Nama Imam Syafii, salah satu ulama besar, mujtahid mutlak, pembaharu agama satu abad sekali, dan pendiri mazhab ternama yang dianutnya, tentu menjadi nama yang familiar di telinga masyarakat Indonesia.
 komunitas Muslim.
 Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Al Abbas bin Utsman bin Shafi bin As Saib bin Ubaid bin Abdul Yazid bin Hasyim.
Ini Bin Al-Mutalib Bin Abdul Manaf Bin Kushay.
 (Referensi: Yusuf bin Taghri, an-Nujum az-Zahirah fi Muluki Mishr, Kairo: Wizaratus-Tsaqafah], Jilid II, halaman 176).
 Oleh karena itu, nama Syafi'i mungkin berasal dari salah satu nama kakeknya yang bernama Syafi'i.
 Selain nisbah Syafi'i yang terkenal, namanya juga dikaitkan dengan al-Qurashi, al-Mutaribi, dan al-Maki.
 Ia dilahirkan di Askelon (Askoran) Gaza, Palestina pada tahun 15 Hijriah.
 Pada usia dua tahun, setelah kematian ayahnya, Shafi muda dibawa ke Mekah oleh ibunya.
 Setelah dewasa, ia mengunjungi Bagdad dua kali.
 Di sana ia menyusun Kaul Kaul Kadimnya, aliran pemikiran kunonya.
 Beliau kemudian melakukan perjalanan ke Mesir dan tinggal di sana pada tahun 199 Hijriah.
 Di sana ia menyusun Qaul-Qaul Jadid atau aliran pemikiran baru.
 Kisah perjalanan hidup Manaqib atau Imam asy-Syafi'i terlalu banyak dan keutamaannya terlalu terkenal untuk diceritakan.
 Kecerdasan dan kejeniusannya sudah terlihat sejak kecil.
 Tak heran jika setelah beranjak dewasa, ia berhasil menjadi seorang mujtahid yang ulung.
 Tidak mungkin dia hafal Al-Qur'an di usia tujuh tahun.
 Pada usia 10 tahun, ia hafal kitab Al Muwata karya Imam Malik.
 Pada usia 15 tahun, beliau sudah mampu mengeluarkan fatwa yang memenuhi keinginan ulama lain dan siapapun yang membutuhkannya.
 Namun beliau tidak mengeluarkan fatwa apapun kecuali setelah menghafal 10.
000 hadis.
 (Referensi: Jamaluddin Abul-Farah al-Jauzi, al-Muntazhim fi Tarikh al-Umam, Beirut: Darul Kutub, 1992, Volume X, halaman 135).
 Salah satu riwayat menyatakan bahwa Imam Syafi'i tidak banyak membaca al-Qur'an pada tahun-tahun awalnya karena sibuk dengan studinya.
 Baru pada akhir hayatnya ia memperbanyak bacaan Al-Quran lagi.
 Pak Al-Rabi berkata, ``Imam Syafi'i menyelesaikan Al-Quran sehari sekali, selain membacanya saat shalat.
'' Suaranya sangat merdu.Tentu saja, penonton pun menangis kencang saat mendengar suaranya.:
 Hal yang sama berlaku untuk ibadah malam.Imam Syafi'i  bangun setiap malam pada tanggal 3. Bahkan,  ia selalu membiarkannya menyala sepanjang malam di akhir hayatnya.  Hussain al-Qarabisi pernah menggambarkan pengalamannya: ``Saya menghabiskan malam bersama Imam asy-Syafi'i.  Beliau selalu terbangun sepertiga malamnya.
'' Beliau membaca lebih dari 50 ayat, terkadang 100. Janganlah kamu membagikan ayat tentang rahmat kecuali kamu memohon kepada Allah. Dan janganlah kamu meninggalkan kitab suci tentang hukuman kecuali kamu berlindung kepada Allah. (Referensi: Yusuf bin Taghri, an-Nujum az-Zahirah fi Muluki Mishr, Kairo: Wizaratus-Tsaqafah, Volume II, halaman 176).
 Imam Syafi'i sendiri meninggal dunia dalam usia 54 tahun di Fustat (Kairo) pada hari Kamis akhir bulan Rajab tahun 204 penanggalan Hijriah. Jenazahnya dimakamkan di Qarafa ash-Shugrah, yang sekarang dikenal sebagai Makam Para Suci, di Kairo, Mesir.
 Tempat pemakamannya memiliki pelataran atau pelataran yang pernah ditanami oleh Sultan Sharafuddin Yusuf, dan Raja Kamil Muhammad membangun kubah di atas makam tersebut. Dan kubah itu  masih ada.Di sekeliling makam Imam Syafii terdapat makam Syekh Jalaluddin al-Suyuti, salah satu penulis Tafsir Jalalain bersama Jalaluddin al-Mahri, Ibnu Hajar al-Askalani, Di dalamnya terdapat makam Imam Reitz, Rabia al-Adawiya . dan Sahbat Uqba bin Umar.
 Semoga kita termasuk orang yang dapat mengambil hikmah dari  ibadah ikhlas Imam Syafi'i, meneladani kecintaannya terhadap Al-Quran, dan memperoleh keberkahan ilmunya.
 Tuhan akan melindungimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H