Ditambah lagi dalam sistem yang rusak saat ini, keberkahan betul-betul dicabut oleh Allah. Hujan tak kunjung turun, padahal secara pasti untuk memadamkan api kita perlu air. Krisis air juga mulai terjadi, jangankan untuk memadamkan api, untuk keperluan sehari-hari saja kita sudah harus berhemat. Â Karenanya tak ada pilihan lain untuk menyelesaikan bencana kabut asap ini , selain kita melakukan taubat individu, masyarakat dan juga negara. Kembali pada hukum Allah SWT.
Dalam Islam pemerintah berperan penting dalam menjamin tersedianya kehidupan yang layak untuk rakyatnya, termasuk penyediaan udara yang bersih .  Seperti sabda Rasulullah SAW :"Seorang imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya dan ia akan diminta pertanggungjawaban terhadap rakyatnya  (HR. Bukhari Muslim). Disinilah perbedaan pemerintah dalam Islam yang karakter aslinya adalah meriayah. Hukum Islam mengikat para khalifah untuk berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik untuk rakyatnya
Dalam kasus bencana kabut asap , tentu upaya preventif yang teknis akan dilakukan oleh khilafah.  Mendekati musim kemarau , selain sosialisasi maka khalifah melalui strukturnya  Mashalih an nas (Pelayanan Masyarakat) akan membantu masyarakat yang akan menyiapkan lahan dengan bantuan alat berat (tractor) dan sarana lainnya, sehingga aktivitas pembakaran lahan dapat dicegah.
Ditambah lagi dengan dukungan ekonomi yang stabil,  kebutuhan publik (Pendidikan, Kesehatan dan keamanan) masyarakat terpenuhi ,alternatif usaha lain akan terbuka didukung dengan permodalan tanpa riba, maka masyarakat akan ada usaha lain selain dengan bertani dan  motivasi membakar lahan lainnya.
Negara akan memiliki kemampuan untuk membantu rakyatnya ketika sistem ekonomi Islam diterapkan secara sempurna di dukung sistem Islam kaffah dalam bingkai khilafah yang membuat keberkahan turun dari langit dan bumi. Walhasil bila ingin bencana kabut asap tak berulang, maka hanya ada satu solusi, yaitu kembali pada hukum Allah SWT. Wallahu 'alam bi showab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H