Mohon tunggu...
Muhammad Fauzan Ilham
Muhammad Fauzan Ilham Mohon Tunggu... Mahasiswa - Psychology Student | Content Writer | Personal Growth

Halo, Aku Fauzan! Mahasiswa Psikologi di Universitas Mercu Buana Jakarta. Selamat membaca artikel yang telah aku buat. Semoga bermanfaat, ya!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gangguan Kejiwaan: Menyelami Dunia Kesehatan Mental

20 Juni 2023   06:00 Diperbarui: 20 Juni 2023   06:08 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Edit in Canva

Sayangnya, dalam bidang perawatan kesehatan jiwa, perhatian terhadap peran pekerjaan dan dampaknya terhadap fungsi kerja belum diberikan prioritas, terutama di luar kondisi psikotik. Keterbatasan dalam interaksi antara kedokteran kerja dan psikiatri juga menjadi hambatan. Akibatnya, terdapat kesenjangan dalam penyediaan layanan, di mana sejumlah pasien usia kerja dengan gangguan psikiatrik umum atau sindrom somatik fungsional tidak dapat dikelola dengan baik di tingkat perawatan primer. Layanan yang umumnya berfokus pada penyakit psikotik tidak menyediakan solusi yang memadai bagi mereka. Akibatnya, banyak dari mereka terjerat dalam manfaat jangka panjang, yang berdampak besar pada kehidupan pribadi dan ekonomi mereka.

Dalam upaya mengembalikan dan mempertahankan karyawan yang telah absen sakit akibat gangguan psikiatrik, masih banyak strategi yang perlu dikembangkan secara efektif. Penting untuk mendapatkan dukungan dan penerimaan dari manajer dan rekan kerja terhadap pendekatan ini, karena faktor ini akan memengaruhi keberhasilan penerapan strategi tersebut.

Bagi kamu yang tertarik dengan hubungan antara pekerjaan dan gangguan psikiatrik, berikut adalah beberapa saran:

1. Tingkatkan kesadaran: Menjadi sadar akan pentingnya kesehatan mental di tempat kerja dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan karyawan adalah langkah pertama. Pahami bahwa gangguan psikiatrik dapat mempengaruhi karyawan dalam berbagai cara dan dapat mempengaruhi kinerja serta kehidupan pribadi mereka.

2. Fokus pada pendekatan holistik: Dalam mengelola gangguan psikiatrik di tempat kerja, penting untuk mengadopsi pendekatan holistik yang mencakup aspek psikologis, sosial, dan pekerjaan. Pertimbangkan faktor-faktor seperti lingkungan kerja, dukungan sosial, dan keselarasan antara tuntutan pekerjaan dan sumber daya yang tersedia.

3. Dorong kolaborasi antara bidang psikiatri dan kedokteran kerja: Upayakan untuk meningkatkan kerjasama antara penyedia perawatan psikiatrik dan dokter dalam bidang kedokteran kerja. Dengan mengintegrasikan perspektif kedokteran kerja dan psikiatri, dapat tercipta pendekatan yang komprehensif dalam mengelola gangguan psikiatrik yang berhubungan dengan pekerjaan.

4. Tingkatkan literasi kesehatan mental: Edukasi karyawan mengenai kesehatan mental, termasuk gejala-gejala gangguan psikiatrik umum, cara mengelolanya, dan sumber daya yang tersedia, dapat membantu mengurangi stigma dan meningkatkan kemampuan individu dalam mengenali dan mencari bantuan jika diperlukan.

5. Implementasikan kebijakan dan praktik yang mendukung kesehatan mental: Perusahaan dapat mempertimbangkan untuk mengadopsi kebijakan yang mendukung kesehatan mental karyawan, seperti fleksibilitas kerja, program dukungan kesehatan mental, dan lingkungan kerja yang inklusif dan berdaya guna.

6. Bangun dukungan sosial: Mendorong budaya kerja yang memperhatikan kesehatan mental dan mempromosikan dukungan sosial di antara karyawan. Fasilitasi komunikasi terbuka, program mentoring, atau kelompok dukungan karyawan dapat membantu mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan kesejahteraan mental.

7. Tinjau kebijakan cuti sakit dan reintegrasi: Evaluasi dan perbaiki kebijakan perusahaan terkait cuti sakit, termasuk reintegrasi karyawan setelah absen sakit akibat gangguan psikiatrik. Pastikan terdapat prosedur yang jelas dan pendekatan yang holistik dalam memfasilitasi pemulihan dan kembalinya karyawan ke lingkungan kerja.

Ingatlah bahwa setiap langkah yang diambil harus disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks perusahaan serta individu. Konsultasikan dengan psikolog atau profesional kesehatan atau sumber daya manusia yang kompeten untuk mendapatkan saran yang lebih spesifik dan sesuai dengan situasi Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun