Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi
Muhammad Fauzi Mohon Tunggu... Freelancer - Sosialistik

Pemuda penggerak

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Edhy Prabowo, Korupsi, Ronaldo, dan Istri Sholiha

11 Juli 2021   03:01 Diperbarui: 11 Juli 2021   03:34 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mewarnai perhelatan EURO 2020, beberapa waktu lalu Vidio tiktok di penuhi dengan vidio fans mega bintang sepakbola yaitu Cristian Ronaldo. Dimana dalam ada beberapa vidio menampilkan bahwa untuk mengukur kehebatan seseorang itu bukan dari pengakuan diri sendiri, melaikan diakui oleh orang lain bahkan oleh rivalnya. Sehingga, untuk meneguhkan kalau sang mega bintang adalah salah satu pemain sepak bola terbaik diabad ini, ditampilkan lah cuplikan pengakuam dari pemain lain akan kehebatan dari Ronaldo.

Bahkah, perhelatan kompetisi sepak bola termegah se antero eropa ini bisa jadi ratingnya tinggi berasal dari salah satunya kehausan para fans Ronaldo yang setia untuk menonton aksi idolanya di lapangan hijau. Sekalipun sudah tim Portugal sudah gugur, ya sudahlah. Kita nikmati saja pertarungan Itali vs Inggris di laga final nanti.

Tapi, tulisan ini sebenarnya bukan mau membahas tentang persepak bolaan. Hanya ingin meneruskan keheranan. Ketika orang hebat adalah orang yang diakui hebat oleh orang lain.

Di negri kita tercinta ini ada orang minta bebas dari hukuman kasus suap ekspor benur, karena merasa dia bersama orang yang hebat / shaliha. Mungkin sang istri yang dia anggap Sholiha, benar memang sholiha. Karena memang itu bukan pengakuan "pribadi" dari diri istrinya.

Tetapi meminta bebas hukuman kasus korupsi hanya karena bersama sang istri sholiha, bukanlah perilaku sholih.

Korupsi, ya korupsi. Yang punya konsekwensi hukum. Minta bebas karena punya istri sholiha itu jauh sekali nalarnya.

Ketika tuntutan sudah di sahkan. Maka, hukuman yang di jatuhkan oleh hakim ya harus di jalani. Anggap saja itu bentuk perjalanan. Karena sudah menyia-nyiakan kesempatan hidup bersama istri sholiha, tetapi tindak tanduk menjadi pejabat tidak menampakkan laku yanh sholih. Korup contohnya.

Sang istri mungkin memang sholihah. Insyallah.
Tapi, karena berani korupsi yang membuat negara rugi. Rugi materi, rugi moral. Maka, ijinkan kami menilai anda belum dapat percikan ke sholihan dari sang istri.

Anda sholih, kalo mau fair mengakui melakukan kesalahan dan tidak usah minta bebas kalau memang sudah sah dapat hukuman.

Semoga anda segera mendapat percikan kebaikan keluarga anda. Bukan malah keluarga anda yang menanggung beban berat, dari ulah anda mengocar-ngacirkan ke sholihan keluarga anda.

Semoga besok anda jadi Ronaldo. Aamin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun