Pos Kamling)
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas tujuan ide ini adalah sebagai berikut :
a. Memberi wahana atau tempat dan fasilitas buku bacaan yang mudah dan murah untuk diakses masyarakat khususnya kelas bawah.
b. Memberikan alternatif kepada masyarakat untuk mengisi waktu yang kosong dengan kegiatan yang bermanfaat
c. Meningkatkan minat baca masyarakat/membudayakan membaca
D. Manfaat Ide
Manfaat Ide adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat akan mudah mengakses buku bacaan yang bermanfaat sesuai dengan minat dan kebutuhannya
b. Masyarakat mendapat alternatif untuk mengisi kekosongan waktunya
c. Tingkat baca masyarakat akan meningkat
E. Teknis Pelaksanaan
Berikut ini teknis pelaksanaan ide ini
1. Relawan BMW PK mendata warung dan pos kamling yang akan jadi sasaran
2. Kriteria warung yang layak jadi sasaran adalah
a. pemiliknya memiliki karakter yang baik dan goddwill terhadap program BWK PK sebab tak semua pemilik warung kooperatif
b. kondisi warung permanen/semi permanen. Setidaknya terlindung dari hujan agar buku tetap dalam kondisi yang baik
c. memiliki pengunjung yang relatif banyak dan tetap. Ini hanya prioritas jika relawan memiliki keterbatasan buku
3. Relawan BMW PK mendatangi pemilik warung dan menjelaskan program BMW PK. Penjelasan harus persuasive dan dengan bahasa yang bisa dipahami oleh pemilik warung (disesuaikan dengan tingkat pendidikannya)
4. Relawan BMW PK membuat persetujuan dan kesepakatan bersama dengan pemilik warung yang meliputi hak dan kewajiban kedua belah pihak berkaitan dengan program BMW PK. Kesepakatan dan persetujuan jangan terlalu formal dan mengikat sebab pemilik bisa menolak jika terkesan program BMW PK ruwet.
5. Relawan mendata secara umum pengunjung untuk menentukan jenis buku yang tepat untuk ditempatkan di warung .
6. Jenis buku yang akan ditempatkan di warung disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan kesenangan/hobby pengunjung warung
7. Relawan BMW PK menyiapakan tempat untuk mendisplay buku agar terjaga dan kelihatan rapi
8. Tempat buku bisa berupa rak, kardus, plastik, dan wadah lainnya
9. Tempat buku dibuat semenarik mungkin agar orang tertarik untuk membaca bukunya
10. Buku diberi stiker dengan tulisan “Untuk dibaca di tempat. Jangan di Bawa Pulang”
11. Relawan BMW PK mengecek kelengkapan buku( lengkap atau tidak), dan mengganti buku secara berkala minimal seminggu sekali.
12. Untuk mengetahui minat pengunjung disediakan form pesanan buku yang diisi oleh pengunjung warung
13. Untuk mengetahui jumlah pembaca disediakan alat tulis dan buku daftar pembaca buku untuk diisi pengunjung
14. Untuk memotivasi dan menarik pengunjung agar mau membaca buku, secara berkala bisa dilakukan promosi dengan mengadakan kuis seputar pengetahuan yang ada dalam buku. Yang benar akan mendapatkan hadiah, misal discount 500 sd 1000 atau bonus camilan senilai Rp 500 sd Rp 1.000 di warung tersebut. Jadi tetap bisa saling menguntungkan dengan pemilik warung.
15. Untuk menyiasati keterbatasan buku maka relawan BMW PK bisa menggilir buku dari warung/pos satu ke warung/ yang lainnya.
F. Tahapan Yang Perlu Dilaksanakan
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pengawasan
d. Evaluasi
G. Pendanaan
Untuk melaksanakan ide ini dibutuhkan dana untuk :
- pengadaan buku bacaan
- pengadaan tempat buku bacaan
- pengadaan atk
Adapun sumber dananya bisa berasal dari
1. dana alokasi pemerintah desa untuk perpustakaan desa
2. Sumbangan masyarakat kelompok/perorangan
3. Sumbangan CSR lembaga/instansi/perusahaan milik negara/swasta
4. Sumbangan lain yang tidak mengikat
Besarnya dana sangat tergantung dari jumlah warung atau pos kamling yang dicover.
H. Sumber Buku
Agar efisien dalam pendanaan maka untuk pengadaan tak harus membeli tapi buku bisa diambil dari beberapa sumber berikut ini.
1. Sumbangan Perpustakaan Daerah
2. Koleksi Perpustakaan Desa/Kelurahan
3. Sumbangan dari CSR Pihak lembaga/instansi/perusahaan pemerintah/swasta,
4. Sumbangan dari masyarakat kelompok/perorangan