Mohon tunggu...
fauzan faqih
fauzan faqih Mohon Tunggu... -

mahasiswa Psikologi uin maulana malik ibrahim malang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Panggung Sandiwara

29 Oktober 2014   18:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:17 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Panitia sebuah acara di universitas ibarat parlemen-parlemen penanggung jawab Negara, ketika para panita memberikan dan mengatur sebuah acara dengan baik, maka acara yang diselanggarakanpun akan baik, begitupun dengan sebuah Negara, bila para parlemen mengatur dengan baik sebuah hal yang bersangkutan dengan Negara, maka Negarapun akan tercipta dengan baik.

Namun apa jadinya bila panitia bersandiwara dalam menyelanggarakan sebuah acara, saya berpikir acara yang diselanggarakan seperti acara sinetron yang hanya banyak dengan cerita fiktifnya, sebelum mereka selesai mempersiapkan sebuah acara, mereka memberikan informasi kepada para tamu undangan, bahwasannya acara akan terselenggara dengan baik, kita sebagai tamu di doktrin dengan hal-hal yang menarik, seperti :kita akan bersenang-senang dalam acara yang mereka ingin selenggarakan dan sebagainya, tapi ketika acara telah diselanggarakan, apa yang terjadi, kita merasa banyak ketidak puasan, dan merasa banyak kebohongan dalam acara tersebut. Kekecawaan yang sangat mendalam terbentuk di dalam hati kita dan bilamana mereka kembali menyelenggarakan kembali sebuah acara, apa kita akan kembali mengikutinya ? saya rasa tidak akan karena kekecawaan telah tercipta, perasaan itu bagaikan kertas, bila sudah diremukkan maka tidak akan kembali sempurna.

Begitupun dengan sebuah Negara, bila para pemimpin sebelum mereka terpilih, mereka bersandiwara dengan peran yang sangat baik, mereka memberikan doktrinitas dengan hal-hal yang baik, namun apa yang terjadi setelah mereka terpilih ? hanya sebuah cerita fiktif yang tercipta.

Maka, jadilah diri sendiri untuk melengkapi peran orang lain, agar tidak terciptanya sebuah cerita-cerita fiktif yang membodohi dan mencoreng perasaan kita. Bayangkan bila semua manusia memakai topeng untuk menutupi dirinya, maka akan banya hal-hal yang tidak realistis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun