Salah satu kekhawatiran terbesar adalah otomasi pekerjaan. Banyak pekerjaan tradisional, khususnya di sektor manufaktur, logistik, dan bahkan layanan pelanggan, mulai tergantikan oleh mesin AI. Hal ini memunculkan pertanyaan besar: bagaimana manusia bisa beradaptasi dengan perubahan ini?
2.Etika dan Keamanan
  AI juga membawa risiko di bidang etika. Misalnya, penyalahgunaan teknologi pengenalan wajah untuk pengawasan massal atau penggunaan deepfake yang dapat menyebarkan informasi palsu. Selain itu, muncul kekhawatiran tentang bias algoritma, di mana keputusan yang dihasilkan AI dapat mendiskriminasi kelompok tertentu.
3.Ketergantungan pada Teknologi
  Dalam jangka panjang, manusia mungkin menjadi terlalu bergantung pada AI untuk menyelesaikan masalah, hingga kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis. Ketergantungan ini juga dapat menjadi ancaman jika sistem AI mengalami kegagalan atau diretas oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Langkah ke Depan: Mengelola AI dengan Bijak
Perkembangan AI bukanlah sesuatu yang bisa dihentikan, tetapi harus dikelola dengan bijak. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
1.Regulasi dan Kebijakan
  Pemerintah dan lembaga internasional perlu membuat regulasi yang jelas terkait penggunaan AI, termasuk aspek privasi, keamanan data, dan etika. Misalnya, Uni Eropa telah memulai langkah ini melalui AI Act, yang bertujuan mengatur penggunaan teknologi AI di sektor publik dan swasta.
2.Pendidikan dan Pelatihan
  Masyarakat perlu dipersiapkan menghadapi revolusi AI melalui pendidikan yang relevan, seperti literasi teknologi, coding, dan pemahaman etika digital. Selain itu, pelatihan ulang (reskilling) harus diberikan kepada pekerja yang pekerjaannya terancam oleh otomasi.