Mohon tunggu...
Fauzan Mahir
Fauzan Mahir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa UIN Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ibnu Khaldun: Sang Pelopor Analisis Historis dalam Historiografi Islam

20 Juni 2024   02:09 Diperbarui: 20 Juni 2024   02:09 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibnu Khaldun (1332-1406 M) adalah salah satu sejarawan dan pemikir terbesar dalam sejarah Islam. Karyanya yang paling terkenal, "Muqaddimah," tidak hanya menjadi fondasi bagi historiografi Islam tetapi juga memberikan kontribusi penting dalam bidang sosiologi, ekonomi, dan ilmu politik. Artikel ini akan membahas kehidupan, karya, dan pengaruh Ibnu Khaldun dalam historiografi Islam, serta bagaimana analisis historisnya tetap relevan hingga hari ini.

Ibnu Khaldun lahir di Tunis pada tahun 1332 M dalam keluarga intelektual yang terhormat. Ia mendapatkan pendidikan yang luas dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk hukum Islam, filsafat, matematika, dan sastra. Perjalanan hidupnya penuh dengan dinamik, termasuk menjabat sebagai pejabat pemerintah, diplomat, dan akademisi di berbagai kerajaan Islam di Afrika Utara dan Andalusia.

Sebelum munculnya Ibnu Khaldun, historiografi Islam sangat dipengaruhi oleh tradisi lisan dan naratif yang fokus pada kronik peristiwa dan biografi tokoh-tokoh penting. Penulisan sejarah pada masa ini sering kali mengandalkan sumber-sumber  berupa cerita lisan yang diteruskan secara turun-temurun. Para sejarawan seperti Ibnu Ishaq dan Al-Tabari memainkan peran penting dalam mengumpulkan dan menyusun narasi sejarah yang berpusat pada kehidupan Nabi Muhammad, penaklukan Islam, dan perkembangan dinasti-dinasti Islam awal. Metode isnad, yang memeriksa rantai perawi untuk memverifikasi keabsahan cerita, menjadi ciri khas historiografi Islam pada periode ini.

Historiografi Islam pada masa ini cenderung deskriptif, menekankan pada penyampaian peristiwa secara kronologis tanpa analisis kritis yang mendalam terhadap konteks sosial, politik, atau ekonomi. Sejarawan memberikan narasi yang kaya tentang sejarah dunia, namun sering kali mencampur adukkan fakta sejarah dengan legenda dan tradisi populer. Ada juga Karya-karya yang memberikan gambaran luas tentang penaklukan dan geografi, tetapi kurang memberikan analisis sistematis tentang dinamika kekuasaan dan perubahan sosial.

Meskipun demikian, kontribusi para sejarawan klasik ini tetap sangat penting dalam mendokumentasikan sejarah awal Islam dan menyusun basis data sejarah yang kaya untuk generasi berikutnya. Namun, pendekatan mereka terbatas oleh kurangnya metode kritis dan analitis yang kemudian diperkenalkan oleh Ibnu Khaldun. Dengan hadirnya "Muqaddimah", Ibnu Khaldun memperkenalkan cara baru dalam memahami sejarah yang tidak hanya berfokus pada apa yang terjadi, tetapi juga mengapa dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi, membawa historiografi Islam ke tingkat yang lebih tinggi dalam hal metodologi dan analisis.

Muqaddimah: Sebuah Karya Revolusioner

Muqaddimah ditulis oleh Ibnu Khaldun pada tahun 1377, dianggap revolusioner oleh para pemikir modern karena buku ini dianggap karya pertama ilmu sosial, sosiologi, demografi dan sejarah budaya. Muqaddimah ini juga sebagai karya pertama dalam Historiografi Islam yang memperkenalkan pendekatan ilmiah dan kritis dalam mengkaji studi sejarah dan masyarakat.

Dalam muqaddimah juga terdapat beberapa konsep yang di wariskan oleh Ibnu Khaldun diantara lain adalah:

  • Konsep Asabiyyah

Asabiyyah berasal dari bahasa arab yang berarti tribalisme, klanisme, komunitarianisme, atau bisa disebut juga perasaan kelompok atau solidaritas atau bahkan nasionalisme. Ibnu Khaldun berargumen bahwa asabiyyah bersifat siklus dan secara langsung relevan dengan naik turunya suatu peradaban

  • Kurva Laffer

Kurva Laffer sendiri merupakan sebuah konsep di ilmu ekonomi yang menjelaskan Kenaikan tarif pajak pada awalnya meningkatkan penerimaan pajak, namun akhirnya kenaikan tarif pajak menyebabkan penurunan penerimaan pajak. Hal ini karena tarif pajak yang terlalu tinggi membuat para produsen enggan beraktivitas dalam perekonomian.

Dalam Historiografi juga ada beberapa Konsep yang Ibnu Khaldun wariskan yaitu :

  • Metode Sejarah

Ibnu Khaldun memandang masa lalu sebagai sesuatu yang aneh dan memerlukan penafsiran, dan dalam muqaddimahnya Ibnu Khaldun menyatakan bahwa sejarah adalah ilmu filosofis, dan para sejarawan harus berusaha menyangkal mitos. Oleh karena itu, Ibu Khaldun memperkenalkan metode ilmiah baru dalam mempelajari sejarah.

  • Filsafat Sejarah

Ibnu Khaldun  dianggap sebagai pionir filsafat sejarah. Karena dalam muqaddimah terdapat pendekatan yang rasional, metode yang analitis, dan ensiklopedi yang detail dan terperinci. buku ini sangat menyimpang dari hampir seluruh historiografi tradisional, membuang konsep konvensional dan klise, dan meneliti di luar sekadar peristiwa dan karenanya bisa dibilang sebuah filsafat sejarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun