Mohon tunggu...
Muhammad Fauzan Ilham
Muhammad Fauzan Ilham Mohon Tunggu... Mahasiswa - Psychology Student | Content Writer | Personal Growth

Halo, Aku Fauzan! Mahasiswa Psikologi di Universitas Mercu Buana Jakarta. Selamat membaca artikel yang telah aku buat. Semoga bermanfaat, ya!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sudah Makan tapi Perut Masih Bunyi, Kenapa Ya? - Perspektif Psikologi

2 Februari 2022   18:00 Diperbarui: 13 Juni 2023   08:07 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda mengalami situasi di mana Anda baru saja makan dengan cukup banyak, tetapi perut Anda tetap terdengar mengeluarkan suara? Perasaan ini mungkin agak membingungkan dan membuat Anda bertanya-tanya mengapa perut masih terdengar bunyi meski telah makan. Dalam konteks ini, psikologi dapat memberikan wawasan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi dan pengalaman kita terhadap kondisi fisik seperti ini.

1. Efek Psikologis pada Persepsi Sensasi

Pertama-tama, penting untuk diingat bahwa persepsi kita terhadap sensasi tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Ketika kita memiliki keyakinan atau harapan tertentu tentang bagaimana tubuh seharusnya merespons makanan, hal itu dapat mempengaruhi cara kita mempersepsikan sensasi dalam tubuh kita. Jika kita mengharapkan perut akan terasa penuh dan hening setelah makan, namun ternyata masih terdengar bunyi, kita mungkin merasa kebingungan atau khawatir. Persepsi ini dipengaruhi oleh pemrosesan informasi dalam otak kita dan dapat dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya, pengetahuan, dan emosi.

2. Proses Pencernaan dan Gerakan Usus

Perut yang terdengar bunyi setelah makan sebenarnya adalah hasil dari proses pencernaan dan gerakan usus yang normal. Ketika kita makan, perut kita mengisi dengan makanan dan cairan. Proses pencernaan ini melibatkan kontraksi otot-otot halus dalam dinding perut dan usus untuk membantu menggerakkan makanan melalui sistem pencernaan. Gerakan ini dapat menghasilkan suara seperti gemuruh, yang dikenal sebagai borborygmi.

Namun, penting untuk diingat bahwa intensitas dan frekuensi bunyi perut dapat bervariasi antara individu. Beberapa orang mungkin lebih peka terhadap sensasi ini atau memiliki tingkat aktivitas usus yang lebih tinggi, sehingga perut mereka terdengar lebih sering. Faktor psikologis seperti kecemasan atau stres juga dapat mempengaruhi aktivitas usus dan meningkatkan bunyi perut.

3. Hubungan antara Emosi dan Pencernaan

Psikologi juga menyoroti hubungan antara emosi dan pencernaan. Stres, kecemasan, atau perasaan tidak nyaman emosional dapat mempengaruhi fungsi pencernaan kita. Ketika kita merasa cemas atau tertekan, sistem saraf otonom kita dapat teraktivasi, yang mempengaruhi kontraksi otot-otot pencernaan dan pergerakan makanan melalui saluran pencernaan. Dalam beberapa kasus, hal ini dapat menyebabkan peningkatan aktivitas usus dan suara perut yang lebih terdengar.

Selain itu, hubungan antara makanan dan emosi juga bisa memainkan peran. Banyak orang menggunakan makanan sebagai penghibur atau cara mengatasi stres. Ketika kita makan dalam konteks emosional, seperti saat cemas atau bosan, proses pencernaan dapat terganggu, dan kita mungkin lebih peka terhadap bunyi perut atau sensasi dalam tubuh kita.

Bagaimana Menghadapinya?

Jika Anda mengalami situasi di mana perut masih terdengar bunyi setelah makan, ada beberapa cara untuk menghadapinya:

  • Menerima dan Mengenali Sensasi Tubuh: Menerima bahwa bunyi perut setelah makan adalah hal yang normal dapat membantu mengurangi kekhawatiran atau kecemasan yang mungkin muncul. Mengenali bahwa persepsi kita terhadap sensasi tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis juga penting untuk memahami pengalaman kita secara lebih baik.
  • Mengelola Stres dan Emosi: Mengelola stres dan emosi dapat membantu memperbaiki fungsi pencernaan dan mengurangi kemungkinan terjadinya bunyi perut yang terus-menerus. Melakukan kegiatan relaksasi seperti meditasi, olahraga, atau menghabiskan waktu dengan hobi yang disukai dapat membantu menenangkan sistem saraf dan meningkatkan keseimbangan emosi.
  • Mengatur Pola Makan: Memperhatikan pola makan yang sehat dan teratur dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan. Mengonsumsi makanan dalam porsi yang sesuai, menghindari makan terlalu cepat, dan mengunyah makanan dengan baik dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya bunyi perut yang terus-menerus.
  • Konsultasi dengan Profesional Kesehatan: Jika Anda memiliki kekhawatiran yang berlebihan atau mengalami gejala yang mengganggu terkait dengan pencernaan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan evaluasi dan nasihat yang sesuai.

Dalam kesimpulannya, fenomena perut yang terdengar bunyi setelah makan adalah hal yang normal dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis seperti persepsi sensasi tubuh, tingkat aktivitas usus, dan pengaruh emosi. Mengenali dan memahami faktor-faktor ini dapat membantu kita menghadapi pengalaman ini dengan lebih baik. Jika perut masih sering terdengar bunyi atau mengganggu kenyamanan Anda, konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk evaluasi lebih lanjut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun