Selain itu, adanya isu SARA yang sedang membelit Ahok tentu sedikit besarnya sangat berpengaruh. Pasalnya kedua pasangan calon harus memperebutkan suara dari pasangan Agus-Sylvi yang cukup lumayan sebesar 17,06%. Meskipun Agus-Sylvi memilih bersikap non-blok pada putaran kedua, namun suara pendukung Agus-Sylvi tentu akan lebih cenderung beralih ke pasangan Anies-Sandi. Sebab mereka yang memilih Agus-Sylvi tentu menginginkan gubernur baru bagi Jakarta. Dan jika ditotal suara pemilih yang menginginkan gubernur baru tersebut adalah sebesar 57,03% berbanding 42,97% memilih gubernur lama.
Hasil survei yang dilakukan oleh Poltracking menunjukkan bahwa 40% warga DKI Jakarta adalah pemilih rasional yaitu pemilih yang mempertimbangkan visi-misi serta program kerjanya. 30% pemilih sosiologis yaitu tipe pemilih yang memilih berdasarkan kesamaan agama, suku, ataupun kelompok. Dan 20% psikologis yaitu tipe pemilih yang memilih pasangan calon berdasarkan sopan-santunnya, kegantengannya, dan budi pekerti. Â Artinya dari kedua pasangan calon yang mempunyai visi-misi dan program kerja yang bagus, Anies-Sandi lebih unggul dibandingkan dengan Ahok-Djarot. Pasangan Anies-Sandi mempunyai program kerja unggulan Ok-Oce yang lebih berfokus pada penyediaan lapangan pekerjaan, serta adanya DP rumah 0% bagi warga Jakarta tentu akan menarik pemilih rasional.
Berdasarkan pemaparan opini, data-data dan fakta, berita terkini, serta teori pendukung yang ada, maka penulis berkesimpulan bahwa pilgub DKI Jakarta 2017 putaran kedua akan dimenangkan oleh pasangan Anies-Sandi. Namun, keduanya tetap akan bersaing ketat dan mungkin perolehan suara keduanya tidak akan terlampau jauh. Menarik untuk kita nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H