Mohon tunggu...
Fauziah
Fauziah Mohon Tunggu... Dosen - Serenity

I will be back

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bukan Cinta Biasa

4 Oktober 2012   01:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:17 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jejaring sosial satu ini menjadi media yang sangat di favoritkan semua kalangan di Indonesia. Mulai dari bayi baru lahir yang orangtuanya hobi internetan, anak kecil yang baru mengenal huruf bahkan sampai yang sudah sepuh punya akun facebook. Facebook benar-benar tidak mengenal batasan. Bisa diakses dengan sangat mudah dari perangkan HP yang sangat jadul, apa lagi perangkat yang modern. Tidak mengenal level sosial, miskin-kaya, anak sekolahan-bukan sekolahan, di kampung di kota. Siapa saja dan dimana saja tak terbatas.

Hehehee... terlalu serius? Santai saja... dibalik efek negatif itu masih banyak efek positif yang masih bisa kita gali. Facebook bisa menghubungkan kita dengan sanak saudara atau teman-teman yang sedang berada di luar negeri dengan biaya minim, ya biarpun sangat banyak media lain saat ini. Bertemu dengan sahabat lama yang sudah kehilangan komunikasi dalam jangka waktu yang sangat lama. Dapat jodoh di facebook, itu bukan lagi hal yang mustahil saat ini. Bisnis murah meriah namun memberikan banyak keuntungan. Dan masih adaberjuta kisah tentang facebook.

Begitu juga dengan ku. Lagi-lagi sebagai pengguna facebook yang setia aku menemukan sesuatu. Berawal dari membaca status teman-teman, saya mendeteksi ada senior yang sedang berada di tempat yang sama. Berhubung belum pernah menyapa sebelumnya. aku mencoba menghubunginya dari inbox sambil memperkenalkan diri. Ikatan persaudaraan anak rantau memang sangat kuat. Beliau dengan senang hati segera memberikan kontek yang bisa di hubungi. Dengan perasaan senang luar biasa, segera kuhubungi nomer kontek yang di berikan.

Setelah memperkenalkan diri, aku mendapat undangan langsung ke tempat tinggalnya. Seperti menemukan sebongkah berlian, tanpa menunggu besok langsung menyisir daerah target. Alhamdulillah, tidak lama kemudian dengan mudah bisa menemukan tempatnya. Lagi-lagi kesenangan yang tak bisa di ekspresikan. Kali ini bukan sebongkah berlian tapi segunung harapan. Akhirnya bisa bertemu saudara di sini.

Di sinilah kisahku bermula. Berdiri tepat di pintu gerbang, saya melihat mereka sangat antusias menyambut kedatangan saya. Dari kejauhan, terlihat dua lelaki tampan tersenyum sambil berlarian ke arah saya.

“Ammaaah...! begitu mereka memanggilku” Kecupan mesra dua lelaki ini langsung mendarat di tangan kanan ku. Kehangatannya merambat dari urat nadi, reaksi kimia terjadi serotonin menyebar keseluruh tubuh. Tidak bisa di lukis dengan kata namun coba ku lambangkan degan “BAHAGIA”. Padahal samasekali tidak saling mengenal.

Seorang perempuan cantik memeluk mesra penuh kehangatan, tersenyum bahagia menyambut saya. Sangat merindukan pelukan hangat seperti ini, setelah beberapa waktu berpisah dengan orang-orang tersayang. Jamuan sederhana, saling bercerita menambah hangat suasana. Ku perhatikan dua orang lelaki itu, mata mereka mengajakku untuk mengenal lebih jauh.

Baiklah, ku penuhi tantangan mereka. “Namanya siapa, sayang?” “abaaang” jawabnya. “Hmmm... abang siapa?” aku mulai menggoda. “abang Fahri, ammah!” begitu jawabnya. “Nama yang bagus ya...”, sambil tersenyum ke arahnya. Aku melihatnya tersipu dan bersembunyi di balik tubuh perempuan cantik itu. Lelaki chubby di sebelahku mulai mencuri perhatian. “Kamu namanya siapa?”, “adeeek..” jawab lelaki itu ragu.

Begitulah perkenalan singkatku dengan mereka. Dua lelaki yang malu-malu itu kini sudah merasa nyaman di dekatku. Si adik mulai ngelendot mau di pangku. Celotehannya mulai terdengar akrab. Mulailah si adik memamerkan semua yang di milikinya, mainannya yang seabrek, tas baru, buku baru, semuanya di keluarin.

Ku ambil satu crayon dan kertas dan mulai menggambar sebuah rumah idaman lengkap dengan pemandangannya. Sangat mesra meskipun ini pertemuan pertama. Fahri yang masih malu-malupun mendekat. Ikut menyimak sambil menceritakan gambarnya.

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Hari ini aku bisa kembali merasakan kehangatan dan kasih sayang. Aku berniat pamit kepada perempuan cantik itu. ku ajak lelaki tampan itu untuk ikut bersamaku. Padahal ini hanya basi-basi orang dewasa saja. Aku langsung pamit dan siap-siap mau meninggalkan tempat itu. Aku tak tau ternyata si adik mengeluarkan butiran-butiran mengkilat dari matanya yang hitam bulat itu. owhhh tidaaaak!! Ternyata dia telah benar-benar jatuh cinta kepadaku. Dia tidak mau aku pergi. Pandangan pertama sungguh menggoda. Sungguh tak ku sangka diapun jatuh cinta. Aku bingung ternyata inilah cinta, bukan cinta biasa.

Amah lihaaat... abang Fahri kuatkan?

13493132631607834065
13493132631607834065

Ayoo, semangat! Amaah pasti bisaa!!! Kami aja bisa bertahan di sini.

Belajar mencintai situasi dan kondisi. Cinta memang tidak bisa dipaksa. Kadang tak kunjung datang kalau di tunggu dan tak kunjung pergi meski di usir. Ketika tidak bisa mencitai satu hal. Ciptakanlah sendiri hal lain yang bisa dicintai. Ini bukan cinta biasa, meskipun hanya berawal dari faceebook belaka. Kekuatan cinta yang luar biasa. Cinta yang bersumber dari tali yang tak pernah putus. Lebih dari persaudaraan sedarah karena dia mengakar dalam sebuah muara. Tempat di mana cinta itu berasal. Selalu mengalir tak pernah putus apa lagi mengering.

Fauziah Humaira

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun