Mohon tunggu...
Fauziah Utami
Fauziah Utami Mohon Tunggu... Bankir - Assalamualaikum

Fauziah Utami, S.IP -Bankir -Travel Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Baduy Dulu, Kini dan Akan Datang

3 April 2016   22:11 Diperbarui: 7 Januari 2024   16:08 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang kemajemukan di Indonesia tidak akan pernah habis untuk dibahas. Indonesia dengan berbagai suku, adat istiadat dan budayanya memiliki daya tarik tersendiri untuk dapat terus kita kaji. Ragam budaya Indonesia mengingatkan saya pada perjalanan di tahun 2007. Ketika itu saya masih duduk dibangku kuliah disalah satu Universitas Swasta di Bandung. Untuk mendukung materi salah satu mata kuliah, kampus kami mengadakan learning trip ke suku Baduy. Ini merupakan pengalaman pertama saya mengunjungi perkampungan adat.

Suku Baduy terletak di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Jarak dari Bandung- Lebak sekitar 5-6 jam. Perjalanan yang cukup jauh ditambah cuaca Banten yang panas pada saat itu membuat kita bercucuran keringat karena seingat saya busnya tidak ada fasilitas AC hahaha....Setelah menempuh jarak berjam-jam akhinya kita tiba di Desa Ciboleger. 

Saya kira karena bus sudah berhenti tanda kita sudah sampai ke perkampungan suku Baduy. Ternyata perkiraan saya salah, perjalanan masih panjang untuk masuk ke perkampungan suku Baduy kita harus berjalan dulu kurang lebih 3 jam menuju Desa Kanekes.

Petualangan saya pun dimulai dari perjalanan menuju Desa Kanekes. Medan yang ditempuh untuk menuju perkampungan Baduy ternyata tidak mudah. Kita akan merasakan naik turunnya jalan bebatuan kemudian melewati sungai dan jembatan-jembatan. Untuk yang tidak terbiasa mendaki akan merasakan kelelahan fisik seperti yang saya rasakan. Selama perjalanan kaki terasa mulai pegal dan nafas menjadi tidak beraturan karena kelelahan. But, its ok! ini menjadi tantangan tersendiri buat saya. Dan semua itu terbayar dengan pemandangan alam yang indah selama perjalanan. Melihat hijaunya pepohonan, menghirup udara yang bersih dan segar dan mendengar suara air sungai yang mengalir benar-benar suasana yang masih alami jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

Salah satu jembatan di Baduy. Sumber: dokumen pribadi
Salah satu jembatan di Baduy. Sumber: dokumen pribadi

Senja dikala itu menandai saya beserta rekan-rekan kampus tiba di perkampungan Baduy. Terlihat warga Baduy sedang duduk dan asik bercengkrama satu sama lain. Sekilas warga Baduy tidak jauh berbeda dengan warga lain pada umumnya. Namun, jika dicermati terdapat kekhasan tersendiri seperti letak rumah yang dibangun mengikuti permukaan tanah dan model rumah yang menyerupai saung alakadarnya hanya berpondasi bahan dasar bambu. Lingkungan disekitar terlihat bersih bebas dari sampah. Tidak ada fasilitas listrik dan untuk kegiatan MCK dilakukan di sungai karena di dalam rumah tidak ada kamar mandi. Untuk mata pencaharian memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia seperti bercocok tanam.

Model dan bangunan rumah Baduy. Sumber: dokumen pribadi
Model dan bangunan rumah Baduy. Sumber: dokumen pribadi

Malam pun kian larut di perkampungan Baduy. Tidak ada kebisingan kendaraan, televisi, bahkan handphone pun tidak dapat digunakan karena signal yang tidak stabil. Disini yang terdengar hanya gemiricik air membasahi tanah Baduy karena dikala itu sedang turun hujan. Suasana terasa sepi dan senyap jauh dari kata modern. Sesekali terdengar suara alunan gamelan mengiringi istirahat kami di rumah Baduy.

Keesok harinya, Baduy terasa sejuk dipagi hari. Terlihat aktivitas warga Baduy yang berjalan sambil memikul kayu bakar dan para remaja yang sedang menjajakan kerajinan khas Baduy. 

Untuk sarapan pagi, sudah disiapkan oleh warga Baduy. Menunya sederhana hanya ada mentimun, sambal dan ikan yang dimasak dengan peralatan dapur yang masih tradisional. Meskipun begitu, rasanya entah kenapa tetap terasa enak.

Makanan dan Peralatan Dapur Suku Baduy. Sumber: dokumen pribadi
Makanan dan Peralatan Dapur Suku Baduy. Sumber: dokumen pribadi

Dari review perjalanan saya ke Baduy, terdapat hal yang menarik dari gaya hidup warga Baduy. Mereka dengan budaya lokalnya, yang jauh dari kata modern, mampu menunjukan eksistensinya hingga saat ini. Seolah tidak tergiur dengan segala hal yang berbau globalisasi. Warga Baduy tetap hidup dan berpegang teguh pada aturan dan adat istiadat yang diwariskan oleh para nenek moyang mereka semenjak zaman dahulu.

Nilai kesederhanaan, keuletan, toleransi dan perlunya menjaga kelestarian alam masih terlihat jelas di lingkungan perkampungan Baduy. Hal tersebut tidak lepas dari kesadaran warga Baduy yang tinggi dalam menjaga dan mempertahankan budaya lokalnya. Bukankah kelestarian dari budaya itu tergantung pula dari sikap warganya itu sendiri? Ingin mempertahankan agar tetap lestari atau membiarkannya sehingga lama kelamaan akan punah?

Kini, budaya lokal di Baduy menghadapi tantangan untuk dapat bertahan di tengah modernisasi yang semakin berkembang. Tidak menutup kemungkinan kelak budaya lokal di Baduy pun akan hanyut dalam arus globalisasi. Akan tetapi, faktor tersebut saya rasa tidak perlu kita khawatirkan selama warga atau masyarakatnya memiliki kesadaran untuk melestarikan kebudayaannya dan hal tersebut tercermin dari keseharian hidup yang diterapkan oleh warga Baduy.

Dengan begitu, saya meyakini budaya lokal di Baduy akan tetap lestari dalam waktu yang lama. Sehingga dapat dijadikan warisan budaya untuk generasi penerus. Perbedaan gaya hidup dari suku Baduy dapat kita maknai kembali sebagai manifestasi budaya lokal yang berkelanjutan yang perlu kita hargai. Kekhasan suku Baduy akan tetap menjadi bagian dari Identitas Nasional yang menjadi ciri khas bangsa,  yang membedakan bangsa kita dengan bangsa lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun