Abad ke-21 ini adalah puncak dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pasalnya semua yang khalayak inginkan tentang informasi sangat mudah terwujut, baik dalam skala nasional maupun internasional secara cepat dan lengkap Seperti fungsi dari sebuah telepon genggam terdahulu adalah hanya untuk berkomunikasi jarak jauh baik dalam pesan singkat (sms) atau suara kini telepon tersebut dapat difungsikan sebagai memotret, bermain permainan, memutar lagu, ataupun video. Seolah tekologi yang diciptakan pada abad ini, dari berbagai fungsi yang berbeda disatukan menjadi satu.
Keterhubungan banyak alat inilah yang dinamakan dengan konvergensi. Selain contoh di atas, media informasi dan komunikasi yang memiliki fitur dalam satu platform, sepertti Facebook yang memiliki fitur teks, foto, sekaligus video, atau website streaming disertai tanda apresiasi berupa like dan komentan. Konvengerensi adalah pencampuran antara media, telekomunikasi, dan industry computer dalam kesatuan bentuk komunikasi secara digital.
Konvergensi media di abad ini juga mempengaruhi pola bisnis dan organisasi dalam perusahaan media. Karena suatu perusahaan ingin melebarkan sayapnya demi keuntungan yang berlimpah, pelaku bisnis tersebut menciptakan atau mengambil alih dalam artian membeli perusahaan yang lain. Contoh yang paling mencolok adalah perusahaan News Corp milik Rupert Murdoch yang telah melakukan banyak merger maupun akuisisi ranah produksi hulu-hilir maupun distribusi, yang terentang dari 20th Century Fox, FOX News, STAR TV di Hongkong, hingga The Walt Disney Company.
Di Indonesia juga terjadi konvengerensi media, seperti Trans TV yang membeli TV7 dan kemudian menciptakan Trans Corp yang dipipin oleh Chairul Tanjung. MNC Group yang dikuasai oleh Hary Tanoesoedinyo yang memiliki Global TV yang sekarang menjadi GTV, RCTI, dan MNC TV. Sementara itu TV One dan ANTV yang dipipin oleh Abu Rizal Bakrie dalam satu kesatuan Bakrie Group, dan masih banyak lagi media mainstream yang melakukan konvegerensi media. Tidak hanya dalam bidang chanel televise saja, melainkan mereka melebarkan sayap bisnisnya dengan membuat surat kabar, siaran radio, situs web, dan sebagainya.
Raja dari konvegerensi media di Indonesia adalah MNC Group yang dipimpin oleh Hary Tanosudibyo, pasalnya madia yang dibawahinya adalah media yang merajai rating pertelevisian Indonesia.Â
MNC Group tidak hanya memiliki chanel televise saja, melainkan banyak anak perusahaan yang lain. Seperti MNC radio, surat kabar Seputar Indonesia (SINDO), Okezone dalam bidang berita onlone, bahkan sekarang MNC memiliki marketplace online sendiri. Pemimpin dari MNC Group sendiri pasti memiliki tujuan dalam konvergensi ini. Hary Tanosudibyo juga berkecimpung dalam dunia polotik, jadi bukan tidak mungkin jika ada campur tangan politik dalam tujuan ini.
Tentunya dalam konvergensi media akan menimbulkan dampak atau efek untuk keberlangsungan perusahaan pesaing. Perusahaan-perusahaan media yang baru tentunya akan merasa kesulitan untuk memasuki bahkan menyangi media-media yang sudah besar. Ibarat kata yang besar semakin besar, sementara yang kecil akan semakin mengecil.
Dari sinilah perlunya sebuah dobrakan untuk dapat memasuki bahakan menyaingi media-media yang sudah besar tersebut, dengan kata lain pendatang baru tersebut harus menggunakan pikiran mereka untuk membuat konten yang akan dipersaingkan tersebut memiliki kreatifitas, seni, atau membuat pembeda dari yang sebelumnya.Â
Selain itu, menargetkan audien yang dituju, jika ingn di fokuskan dalam tingkat local, maka gunakan bahasa daerah yang mudah dipahami dalam daerah tersebut, tetapi jika ingin menargetkan audien hingga luar negeri, gunakan bahasa inggris dalam konten tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H