Saya sangat suka dengan sosok dan pemikiran mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada era 1978-1982. Sosok lelaki yang usianya lebih pantas menjadi kakek saya ini salah satunya saya suka karya bukunya yang berjudul (maaf sebelumnya saya lupa persis judul bukunya) kira-kira .....Aku dan Emak.
Lelaki tua yang pernah mengabdikan dirinya pada Bangsa ini adalah DAOED JOESOEF. Namanya pun masih pakai ejaan lama, belum terpengaruh (EYD-Ejaan Yang Disempurnakan). Ya DAOED JOESOEF memang 'orang lama', seumuran kakek saya, makanya ya lebih pantas saya jadi cucunya.
Tapi, tuanya DAOED JOESOEF tak menghentikan pemikirannya yang cemerlang, unik dan cerdas. Berikut adalah beberapa hasil 'copy-paste' dari Twit saya di Twitter @fauzikamart yang cukup unik Twitter membatasi penggunanya dengan 144 karakter, boleh kurang tak boleh lebih..
Komntr cerds Anak Medan bdarah Aceh yg smpat jd mentri pndidikn n kbudayaan(1978-1982)ttg Yogya, DAOED JOESOEF http://mypict.me/fgR1I
(Disini saya turutmembagikan foto yang saya jepret dari hape yang berisikan foto dan cuplikan kompas terbitan beberapa hari yang lalu)
2. Daoed Joesoef mengomentari wacana keistimewaan Yogyakarta, "Yang Istimewa itu bukan orangnya, tapi daerahnya."
(Kakek Daoed cerdas mengomentari polemik Monarki-Demokasi Yogya)
3. Keistimewaan Yogya itu tdiri dr 3 lapisan. Lapisan Pertama, Keratonan Yogya melawan Penjajah Belandaa n Jepang dgn cr mreka sndiri.
(Point pertama dari 'rumus' kakek Daoed tentang Yogya)
4. Lapisan kedua, 'Menjawakan' kehadiran orang dan budaya China dan Arab.
(Point kedua 'rumus' kek Daoed)
5. Lapisan ketiga, menerima pengaruh agama Hindu dan Budha, tetapi tetap kejawaan mereka tak larut.
(Inilah point terakhir dari rumusannya. Cerdas kan?)
6. Slh satu cth nyata dri ketiga lapisan tsb adlh, kebudayaan Jawa sgt kental di Yogya, bhkn masy yg bkn Jawa pn brbahasa n berlogat Jawa
7. Bila dibandingkn dgn Medan yg budayanya Heterogen. Tak ada budaya dominan di Medan, bhkn bhsa n logat universal/bebas, jw btk bhkn cina..
(Saya sedikit membandingkan dengan Medan yang sering saya alami dan berkehidupan di tanah 'rame,bising' ini)
8. Unikny pemikirn Daoed Joesoef,"Piagam PBB mmbolehkn adanya auto determination.Jd jgn ajari Yogya demokrasi, ibarat NGAJARI IKAN BERENANG"
(Hwe, ini dia analogi unik kakek Daoed Joesoef. Saya jadi inget lelucon-lelucon sekitar teman-teman bermain saya. Apabila salah seorang kawan menguji kemampuan kawan untuk melakukan sesuatu. Kami selalu akrab dan melontarkan kalimat, "Kau ajarin ikan berenang bah!". Hwe, tentu Anda tahu maksudnya kan? Ya, kuraang jado apalagi si ikan berenang? Jadi gak pake-pake diajari segala)
9. Ngajari Ikan berenang??? Hwe, kurang seberapa jago lagi ikan itu berenang??Bahkn manusia bs berenang terinspirasi dri ikan? Hwe :)Maenlh!
10. Komentar Daoed Joesoef bs dibaca dlm Kompas hari ini, halaman 32.
Oke, saya berkicau cuma berakhir di twit ke Sepuluh. Terimakasih buat Harian Kompas yang terbit beberapa hari lalu, meskipun hanya menampilkan Foto dan hasil wawancara dalam cuplikan kecil pada halaman belakang. Namun, itu cukup tetap membangkitkan kekaguman saya pada Daoed Joesoef, Anak Medan berdarah Aceh.
Semoga ada generasi Anak Medan yang yang berdedikasi terhadap kemajuan bangsa seperti Kek Daoed.
Salam Anak Medan!
Ini Medan Bung...!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H