Mohon tunggu...
Fauzan Pananrangi
Fauzan Pananrangi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Pelajar SMA yang memiliki hobi membaca dengan perhatiannya terhadap lingkungan sekitar dan dijadikan sebuah karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dialog Antar Generasi: Anhar Gonggong tentang Peran Rakyat Indonesia dalam Rangka Kemerdekaan

17 Agustus 2021   12:00 Diperbarui: 17 Agustus 2021   12:04 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari sabtu sore kemarin, saya hanya berdiam di rumah, sedikit jenuh karena kondisi kita di tengah pandemi. Saya melihat kalender yang menunjukkan pada tanggal 7 Agustus. 

Saya teringat bahwa 10 hari lagi negara kita akan memperingati kemerdekaan ke- 76 tahun. Saya bergegas mendatangi rumah kakek saya dan berdialog di ruang kerja kakek.

Saya penasaran, apa yang harus dimiliki warga negara untuk berperan dalam memajukan negara Indonesia? Kakek menjawab, “Yang terpenting adalah kualitas pendidikan

Artinya, yang mendirikan republik ini adalah warga negara yang terdidik tercerahkan. Mereka yang akan tampil menjadi pemimpin dari proses membangsa dengan melampaui diri.”

Lanjut kakek saya, “Mereka adalah orang-orang yang berpendidikan, tetapi mereka tidak hanya menggunakan pendidikannya untuk dirinya, justru mereka mengabaikan posisi yang mungkin diperoleh dengan pendidikannya, mereka tampil kedepan untuk mengajak bangsanya berjuang menuju kepada satu cita-cita, yang dikenal dengan cita-cita kemerdekaan.” Terdidik-tercerahkan adalah keseimbangan antara kecerdasan dan hati nurani.

Saya meminta kakek untuk bercerita tentang salah satu pahlawan pergerakan nasional yang terdidik tercerahkan. Kakek menyinggung tentang Sjahrir, seorang terdidik yang tercerahkan, Menurutnya, Syahrir banyak menulis, ahli sastra, paham filsafat serta juga membaca ribuan buku. 

“Bahkan setelah kita merdeka, mereka yang menguasai secara intelektual dan perencanaan dengan pemikiran, itu kader Syahrir semua!” ujar kakek sambil memberikan saya buku yang ditulis Sjahrir. 

Saya semakin mengerti mengapa beliau selalu berpesan kepada saya, jangan meninggalkan bacaan dan tulisan. Pahlawan kita tidak pernah mengabaikan kebiasaan membaca dan menulis untuk mencapai kemerdekaan. Itu artinya, kita sebagai warga negara yang akan memajukan Indonesia juga harus lebih giat dalam membaca dan menulis.

Saya pun penasaran apa pengorbanan yang dilakukan Sjahrir demi kemerdekaan Indonesia. Kakek mengatakan, “Soekarno mendirikan PNI tahun 1927 dan pada tahun 1930 dia dipenjara maka dari itu PNI dibubarkan oleh Sartono. 

Nah, karena hal itu Hatta marah, termasuk Sjahrir” Mereka berdua mempertanyakan mengapa hanya karena dipenjara lalu partainya dibubarkan?

Kakek bertutur lagi “Kemudian dalam rangka membentuk suatu kelompok baru, Hatta meminta Sjahrir pulang ke Indonesia karena Hatta masih akan menyelesaikan studinya, kamu bayangkan, seharusnya dia menyelesaikan studinya di Belanda tapi dia menerima permintaan Hatta untuk kembali ke Indonesia dan mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia. Itu kan pengorbanan besar, lalu kemudian juga keluar masuk penjara”

Saya pun tertarik dengan cerita bagaimana Sjahrir keluar masuk penjara demi kemerdekaan Indonesia. Dan beliau mengatakan “Dia ditangkap bersama Hatta dibuang ke Digul” Kemudian saya ingat, beliau pernah memberi saya buku biografi Hatta yang menceritakan bagaimana Hatta dan Sjahrir dibuang ke Digul. 

Pada buku itu dijelaskan Hatta, Sjahrir, Bondan, Maskoen, Moerwoto, dan kedua orang keturunan Tionghoa dari Medan ditangkap oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pada Minggu pertama Januari 1935, mereka dibuang ke Digul.

Saya bertanya pada kakek “Berarti salah satu peran kita sebagai warga negara adalah mengorbankan diri kita untuk negara”. Dijawab, “Dalam arti positif, iya, artinya tidak dalam pengertian saya boleh jadi miskin dan saya berikan semua kepada negara”

Yang membuat saya seketika berkaca-kaca adalah ketika kakek berkata seperti ini, “Yang menyebabkan saya berpendidikan seperti ini, yang membiayai, negara. 

Kamu tahu, mengapa sampai sekarang saya masih bekerja dan berusaha mendapatkan pekerjaan? Karena saya merasa berutang kepada republik ini, saya masih merasa berutang kepada rakyat ini. Saya menjadi doktor oleh karena negara dan rakyat. Artinya saya tidak pernah berhenti berutang dan saya harus mencari cara membayar utang itu”

Kakek berdiam sejenak sebelum melanjutkan,“Saya selalu merasakan pada diri saya sebagai orang yang berutang. Kepada siapa saya berutang? Kepada negara dan rakyat. 

Saya sadar bahwa itu tidak mungkin terbayar. Itu yang menyebabkan sampai sekarang, dalam usia seperti sekarang, saya tidak seperti orang lain, menikmati pensiunnya, tetapi saya tetap berusaha. Tidak oleh kesombongan, tapi saya sadar benar, bahwa saya adalah orang yang berutang. Jadi saya tidak pernah berhenti berutang, sampai mati!”

Setelah dialog ini selesai, saya langsung merenung di kamar. Muncul kesadaran bahwa memang sebenarnya kita semua adalah orang yang berutang kepada negara dan rakyat. Saya bersyukur bisa menempuh pendidikan seperti sekarang, padahal masih ada saudara-saudara tanah air yang tidak seberuntung seperti saya. 

Kita semua, sebagai warga negara Indonesia berutang kepada negara dan rakyat. Maka dari itu kita berikan semua yang kita miliki tanpa membuang diri kita sebagai manusia. “Jangan tanyakan apa yang dilakukan oleh negara untukmu, tapi tanyalah apa yang kamu bisa lakukan untuk negara” kutip John F. Kennedy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun