Mohon tunggu...
fauzannafi
fauzannafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Fauzan Nafi' Arrifa'i. Saya mahasiswa dari Universitas Sebelas Maret yang mendapatkan tugas untuk upload artikel.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Generasi TikTok: Generasi yang Terjebak dalam Standar Kehidupan yang Tidak Realistis

3 Desember 2024   09:40 Diperbarui: 3 Desember 2024   10:35 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Siapa sih yang tidak kenal dengan TikTok di zaman sekarang? Baik remaja, dewasa, lansia, bahkan anak di bawah umur pun sudah tidak asing dengan aplikasi yang bernama TikTok. TikTok adalah suatu aplikasi yang berbasis video-video singkat ataupun video-video populer yang berisi tentang hiburan maupun edukasi. TikTok juga menjadi sarana untuk seseorang dapat bebas berekspresi. 

Oleh karena itu, TikTok memiliki banyak sekali pengunduh dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan bagi beberapa orang. Mayoritas pengguna TikTok adalah para remaja dan anak di bawah umur. Hal tersebut tentunya menjadi masalah baru mengingat pada usia tersebut seorang anak dinilai masih belum pandai membedakan hal yang baik dan hal yang tidak baik.

Seiring dengan popularitasnya, muncul juga beberapa standar-standar yang dinilai tidak realistis yang secara tidak sadar dapat mempengaruhi pikiran atau syarat minimal untuk sesuatu tertentu. Hal tersebut muncul karena suatu platform media sosial dapat membentuk norma sosial dan budaya baru. Standar-standar di TikTok dapat merusak kepercayaan diri dan pola pikir seseorang. 

Salah satu contoh standar yang muncul adalah standar kecantikan. Pada kasus tersebut, seseorang menilai bahwa cantik itu harus putih, langsing, kulit mulus, wajah simetris, dan lain-lain. Pokoknya apabila syarat tersebut tidak terpenuhi maka seseorang akan dinilai tidak cantik. Padahal, cantik itu adalah sesuatu yang relatif dan subjektif. Siapapun berhak menyebut seseorang cantik walaupun syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi.

Selain itu, ada pula standar yang berkaitan tentang fashion atau pakaian. Warga TikTok saat ini cenderung mengikuti fashion ala barat. Sebenarnya tidak ada masalah terkait hal tersebut karena setiap orang bebas berpakaian bagaimanapun yang mereka suka selama tidak melanggar norma. 

Akan tetapi, bagi seseorang yang memakai pakaian dan dinilai tidak cocok atau tidak sesuai dengan warga TikTok, orang tersebut akan disebut norak, alay, kampungan, dan lain-lain.

Tak cukup sampai di situ, warga tiktok juga berkiblat pada TikTok dalam hal pasangan sehingga muncul standar baru yaitu standar yang berkaitan dengan pasangan. Orang-orang di TikTok menuntut bahwa setiap laki-laki yang tampan wajib memiliki wanita yang cantik dan wanita yang cantik wajib memiliki pasangan yang tampan.

 Padahal seperti pada pembahasan awal, cantik atau tampan adalah sesuatu yang relatif dan subjektif. Selain itu, muncul syarat-syarat lain yang sangat tidak realistis. 

Para laki-laki menginginkan pasangan yang sangat sempurna, begitu juga dengan perempuan yang menginginkan pasangan dengan spek nabi atau tanpa kekurangan sedikitpun. Mereka seolah lupa bahwa setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. 

Hal ini tentunya berpengaruh terhadap penurunan angka pernikahan dan kelahiran yang ada di Indonesia saat ini yang disebabkan oleh kriteria pasangan yang tinggi. Terakhir, ada juga standar yang berkaitan dengan musik.

 Musik di TikTok cenderung didominasi oleh musik-musik dari barat. TikTok bisa sangat berpengaruh terhadap selera musik seseorang. Pasalnya, orang-orang yang memiliki selera musik tersendiri akan dinilai ketinggalan zaman, norak, dan lain-lain. Padahal setiap orang berhak memilih selera musik mereka sendiri tanpa dibatasi oleh siapapun dan apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun