Mohon tunggu...
Muhammad Fauzi
Muhammad Fauzi Mohon Tunggu... Freelancer - Sosialistik

Pemuda penggerak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Kretek hingga Nasionalisme Sumber Daya Rawan Indonesia

16 Maret 2018   16:46 Diperbarui: 18 Maret 2018   09:07 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tentunya bisa di bayangkan saja keuntungan yang bisa di raup dari bisnis rokok di Indonesia. Melihat budaya yang sudah teruji yang ada pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Konsistensi masyarakat dalam konsumsi rokok dan tetap percaya bahwa rokok bukan sekedar bisa menghilangkan penat dalam fikiran dan sebagainya, tapi hal ini juga tentang sajarah dan filosofi adanya rokok sebelum dan sesudah adanya bangsa ini. Imbasnya adalah bagaimanapun pemeritah terus menaikkan harga rokok dan kampanye bahawa rokok tidak pernah menurunkan dan membuat jera masyarakat untuk menghentikan budaya yang sudah dianggap tidaknberbahaya ini. Berangkat dari kesimpulan inilah kondisi tembakau Indonesia menjadi lahan untuk dikuasai pihak asing atau bahkah sudah terlanjur kecolongan.
Sesuai dengan apa yang ingin di sampaikan pada artikel ini. Jangan sampai hal-hal seperti diatas terjadi lagi pada potensi yang baru-baru ini seakan – akan di genjot perkembangannya oleh pemerintah. Satu contoh saja tentang Indistri kelapa sawit. Jika melihat data terbaru yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara terbesar nomer 1 di dunia penghasil kelapa sawit, yang ekpansi ekspornya jelas keluar negeri. Dilansir dalam CNN Januari 2018, kebijakan kontroversional tentang subsidi 7,5 triliun untuk pengembangan kelapa sawit mengindikasikan bahwa pemerintah tidak mau main-main berbicara kelapa sawit. Walaupun memang disisi lain kenyataanya saat ini perusahaan terbesar yang ada di Indonesia di pegang oleh asing. Semoga kasus ini juga tidak termasuk dalam lingkaran konspirasi koorporasi asing untuk membunuh Indonesia. Hal penting yang lain, pemerintah saat ini jangan sampai kecolongan dalam berbicara tentang kelapa sawit. Indoneia harus berani dan mau belajar dari pola-pola kapitalis global untuk menguasai sepenuhnya kekayaan alam Indonesia. 

Kebijakan yang dilakukan dibidang pengembangan kelapa sawit yang telah dilakukan bukan termasuk langkah penghianatan atau main mata penguasa negri ini dengan para bos besar perusahaan kelapa sawit yang ada di bumi pertiwi. Kebijakan-kebijakan yang hati-hati dan berangkat atas usaha memakmurkan rakyat harus menjadi fondasi awal untuk pengembangan kelapa sawit kedepan. Indonesia harus berani menjadi negara yang berhak berbicara banyak tentang kelapa sawit, dengan bukti modal bahwa menjadi salah satu negara memiliki pengaruh terhadap kelapa sawit dunia. Regulasi yang berbau konspirasi penghancuran usaha industri kelapa sawit dalam negeri harus berani dilabrak. Seperti apa yang dilakukan eropa beberapa tahun belakangan ini, yang ingin mengganggu pengembangan sawit Indonesia. Indonesia harus didepan melakukan perlawanan regulasi dan mau untuk bersaing memberikan bukti-bukti riset dan sebagainya, bahwa kelapa sawit masih sangat dibutuhkan dunia. Walaupun disisi lain juga harus menyiapkan kemampuan Indonesia mandiri sawit dari hulu hingga hilir menjadi pusat pengembangan kelapa sawit dunia. Mulai dari kelembagaan, riset hingga sarana dan prasarana. Agar pengembangan kelapa sawit yang sudah dianggap merusak alam oleh beberapa pihak ini, bisa membayar dengan meningkatnya kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Masyarakat harus mendapatkan manfaat penuh atas pengembangan kelapa sawit yang sudah terlanjur ada di Indonesia. Modal alam yang mampu menumbuhkan kelapa sawit skala besar hingga menjadi negara nomer 1 penghasil kelapa sawit di dunia. Harus menjadikan bangsa ini memiliki ruang paling luas jika berbicara kelapa sawit. Tidak boleh kalah dan tidak boleh terbodohi oleh negara lain yang mengincar kekayaan dari alam nusantara ini. Tembakau dan kretek seharusnya sudah bisa memberikan pelajaran bahwa dunia sangat kejam untuk bisa menjadikan bangsa ini hanya sebagai alat untuk mensejahterakan orang asing. Kelapa sawit harus menjadi titik awal membalikkan keadaan untuk bangsa ini berbicara banyak di hapan dunia. 

Cukupkan segala cara ekspansi orang asing untuk merebut semua anugerah tuhan yang diberikan kepada bangsa ini melalui kekayaan alamnya. Semua harus sadar dan membuka mata untuk tidak menggunkan ego masing-masing dalam melihat potensi bangsa ini. Pemerintah sudah tidak boleh keras kepala hanya berfikir mensejahterakan dirinya sendiri. Rakyat sudah harus dilihat dengan hati nuraninya. Kesejahteraan rakyat harus diletakkan di barisan paling depan dalam kerja-kerja pengabdiannya. Rakyat pun tidak boleh diam dalam menghadapi tantangan berat bangsa ini kedepan. Karya-karya kreatif harus terus di galakkan dan jangan mau untuk ditawar murah oleh orang-orang asing. Agar pengalaman miris dari ekploitasi sumberdaya alam semacam temabakau dan komuditas lain yang sudah terlanjur dikuasai hari ini, tidak terulang kembali besok, lusa hingga lahirnya generasi baru kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun