Atas dasar itu, Banyuwangi menempatakan sektor pariwisata sebagai fokus utama setelah pelayanan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Fokus pada sektor pariwisata untuk menggerakan ekonomi tersebut bukan tanpa maksud, karena proyeksi penerimaan devisa negara yang bisa terus meningkat adalah dari sektor pariwisata. Sektor minyak, air, dan gas bisa terus turun karena ketersediaan yang semakin minim dan cenderung tak ramah lingkungan.
Pariwisata dipilih karena sektor ini bisa menggerakan semua hal. Terjadi konsolidasi yang skupnya luas dan terintegrasi. Antara lain konsolidasi sisi budaya yang berimbas pada kearifan lokal warga terjaga dan penguatan seni budaya rakyat atau sanggar seni menjadi hidup. Kemudian infrastruktur yang menjadi pelayanan dasar juga terkonsolidasi dengan baik. Akibat pariwisata, aksesabilitas dan amenitas pendukung atraksi wisata menjadi prioritas utama.
Pemerintah pusat sudah mencatatkan Pandeglang sebagai satu dari 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan lebih tegasnya menunjuk Tanjung Lesung yang berada di Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, sebagai kawasan ekonomi khusus (KEK). Akibat pariwisata inilah, dipersiapkan jalan tol, bandara, reaktivasi kereta yang muaranya adalah persoalan infrastruktur menjadi garapan semua pihak, baik dari pusat, provinsi, pun kabupaten dan itu terkonsolidasi dengan baik. Mudah-mudahan akhir periode kepemimpinan Irna dan Tanto ini, Pandeglang lebih maju.
Kesamaan antara Banyuwangi dengan Pandeglang itu banyak. Sama sama daerah religi, sama-sama memiliki atraksi yang bagus, sama-sama menonjolkan sisi kejawaraannya (maka tak heran dulu Banyuwangi disebut Kota Santet. Saat ini sudah berubah image nya menjadi kota pariwisata). Kulturnya sama. Hanya bedanya, Banyuwangi sudah berubah, Pandeglang baru akan berubah. Beda lainnya, Banyuwangi berada di ujung timur Pulau Jawa, sedangkan Pandeglang berada di paling ujung barat Pulau Jawa.
Karena pariwisata dapat menggerakan semua sektor, maka tepat kiranya pemerintah fokus ke sektor ini dan menciptakan destinasi baru di setiap kecamatan bahkan di desa-desa.
Data-data tentang Banyuwangi tersebut, dirangkum dari seminar dan focus group discution (FGD) yang digelar Administrator KEK Tanjung Lesung di RM S Rizqi, Pandeglang. Ketika itu, narasumber yang dihadirkan adalah Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi dan para peneliti dari Universitas Indonesia dan dihadiri oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten Eneng Nurcahyati.
Gayung bersambut, ternyata DPRD Kabupaten Pandeglang juga mengaku sudah menyarankan Bupati Pandeglang Irna Narulita untuk berkunjung ke Banyuwangi dan meniru pola pengelolaan pemerintahan yang dilakukan di sana. "Saya pernah ngajak Ibu ke Banyuwangi karena kita pernah kesana, banyak kesamaan antara Pandeglang dan Banyuwang," ujar Erin Febiana, Wakil Ketua DPRD Pandeglang.
Kemudian anggota Komisi IV DPRD Pandeglang Hadi Mawardi juga mengatakan, pernah menyinggung soal perlunya Pandeglang meniru Banyuwangi. "Tahun lalu sudah kami sampaikan kepada bupati," ujar Hadi.
Jika demikian, maka FGD tersebut bisa ditafsirkan sebagai jawaban dari bupati dan wakil bupati atas usulan DPRD. Sebab, meski pelaksana teknisnya adalah Administrator KEK Tanjung Lesung, undangan FGD yang menantanganinya adalah Fery Hasanudin, Plt Sekda Kabupaten Pandeglang. Sejak saat ini sudah dapat terasa aura kemajuan Pandeglang. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H