Papua Barat
760.855
3.876
9163
2.2 Analisa Masalah Beserta Teori
Berdasarkan data-data tersebut saya akan menganalisis untuk kemudian di input teori-teori yang diajarkan selama perkuliahan semester dua. Penggunaan teori modernisasi baru dirasakan yang paling tepat untuk dipakai pada study kasus ini.
Teori Modernisasi
Teori ini didasarkan pada dikotomi antara apa yang disebut modern dan apa yang disebut tradisional. Yang modern merupakan simbol dari kemajuan, pemikiran yang rasional, cara kerja yang efisien, dsb. Masyarakat modern dianggap sebagai ciri dari masyarakat di negara-negara industri maju. Sebaliknya yang tradisional merupakan masyarakat yang belum maju, ditandai oleh cara berpikir yang irrasional serta cara kerja yang tidak effisien. Ini merupakan ciri masyarakat pedesaan yang didasarkan pada usaha pertanian di negara-negara miskin.
Dengan demikian, faktor-faktor yang mendorong atau menghambat pembangunan harus dicari di dalam negara-negara itu sendiri, bukan diluar. Misalnya, kurangnya pendidikan pada pada sebagian besar penduduknya, adanya nilai-nilai lokal yang kurang menghargai kekayaan material, dan sebagainya. Faktor-faktor ini adalah faktor internal.
Landasan berpijak teori modernisasi baru yaitu:
1. Hasil kajian baru teori modernisasi ini sengaja menghindar untuk memperlakukan nilai-nilai tradisional dan modern sebagai dua perangkat sistem nilai yang secara total bertolak belakang.
2. Secara metodelogis, kajian baru ini juga berbeda. Hasil karya baru ini tidak lagi bersandar teguh pada analisa yang abstrak dan tipologi, tetapi lebih cenderung untuk memberikan perhatian yang seksama pada kasus-kasus nyata.
3. Sebagai akibat dari perhatiannya terhadap sejarah dan analisa kasus nyata, hasil kajian baru teori modernisasi tidak lagi memiliki anggapan tentang gerak satu arah pembangunanyang menjadikan Barat sebagai satu satunya model.
4. Hasil kajian baru teori modernisasi ini lebih memberikan perhatian pada faktor eksternal (lingkungan internasional) disbanding pada masa sebelumnya.
Hasil karya teori modernisasi telah bergerak kea rah yang lebih canggih, tidak lagi mengikuti arah yang ditempuh oleh modernisasi klasik. Setelah meninggalkan berbagai asumsi yang kurang mantap yang dimiliki oleh teori modernisasi klasik – seperti misalnya cirri lurus, gerak maju dan tak berbalik dari modernisasi, dan mencirikan nilai tradisional sebagai penghalang modernisasi. Namun di teori modernisasi baru, justru sebaliknya yaitu menganggap tradisional sebagai faktor positif pembangunan.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dengan asumsi bahwa melalui teori modernisasi ini daerah-daerah yang tergolong terbelakang, dikarenakan adanya ketidakmerataan nantinya bisa mengembangkan diri dan melakukan kerja sama dengan daerah-daerah lainnya yang lebih maju. Dengan demikian pemberdayaan bisa dilakukan secara internal dan pemerataan akan tercapai sehingga menciptakan masyarakat yang sejahtera.
Daftar Pustaka
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id=91&wilayah=Papua-Barat
Y.SO, Alvin dan Suwarsosno, Perubahan Sosial Dan Pembangunan, Jakarta: LP3S Indonesia, 1994
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H