Dari data penduduk serta data levelisasi tingkat pendidikan merupakan potensi dasar bagi Nagari. Potensi dasar tersebut jika disanding dengan keahlian individu masing-masing penduduk pada usia kerja merupakan sebuah potensi yang besar untuk pengembangan Nagari. Lebih lanjut jika data ini disanding dengan data sumber daya alam, maupun sumber daya buatan yang ada di Nagari maupun di wilayah sekitar Nagari akan menjadi sebuah kebijakan yang besar dampaknya.
Sebuah tantangannya adalah mengelola potensi tersebut menjadi sumber keunggulan bagi Nagari. Konsep keunggulan cukup dipatok kepada dua bagian, yaitu keunggulan bersaing (kompetitif) dan keunggulan pembeda (komparatif). Konsep keunggulan bersaing dimiliki oleh sebagian besar Nagari, tetapi konsep dan potensi keunggulan pembeda hanya bisa muncul melalui dukungan sumber daya manusia yang berkualitas.
Semua Nagari memiliki lahan pertanian. Sebagian besar Nagari memiliki pasar. Begitu juga pada wilayah pesisir, semua Nagari memiliki pantai. Tetapi untuk saat ini belum ada yang muncul komparatif antar Nagari di Padang Pariaman, maupun dengan desa/lurah di luar Padang Pariaman.
Bagi Nagari yang sudah memiliki potensi yang berbeda, bagaimana menata dan mengelola perbedaan tersebut sehingga menjadi komparasi yang kuat. Pengelolaan secara berkelanjutan melalui kebijakan yang komprehensif dengan melibatkan semua pemangku kepentingan. Dengan hal tersebut, maka komparasi yang akan menjadi branding bagi Nagari.
Ambil contoh kuliner gulai tunjang Pasa Balai Baru Nagari Balah Aie. Pengelolaan kebijakan yang berbasis branding gulai tunjang dapat dilakukan secara komprehensif. Misalnya, melibatkan semua pemangku kepentingan dalam menata pasar; menciptakan manajamen pasar yang profesional; membangun pasar secara modern dengan melibatkan perantau sebagai investor; pembinaan higienis terhadap produk gulai tunjang serta produk kuliner terkait lainnya; promosi kuliner; dan lain-lain.
Dalam konsep kompetitif maupun komparatif pasar, maka bisa muncul komparatif misalnya lapek barajuik Pasa Pakandangan, Sate Pical Pasa Sungai Limau, godok batinta Pasa Aua Malintang, bubua kampiun Pasa Sungai Sariak, Sate Pasa Padang Alai, dan lain-lain.
Begitu juga dengan ikan bakar di Gasan Gadang, di Pasie Baru, di Ulakan. Â Termasuk komparatif Pasar Ternak Sungai Sariak, Pasar Ternak Pakandangan yang bisa dikembangkan dalam level yang lebih luas tidak hanya Padang Pariaman tetapi Sumatera Barat. Jadi masing-masing akan berkembang secara komparatif. Â
Saatnya melihat lebih tajam, dan menganalisa lebih dalam untuk keunggulan komparatif.
Ketiga, mengurangi ketergantungan keuangan dari dana transfer. Seluruh Nagari di Padang Pariaman menggantungkan anggaran kepada dana transfer baik dari APBD dalam bentuk alokasi dana Nagari (ADN) maupun dari APBN melalui Dana Desa. Dana transfer memiliki kebijakan yang sudah diatur dari Pemerintah Pusat/Daerah terkait penggunaannya, sehingga ruang gerak untuk kreatifitas agak terbatas. Walapun terbatas, sebenarnya Pemerintah Nagari bisa melakukan terobosan dengan yang sedikit tersebut untuk melahirkan kebijakan yang lebih produktif. Produktif untuk menciptakan sumber pendapatan Nagari. Dengan munculnya sumber pendapatan Nagari, secara bertahap pemerintah Nagari bisa lebih mandiri.
Jika kita mau sedikit terbuka, anggaran tersebut bisa digunakan untuk hal yang produktif. Misalnya pada sektor perekonomian untuk pengembangan pasar melalui manajemen pasar Nagari yang profesional. Sehingga pasar Nagari memiliki legalitas dari segi lahan; lebih baik pengelolaan; dan memberi jaminan dalam berusaha bagi pedagang. Yang lebih penting, melalui manajamen yang profesional, pasar Nagari bisa menjadi bersih, tertib, dan tentu juga menarik. Jika pasar Nagari sudah menarik tentu akan menjadi sumber perekonomian di Nagari. Membawa manfaat bagi penduduk maupun institusi Nagari.
Pertanyaannya, maukah kita duduk bersama, satu pandangan bersama dalam mengelola pasar Nagari?