Mohon tunggu...
Muhamad FauzanIbnu
Muhamad FauzanIbnu Mohon Tunggu... Programmer - Mahasiswa

Muhamad Fauzan Ibnu Syahlan 41520010219 Frontend Developer, memiliki experience 1 tahun di bindang yang telah di sebut dan sedang mencari freelance

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

41520010219 - Diskursus David Hume: Pemahaman Filosofis terhadap Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

15 Desember 2023   04:44 Diperbarui: 15 Desember 2023   14:59 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan moral yang berkelanjutan harus menjadi fokus utama dalam upaya memperbaiki situasi. Program pendidikan yang tidak hanya menekankan pada nilai-nilai moral secara teoritis, tetapi juga mengajarkan keterampilan moral praktis yang diperlukan dalam menghadapi situasi riil, akan menjadi landasan yang kuat untuk mengurangi kasus korupsi di masa depan.

Selain itu, penegakan hukum yang konsisten dan tanpa pandang bulu perlu ditegakkan. Dengan memberlakukan sanksi yang tegas dan adil terhadap pelaku korupsi, masyarakat akan merasa bahwa ada konsekuensi nyata atas perbuatan mereka.Di tingkat organisasi, pentingnya budaya yang menghargai integritas tidak bisa diabaikan. Kepemimpinan yang memberikan contoh dan kebijakan yang menguatkan nilai-nilai etika dapat membentuk lingkungan yang tidak membiarkan praktik korupsi berkembang.

Peran aktif masyarakat sipil dalam pengawasan dan pelaporan juga sangat penting. Melibatkan masyarakat dalam mengawasi dan melaporkan praktik korupsi akan menjadi alat yang efektif untuk meminimalisir kasus korupsi. Dan tak kalah pentingnya adalah penguatan lembaga-lembaga anti-korupsi. Dengan memberikan dukungan penuh dan memperkuat kapasitas lembaga-lembaga ini, upaya pemberantasan korupsi dapat menjadi lebih efektif.

Dalam menghadapi permasalahan korupsi yang kompleks di Indonesia, kita dapat mempertimbangkan lebih dalam pandangan filosofis David Hume yang menawarkan perspektif unik terkait asal-usul nilai moral dan perilaku manusia. Penyelidikan terhadap bagaimana pemikiran Hume dapat diterapkan dalam konteks korupsi di Indonesia akan memperkaya pemahaman kita terhadap fenomena ini serta mengilhami solusi yang lebih efektif.

Korupsi tidak hanya merusak struktur pemerintahan dan perekonomian, tetapi juga merupakan suatu masalah moral yang serius. Fenomena ini melibatkan pelanggaran terhadap nilai-nilai etika, kejujuran, dan keadilan. Melihatnya melalui prisma Humean, dimensi emosional dan nafsu manusia menjadi penting. Hume menekankan bahwa manusia cenderung dipengaruhi oleh emosi dan kepentingan pribadi dalam mengambil keputusan, bukan semata-mata dari aspek rasional. 

Saat melihat kasus-kasus korupsi di Indonesia, seringkali kita menemukan kesenjangan yang jelas antara pengetahuan moral yang dimiliki individu dan tindakan yang dilakukannya. Orang-orang yang seharusnya memahami dan mengamalkan nilai-nilai moral terlibat dalam praktik korupsi. Ini menandakan pentingnya memahami proses pengambilan keputusan dan bagaimana nilai-nilai tersebut diinternalisasi dan diterapkan dalam perilaku sehari-hari.

Menerapkan Pemikiran Hume dalam Penanganan Korupsi

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Pemikiran Hume dapat memberikan fondasi untuk merumuskan strategi penanganan korupsi yang lebih holistik. Salah satunya adalah memperkuat pendidikan moral yang tidak hanya mengajarkan nilai-nilai, tetapi juga melatih kemampuan mempertimbangkan situasi etis dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. 

Program pendidikan harus menyertakan pembelajaran praktis yang mendorong refleksi, dialog, dan simulasi kasus nyata yang memungkinkan siswa untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai moral dalam situasi kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan yang terintegrasi, kita dapat membentuk individu yang memiliki kesadaran moral yang kuat dan mampu menghadapi situasi dilematis dengan bijaksana. Selain pendidikan, penegakan hukum yang konsisten dan transparan juga sangat penting. Hukuman bagi pelaku korupsi haruslah adil dan proporsional. 

Dengan memberikan contoh nyata bahwa tindakan korupsi akan berujung pada konsekuensi yang serius, akan memberikan tekanan psikologis bagi mereka yang tergoda untuk terlibat dalam praktik korupsi. Di level institusi dan organisasi, perlunya membangun budaya yang menghargai integritas tak dapat diabaikan. Pemimpin di berbagai sektor harus menegakkan dan mencontohkan nilai-nilai etis, serta merancang kebijakan yang menguatkan integritas dan transparansi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun