Dari review perjalanan saya ke Baduy, terdapat hal yang menarik dari gaya hidup warga Baduy. Mereka dengan budaya lokalnya, yang jauh dari kata modern, mampu menunjukan eksistensinya hingga saat ini. Seolah tidak tergiur dengan segala hal yang berbau globalisasi. Warga Baduy tetap hidup dan berpegang teguh pada aturan dan adat istiadat yang diwariskan oleh para nenek moyang mereka semenjak zaman dahulu.
Nilai kesederhanaan, keuletan, toleransi dan perlunya menjaga kelestarian alam masih terlihat jelas di lingkungan perkampungan Baduy. Hal tersebut tidak lepas dari kesadaran warga Baduy yang tinggi dalam menjaga dan mempertahankan budaya lokalnya. Bukankah kelestarian dari budaya itu tergantung pula dari sikap warganya itu sendiri? Ingin mempertahankan agar tetap lestari atau membiarkannya sehingga lama kelamaan akan punah?
Kini, budaya lokal di Baduy menghadapi tantangan untuk dapat bertahan di tengah modernisasi yang semakin berkembang. Tidak menutup kemungkinan kelak budaya lokal di Baduy pun akan hanyut dalam arus globalisasi. Akan tetapi, faktor tersebut saya rasa tidak perlu kita khawatirkan selama warga atau masyarakatnya memiliki kesadaran untuk melestarikan kebudayaannya dan hal tersebut tercermin dari keseharian hidup yang diterapkan oleh warga Baduy.
Dengan begitu, saya meyakini budaya lokal di Baduy akan tetap lestari dalam waktu yang lama. Sehingga dapat dijadikan warisan budaya untuk generasi penerus. Perbedaan gaya hidup dari suku Baduy dapat kita maknai kembali sebagai manifestasi budaya lokal yang berkelanjutan yang perlu kita hargai. Kekhasan suku Baduy akan tetap menjadi bagian dari Identitas Nasional yang menjadi ciri khas bangsa, Â yang membedakan bangsa kita dengan bangsa lainnya.