a. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Meliputi besarnya salah saji minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Sebagai contoh, auditor menaksir bahwa kekeliruan sebesar Rp.500.000 untuk laporan laba rugi  dan Rp.1.000.000 untuk neraca dipandang material. Dalam hal ini tidaklah tepat apabila auditor menggunakan materialitas neraca dalam perencanaan audit karena apabila salah saji neraca Rp. 1.000.000 mempengaruhi laba-rugi, maka laporan rugi-laba akan salah saji.
b. Materialitas pada Tingkat Saldo Rekening
Materialitas saldo rekening adalah minimum salah saji yang bisa ada pada suatu saldo rekening yang dipandang sebagai salah saji material. Salah saji sampai tingkat tersebut salah saji bisa diterima. Perlu dipahami bahwa saldo rekening yang material menunjukkan besarnya saldo sebuah rekening yang tercatat dalam pembukuan, sedangkan konsep materialitas dengan jumlah salah saji yang bisa berpengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan.
Untuk tujuan perencanaan, auditor harus menggunakan perimbangan awal mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan yang melekat pada proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Auditor biasanya menggunakan salah saji terkecil yang dapat dianggap material untuk salah satu laporan keuangan.
Ada standar akuntansi ataupun standar auditing yang berisi pedoman tentang pengukuran materialitas secara kuantitatif. Pedoman yang digunakan yaitu Pedoman Kuantitatif,
Contoh: berikut ini adalah pedoman yang sering digunakan oleh kantor-kantor akuntan dalam praktik:
- 5% sampai 10% dari laba bersih (10% untuk laba bersih kecil, dan 5% untuk yang lebih besar).
- · ½% sampai 1% dari total aktiva. ·
- 1% dari modal.Â
- ½% sampai 1% dari pendapatan kotor
Persentase yang berbeda-beda berdasarkan total aktiva atau pendapatan mana yang lebih besar.
Pertimbangan Kualitatif, berhubungan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material, bisa menjadi material secara kualitatif, misalnya, apabila suatu salah saji berhubungan dengan ketidakberesan atau tindakan melawan hukum oleh klien. Jika ditemukan hal demikian dalam audit, akan berakibat auditor menarik kesimpulan bahwa terdapat risiko signifikan sebagai tambahan atas risiko untuk salah saji yang sama tetapi tidak berhubungan dengan ketidakberesan atau tindakan melawan hukum.
Materialitas adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertimbangan auditor tentang kecukupan (jumlah yang dibutuhkan) bukti audit. Dalam melakukan generailitas tentang hubungan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H