Mohon tunggu...
Fauzan Pananrangi
Fauzan Pananrangi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Pelajar SMA yang memiliki hobi membaca dengan perhatiannya terhadap lingkungan sekitar dan dijadikan sebuah karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Pancasila: Kelahiran Pancasila

9 Oktober 2021   19:22 Diperbarui: 9 Oktober 2021   20:31 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar Pancasila : Fauzan Pananrangi

Sebagai generasi muda sekaligus pelajar pemuda yang masih terikat dengan pendidikan formal tahun ke-12 ini, saya merasa minim akan pengetahuan saya terhadap Pancasila.  Dan semakin saya beranjak dewasa, ada semacam rasa ingin tahu saya, kehausan akan ilmu, dan keinginan untuk meningkatkan literasi saya. Pada tulisan ini saya akan menjelaskan sejarah Kelahiran Pancasila yang saya ambil dari beberapa sumber yang saya dapat.

Lahirnya Pancasila berawal dari sidang pertama Dokuritu Zyunbi Tyoosakai atau yang dikenal dengan BPUPKI. Sidang pertama tersebut berlangsung pada 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Pada tanggal 29 Mei 1945, sidang tersebut dibuka dengan pidato yang agak ringkas oleh ketua sekaligus pimpinan sidang dr. Radjiman Wedjodiningrat. 

Berdasarkan buku Sejarah Nasional Indonesia VI, dalam kata pembukaannya, ketua dr. Radjiman Wedjodiningrat meminta pandangan para anggota mengenai dasar Negara Indonesia Merdeka yang akan dibentuk itu.

Pada tanggal 29 Mei 1945, sudah ada beberapa anggota yang menyampaikan pendapatnya, antara lain Muh. Yamin. Pendapat Muh. Yamin ini yang dianggap memenuhi permintaan dr. Radjiman Wedjodiingrat tadi. Muh. Yamin memulai pidatonya sebagai berikut :

"... kewajiban jang terpikul diatas kepala dan kedua bahu kita, ialah suatu kewadjiban jang sangat teristimewa. Kewadjiban untuk ikut menjelidiki bahan-bahan jang akan mendjadi dasar dan susunan negara jang akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan..." (Sejarah Nasional Indonesia, hlm 68)

Dalam pidato Muh. Yamin dianggap memenuhi permintaan dr. Radjiman Wedjodiningrat dikarenakan ia mengemukakan 5 "Azas dasar Negara Indonesia" sebagai berikut :

  • Peri Kebangsaan
  • Peri Kemanusiaan
  • Peri Ke-Tuhanan
  • Peri Kerakyatan
  • Kesejahteraan Rakyat

Itulah inti daripada pidato yang disampaikan oleh Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945.

Sebelum saya menguraikan pendapat Mr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945. Ada hal menarik yang baru saya ketahui, dan saya juga merasa masih banyak orang yang belum tahu. Berdasarkan buku Risalah Sidang BPUPKI-PPKI dinyatakan bahwa pada tanggal 30 Mei 1945, Moh. Hatta juga menyampaikan pendapat dalam pidatonya pada sidang tersebut. 

Seperti diberitakan oleh surat kabar Asia Raya tanggal 31 Mei 1945, tidak atau belum terdapat transkripsinya. Kekurangan tersebut jelas merugikan, karena pidato Hatta termasuk pidato penting. 

Dari 68 orang anggota BPUPKI hanya ada empat orang anggota vang mendapat kesempatan berpidato kurang lebih selama satu jam, yaitu Ir, Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. Muhammad Yamin dan Prof. Mr. Dr. Soepemo.

Pada tanggal 31 Mei 1945, giliran Mr. Soepomo yang mendapatkan kesempatan berpidato dengan waktu kurang lebih satu jam. Mr. Soepomo dalam awal pidatonya, beliau mengulas kembali pendapat dari beberapa pembicara sebelumnya yang justu berbicara mengenai syarat-syarat mutlak (faktor-konstitutif) suatu negara, yaitu daerah, rakyat, dan pemerintah yang daulat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun