Pada kasus pembakaran bendera ini, Â derasnya arus informasi. Â Tidak langsung ditelan masyarakat. Â Ada proses dialogis alam bawah sadar masyarakat. Â Karena tidak mungkin Banser tidak punya alasan yang kuat untuk membakar. Â Menginggat Banser adalah salah satu organ dibawah induk organisasi Nadhlatul Ulama. Tentu saja, Â memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat.
Memudahkan Identifikasi Aparat Keamanan
Bukan tidak ada reaksi. Â Dibeberapa daerah muncul demo protes. Tapi tidak dengan jumlah massa yang besar. Â Hanya dilakukan loyalis-loyalis kelompok tertentu. Bukan masyarakat awan seperti saat demo Ahok di Jakarta.
Banyak pertimbangan logis dimasyarakat untuk turut dalam aksi bela tauhid ini. Â Apalagi aparat kepolisian mengeluarkan rilis bahwa yang dibakar bukan bendera tauhid. Â Melainkan bendera HTI. Â Organisasi yang dinyatakan organisasi terlarang.
Dikotomi dimasyakarat tentang pembakaran bendera saat ini. Banser versus HTI. Â Banser dikesankan sebagai organisasi Islam penjaga toleransi. Dan berdasarkan Pancasila dan keutuhan NKRI. Â Sementara HTI dikesankan sebagai organisasi Islam yang terlarang. Â Dengan berasaskam khilafah yang bertentangan dengan Pancasila.
Kasus pembakaran bendera ini, Â memudahkan aparat keamanan. Â Mengetahui simpul, Â sumber dan jumlah kekuataan. Â Kelompok-kelompok yang akan pro dan kontra dalam Pilpres 2019 mendatang. Â Apabila terjadi gesekan.
Namun masyarakat Indonesia berharap. Â Pilpres ini akan berjalan aman. Â Siapapun yang terpilih nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H