[caption caption="Foto tersebar di media sosial"][/caption]
SELASAÂ pagi, 21 Juli 2015, telepon genggam berdering tanda ada sebuah pesan masuk. Ternyata, seorang kawan menginformasikan bahwa pasangan bakal calon bupati dan bakal calon wakil bupati Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten akan segera dideklarasikan.
Berikut bunyi SMS tersebut. "Hadiri.. Deklarasi Irna-Tanto. Hari Kamis 23 Juli 2015 Jam 12:00 wib. Tempat S. Rizki Pandeglang."
Irna yang dimaksud adalah Irna Nuralita Dimyati, anggota DPR RI Fraksi PPP yang mencalonkan diri sebagai Bupati Pandeglang, sedangkan Tanto adalah seorang pria dengan nama lengkap Tanto Warsono Arban, anggota Fraksi Partai Golkar Provinsi Banten.
Siapakah Irna?
Irna adalah istri dari Dimyati Natakusumah, anggota DPR RI Fraksi PPP dapil Jakarta yang sudah pernah dua kali menduduki jabatan bupati di Kabupeten Pandeglang. Sedangkan Irna, sejauh ini selalu kalah dalam perhelatan Pilkada, baik Kabupaten maupun Provinsi Banten.
Pada saat Pilkada 2010 silam, Irna yang berpasangan dengan mantan anggota DPD RI Apud Mahpud harus puas diposisi kedua dengan perolehan 220.624 suara atau 41,27 persen. Sedangkan pasangan Erwan-Heryani unggul diposisi pertama dengan memperoleh 265.263 suara atau 49,62 persen dari total suara sah 534.494.
Kemudian diikuti Yoyon Sudjana-Muhamad Oyim diurutan ketiga dengan 22.003 suara (4,12 persen). Pada posisi empat ditempati pasangan Edi Suhaedi-Aprilia Hedysanty Puteri 13.707 suara (2,56 persen), kemudian urutan terakhir Sunarto-Agus Wahyu Wardhana 6.471 suara (1,21 persen) dan Djadjat Mudjahidin-Endjat Sudirdjat 6.426 suara (1,20 persen).
Setahun kemudian Irna adu peruntungan di Pilkada Banten dan kembali menelan pil pahit kekalahan. Ketika itu, Irna lagi lagi berada diurutan kedua, takluk oleh pasangan nomor urut 1, Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno yang meraih 49,64 persen suara sah. Pasangan nomor urut 2, Wahidin Halim dan Irna Narulita, di urutan kedua dengan perolehan 38,93 persen suara sah. Kemudian pasangan nomor urut 3, Jazuli Juwaini dan Makmun Muzakki, dengan perolehan 11,42 persen.
Irna kemudian (mungkin) dapat bernafas lega setelah menduduki kursi DPR RI hasil pemilihan legislatif 2014 dan menjabat hingga saat tulisan ini dibuat.
Siapakah Tanto W Arban?
Seperti disebutkan di atas, Tanto W Arban adalah anggota Fraksi Golkar DPRD Provinsi Banten. Selain itu, kini ia menduduki jabatan strategis, yakni sebagai Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Banten.
Karier politik Tanto cukup pendek dan kemudian cepat sekali melesat. Tak bisa dimungkiri, hal ini karena Tanto berada pada posisi yang boleh dibilang beruntung karena menjadi suami Andiara Hikmat, anggota DPD RI atau menantu Rt Atut Chosiyah (musuh politik Irna pada saat Pilkada Banten 2011) dan juga cucu tiri dari Iye alias Heryani (musuh politik Irna pada saat Pilkada Pandeglang 2010).
Tanto baru terjun ke dunia politik dan langsung menduduki kursi DPRD Banten setelah menjadi salah satu yang merebut 11 kursi yang tersedia di Dapil 7 Kota Tangerang Selatan. Ketika itu, ia memperoleh suara tertinggi dengan total 82.472 suara Partai Golkar. Penulis menduga, Tanto juga diuntungkan pada saat Pileg tersebut sehingga meraup suara terbanyak, lantaran ada Airin Rachmi Diany, Walikota Tangsel, yang tak lain adalah istri dari Tb Chaery Wardhana, adik dari Rt Atut Chosiyah.
'Musuh' Politik Bersatu
Dengan pemaparan di atas, tentu dapat disimpulkan bahwa Irna dengan Tanto merupakan 'musuh' politik yang bersifat turunan. Namun kini, keduanya disandingkan dalam sebuah perhelatan pengambilalihan kekuasaan orang nomor 1 dan 2 di Kabupaten Pandeglang. Benar jika ada yang meyakini bahwa tidak ada musuh abadi dalam politik dan yang ada hanya kepentingan.
Ya kepentingan! Penulis menduga, untuk Pilkada 2015 ini, Irna menetapkan dirinya harus menang, lantaran
Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan sebagian permohonan dari uji materi dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah. Pemohon mengajukan uji materi dalam UU Nomor 8 Tahun 2015 Pasal 7 huruf r dan Pasal 7 huruf s yang akhirnya ditetapkan bahwa anggota DPR, DPD dan DPRD yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah harus mundur dari jabatannya.
Hal ini tentu saja membuat Irna mencari perlu pendamping yang tepat agar menang mutlak di Pilakada 9 Desember 2015 nanti. Karena jika salah pilih pendamping dan kemudian kalah lagi pada Pilkada, maka Irna tidak menduduki jabatan apapun dan menjadi warga sipil biasa. Oleh karena itu ketika Tanto datang, Irna selanjutnya menyambut.
Kemudian Tanto seperti mendapatkan durian runtuh setehal Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan uji materi Pasal 7 huruf r Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Umum Kepala Daerah (UU Pilkada).
Dalam putusannya MK menyatakan, pembatasan keluarga petahana atau incumbent maju dalam pemilihan telah melanggar UUD 1945. Artinya, MK membolehkan politik dinasti dilakukan oleh petahana. Sebelumnya UU Pilkada melarang keluarga incumbent mencalonkan diri di Pilkada dan seperti disebutkan di atas, Tanto merupakan menantu dari Rt Atut Chosiyah.
Pasangan Irna-Tanto
Penulis meyakini, jika pasangan ini benar-benar dideklarasikan pada Kamis besok, maka terkecuali ada keajaiban Tuhan, Irna-Tanto dapat menang dengan mutlak. Ini karena basis massa Irna cukup kuat di Pandeglang yang dibuktikan dengan berhasilnya ia menduduki kursi DPR RI untuk kedua kalinya. Hal itu tentu saja buah dari perjuangan sang suami, Dimyati Natakusumah yang duakali berturut-turut menduduki jabatan bupati di wilayah tersebut.
Selain Irna, basis massa keluarga Tanto juga cukup kuat. Sang kakak ipar, Andhika Hazrumy (anak Rt Atut), lolos ke Senayan dari Daerah Pemilihan (Dapil) Banten 1 yang mencakup Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak, sebagai anggota DPR RI dengan perolehan pribadi mencapai 70.846 suara (rinciannya Pandeglang 32.909 suara dan Lebak 37.937 suara) dari total perolehan 192.641 suara Partai Golkar. Kemudian istrinya, Andiara Aprilia Hikmat (adik Andhika), mendulang suara fantastis dan berhak duduk di kursi DPD RI dengan memperoleh 904.221.
Irna dan Pilkada Banten 2017
Beredar kabar, selain ingin menang mutlak pada Pilkada Pandeglang 2015, Irna menggandeng Tanto sebagai bakal calon bupati Pandeglang juga untuk menuntaskan hasrat yang tertunda, yakni ikut Pilkada Banten 2017 mendatang dengan keadaan menang. Masih perlu diklarifikasi kebenarannya bahwa Tanto minta disunting Irna dengan iming-iming siap memenangkan Irna jika ikut Pilkada Banten 2017 setelah memenangi Pilkada Pandeglang 2015.
Iming-iming itu memang beralasan lantaran keluarga Tanto merupakan petahana di sejumlah daerah di Banten, yakni di Kabupaten Serang ada Rt Tatu Chasanah (adik Rt Atut) yang kini kembali ikut Pilkada Serang, di Kota Serang ada Hairul Jaman, walikota Serang dan di Tangsel ada Airin Dachmi Diany yang juga kembali ikut Pilkada. Jika pada Pilkada 2015 nanti Pandeglang, Kabupaten Serang dan Tangsel, kembali dimenangkan keluarga Atut, maka harapan Irna ikut Pilkada Banten dan menang, cukup terbuka.
Namun apa jadinya jika Irna mengundurkan diri sebagai Bupati Pandeglang (jika menang) dan kemudian mendaftar untuk ikut Pilkada Banten, sementara Partai Golkar yang merupakan kendaraan politik keluarga Tanto, mencalonkan kader internal dan bukan mengusung Irna. Apakah petahana di empat daerah tersebut tetap mendukung Irna di Pilgub? Entahlah! politik selalu tiba-tiba.
Kembali Irna Nuralita dan Tanto W Arban, pasangan ini dideklarasikan pada Kamis 23 Juli 2015 di sebuah rumah makan di Pandeglang. Berdasarkan informasi yang berkembang bahwa Irna dan Tanto sudah mengantongi rekomendasi dari tujuh partai politik yakni Partai Hanura, Partai NasDem, Partai Gerindra, PAN, PBB, PKS dan PKB.
Lalu mengapa tidak ada Partai Golkar dan PPP yang merupakan kendaraan politik Irna dan Tanto? Seperti diketahui bahwa hingga saat ini kedua parpol besar itu masih dilanda dualisme kepengurusan dan kabarnya belum mengeluarkan rekomendasi pencalonan kepada siapa pun bakal calon Pilkada Pandeglang.
Nantinya Irna dan Tanto akan berhadapan dengan Aap Aptadi dan Widodo yang juga mencalonkan diri sebagai perwakilan calon perseorangan. Sementara sisa partai lainnya, seperti Partai Demokrat dan PDI Perjuangan juga belum memunculkan bakal calon yang diusung.
Siapapun kelak yang memenangkan Pilkada Pandeglang dan menjadi bupati 2016-2021, keduanya adalah bupati dan wakil bupati saya yang terlahir asli dari Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang.
Selamat berjuang bapak ibu sekalian! Saya menulis seperti ini sebagai tanda cinta. Mudah-mudahan dimaklumi sebagai insan yang coba menganalisa keadaan sekitar kemudian mencatatkannya agar kekal. (*)
Cilegon, Rabu 22 Juli 2015, pukul 04:30 WIB.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI