Terbitnya tak membawa kesejukan lagi
Kecemasan dengan nada-nada penderitaan kaum proletar
Buruh nampak mulai putus asa dengan keadaan
Yang digenggam bukan benda penting untuk menghidupi mimpi
Tangan kanannya mengepal harapan
Dan yang lainnya mengepal untuk ketidaksetaraan
Negeriku kini sedang tidak baik-baik saja
Keserakahan dan sentral egoisme menggebu
Bencana dan murka tuhan mungkin adalah sinonim baru
Dengan segala hal yang menjadikannya presisi dan logis
Luka-luka yang dilukai oleh saudara sendiri
Negeriku kini sedang berperang, tapi tidak dengan bangsa asing
Sudah pasti dengan bangsanya sendiri
Negeriku kini sedang tidak baik-baik saja
Segala doa dan harap dilantunkan dengan manja
Aku adalah mereka
Hidup hanya tentang itu-itu saja
Hanya tentang kemajemukan yang tak terhingga
Berbaur menyatukan teriak-teriakan lewat udara
Ahhh! sungguh negeri yang absurd dan nestapa
Negeriku kini sedang tidak baik-baik saja
Mereka menunduk mengemis hingga menangis
Menyayangkan apa-apa yang sedang patah
Mendoakan apa-apa yang sedang terjadi
Mengharapkan harapan yang tak pasti
Negeriku kini sedang tidak baik-baik saja
Oh.. Tuhan ataupun Dewa
Kabulkanlah doa-doa dari kami
Para pencari restu semesta lewat temaram
Dan pembuat dosa secara terang-terangan
Negeriku kini sedang tidak baik-baik saja
Nestapa dan Absurd dimana-mana
Karya : Fauzhan Nur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H