Mohon tunggu...
Fauziany Rosita Putri
Fauziany Rosita Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Mahasiswa Ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030054

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Anak Tidak Suka Dekat-Dekat dengan Orang Tua?

30 Maret 2021   14:25 Diperbarui: 30 Maret 2021   14:33 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertengkaran seorang anak dengan orang tuanya kini marak terjadi dimana-mana. Hal ini karena kurangnya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, yang menyebabkan hal tersebut sering dijumpai. Memang setiap orang memiliki pendapat dan saran masing-masing, dan tidak jarang juga terjadi perselisihan karena perbedaan pendapat. Seorang anak merasa kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua, sedangkan orang tua merasa anak mereka itu sulit diberitahu dan mulai menjaga jarak.

Setiap anak pasti memiliki keinginan masing-masing. Disamping itu, orang tua berperan penting dalam  mengawasi dan membimbing anak agar hal yang diinginkan dapat tercapai dengan jalan yang  baik dan benar. Hal pertama yang harus dilakukan oleh orang tua yaitu mengenal lebih dalam kesehatan mental pada diri anak, dan menanyakan hal apa yang diinginkan. Banyak kasus anak yang mudah emosi, dan susah diatur, itu karena keinginan anak yang tidak didengar oleh orang tua.  Jangan sering menyalahkan anak jika pecapaiannya belum berhasil. Orang tua harus mengapresiasi pencapian anak dan jangan pernah mengungkit hal tersebut yang menurut mereka sensitif.

Banyak anak yang jarang dekat dengan orang tuanya karena beberapa hal, berikut saya jelaskan beberapa penyebabnya. Yang pertama yaitu orang tua yang terlalu banyak mengkritik anak, tapi tidak pernah dipuji usaha dan keberhasilannya. Dalam hal ini, orang tua tidak memiliki perasaan, karena anak sudah banyak berusaha untuk mencari perhatian dari orang tuanya, namun yang mereka dapat hanya kritikan, atau malah ketika ia sudah mencapai keberhasilannya, orang tua tidak pernak mengapresiasi atau memuji hasil usaha dari anak.

Yang kedua yaitu, tidak pernah mendengarkan, dan menghargai keinginan dari anak. Anak adalah buah hati dari orang tua, orang tua mencari nefkah untuk menghidupi keluarga yang didalamnya juga terdapat anak. Jadi, orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anak, dan jika bisa mendengarkan keperluan apa yang sedang diinginkan anak. Jika keinginan anak sulit dikabulkan, hargai keinginan anak tersebut, sampaikan dengan baik, jika hal tersebut belum bisa orang tua berikan karena mungkin kendala misalnya kendala ekonomi atau pun yang lainnya. Jelaskan hal tersebut kepada anak, dan buat anak mengerti, namun jangan terlalu menyalahkan anak.

Penyebab ketiga mengapa anak tidak suka dekat-dekat dengan orang tua  yaitu, selalu memarahi anak jika ada salah, tanpa mendengarkan alasan dan penjelasan kenapa anak melakukannya. Banyak anak yang merasa tidak suka jika dimarahi orang tua, apalagi hal itu dilakukan ditempat umum atau ditempat yang ramai. Anak akan merasa malu jika dimarahi orang tua didepan umum, namun orang tua tidak memahami hak tersebut. Memarahi anak itu boleh-boleh saja, namun harus melihat situasi anak dan juga kondisi sekitar. Jika anak sedang merasa kacau atau cemas, jangan marahi anak, Tanya saja dengan pertanyaan yang lembut, agar anak dapat menjelaskan mengapa ia bisa melakukan hal yang mungkin orang tua khawatirkan atau cemaskan. Orang tua harus mendengarkan mengapa anak melakukannya. Cukup menahan emosi dan sabar menghadapi anak, karena mungkin apa yang orang tua lakukan ini akan membuahkan hasil.

Alasan yang keempat ini yang mungkin paling sering dilakukan oleh orang tua, yang sangat membuat seorang anak itu malas untuk dekat-dekat dengan orang tuanya. Yaitu, ketika selalu diungkit-ungkit kesalahan seorang anak, yang sudah lalu, namun usaha anak untuk berubah tidak pernah dihagai dan didengarkan sama sekali oleh orang tua. Hal ini biasa terjadi kepada orang tua yang suka mengungkit-ungkit masalah yang lalu, masalah yang kecil dibesar-besarkan, dan hal tersebut membuat anak merasa tidak dihargai. Yang menurut anak hal kecil tersebut dapat ia selesaikan dan perbaiki, malah dibesar-besarkan oleh orang tua, dan malah diungkit masalah yang lalu dibawa-bawa kedalam masalah yang sebenarnya tidak nyambung kedalam masalah yang sedang terjadi. Dan juga usaha seorang anak untuk berubah itu tidak dihargai. Hal ini juga membuat anak jadi merasa sangat melas untuk dekat-dekat dengan orang tua. Ketika anak melakukan kesalahan, ia berusaha meminta maaf kepada orang tua, atau malah anak tersebut menunjukkan bahwa ia sudah mulai berubah dari yang sebelumnya membuat orang tua marah berubah menjadi yang lebih baik, namun orang tua tidak menghargai usaha anak tersebut untuk berubah, hal itu akan memperparah hubungan antara anak dan juga orang tua. Sehingga anak-anak akan berfikir, mengapa harus berubah ke yang lebih baik, toh perubahan yang ia lakukan tidak pernah dihargai.

Jika kalian menjadi orang tua, stop lakukan hal-hal tersebut kepada anak. Orang tua itu diharapkan menjadi teman kepada anak saat dirumah, agar ia lebih terbuka. keterbukaannya tersebut kepada orang tua, dapat berdampak baik pada anak dikemudian hari, misalnya anak akan lebih mudah oercaya diri, pintar dalam berbicara, dan tidak pernah melakukan kobohongan, baik kepada orang tua ataupun kepada orang lain. Jadi buat anak merasa nyaman dirumah, tanpa anak merasa dikekang oleh orang tua. Ia ingin dirumah juga memiliki teman, sehingga orang tua harus siap jika anak mengeluh tentang apa yang telah ia jalani hari ini, dan orang tua harus mendengarkan argumen dari sisi anak, dan kemudian hal tersebut akan menjadi pelajaran kepada anak, cara berdiskusi dan memecahkan masalah dari argumen-argumen yang dilontarkan anak dan orang tua.

Sebaiknya, sebelum menikah dan memiliki anak, calon orang tua harus belajar mengenai mental health. Sehingga dalam dunia praktiknya dapat berjalan dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun