Namun, dari perspektif lain, penting untuk dicatat bahwa mayoritas negara sosialis saat ini adalah negara berkembang yang lebih kecil dan lebih terlindungi. Negara-negara ini, meskipun ada yang berhasil mempertahankan stabilitas politik dalam sistem sosialis, tidak memiliki kemampuan atau pengaruh global seperti yang pernah dimiliki oleh Uni Soviet, yang pernah menjadi negara adidaya penganut sosialisme. Jatuhnya Uni Soviet pada akhir abad ke-20, dengan runtuhnya sistem komunisme yang sebelumnya mendominasi sebagian besar Eropa Timur dan Asia Tengah, menandai berakhirnya era kejayaan sosialisme sebagai kekuatan global. Negara yang paling mendekati kekuatan sosialisme global saat ini mungkin adalah Korea Utara, namun negara ini tengah mengalami krisis ekonomi yang mendalam, dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, ketidakstabilan politik internal, serta ketergantungan besar pada bantuan luar negeri dan perdagangan gelap. Sejarah mencatat bahwa revolusi sosial yang bertujuan untuk menyamakan struktur sosial dan ekonomi yang sering kali berujung pada kekacauan dan penderitaan yang jauh dari tujuan awal sosialisme untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Revolusi yang dirancang untuk membawa perubahan radikal dalam tatanan sosial-ekonomi sering kali mengarah pada kekerasan, represi politik, dan konflik internal yang berkepanjangan. Misalnya, Revolusi Rusia 1917, awalnya dilatarbelakangi oleh aspirasi untuk menciptakan keadilan sosial, justru mengarah pada pembentukan rezim totaliter di bawah kepemimpinan Stalin yang menimbulkan penderitaan luar biasa bagi rakyat Soviet, termasuk pembersihan besar-besaran dan kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sosialisme bertujuan untuk menciptakan kesetaraan, proses menuju pencapaian tersebut sering kali melibatkan pengorbanan besar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H