Mohon tunggu...
fauzan faqih
fauzan faqih Mohon Tunggu... -

mahasiswa Psikologi uin maulana malik ibrahim malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Si Kaya dan Si Miskin

5 November 2014   08:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:35 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak perspektif yang mengatakan, kekayaan merupakan salah satu bentuk dari kesuksesan. Namun kesuksesan dari kacamata saya bukanlah dari apa yang mereka miliki, tetapi dari apa yang merekadapati, dan sejatinya kekayaan hanyalah sebuah materi yang bukan terwujud dari mimpi yang sejati.

Salahkah bila kesuksesan menurut kacamata saya mengatakan, kesuksesan sama dengan kebahagiaan, dengan sebuah pendapat saya, bahwa sejatinya unsur dari tujuan setiap manusia adalah kebahagiaan, setiap manusia bermimpi bahwa dirinya dapat menggapai kebahagiaan, entah kebahagian batin maupun jasmani, dan kebahagiaan menurut kacamata setiap orang berbeda-beda. Begitupun dengan kesuksesan, kesuksesan menurut kacamata setiap orang berbeda-beda, memang pada garis besarnya seseorang dikatakan telah sukses ketika mereka sudah menggapai apa yang dia mimpikan, yang dimaksud berbeda menurut kacamata setiap orang adalah ketika mimpi yang diungkap oleh setiap orang memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Misalnya, ada seseorang yang bermimpi dirinya dapat menjadi seorang guru, dia hanya ingin bermimpi menjadi sebuah guru, tak peduli guru di lembaga manapun, yang terpenting adalah dia harus menjadi seorang guru, dan pada kenyataannya dia menggapainya namun hanya dengan tingkat sekolah dasar di lembaga yang kecil, tetapi dengan keadaan seperti itu dia sudah merasa dirinya sukses walaupun dengan gaji yang tidak terlalu tinggi dan ketika dia telah mencapai pada keadaan seperti itu dia merasa dirinya bahagia, ketika dia sudah menganggap dirinya telah sukses tetapi belum tentu menurut pandangan kacamata kesuksesan orang lain. Di sini kita dapat menyimpulkan bahwasannya kesuksesan mempunyai dua unsur dominan, yaitu mimpi yang terwujud dan kebahagiaan, ketika mimpinya telah terwujud, maka timbul rasa kebhagiaan. Artinya ketika saya mengatakan kesuksesan sama dengan kebahagiaan, adalah karena titik temu dari kesuksesan adalah kebhagiaan, ujung-ujungnya adalah kebhagiaan. Dan setiap orang memiliki pandangan kacamata tersendiri mengenai kalimat kesuksesan dan kebahagiaan.

Setiap orang berusaha dengan jalannya masing-masing demi menggapai kesuksesan dengan mimpi yang berbeda-beda. Kebanyakan dari kita yang bermimpi untuk menggapai kekayaan material, maka timbulah perspektif mengatakan bahwa kekayaan merupakan suatu bentuk dari kesuksesan.

Tapi sejatinya kekayaan hanyalah kesuksesan jasmani di bawah penderitaan batin, mengapa saya mengatakan demikian ? kita bisa bayangkan sikap dari orang-orang yang telah dikatakan sebagai orang yang kaya ? sehari dari 24 jam, setengah bahkan lebih dari itu, mereka habiskan demi menggapai kekayaan material, dengan bekerja, kerja, dan kerja, hanya sedikit waktu untuk orang-orang sekitarnya, bahkan kepada keluarganya, tak ada kepuasaan ketika mereka mencari kesuksesan hanya dari segi material saja, dan akan terus mencari dan mencari sampai pada akhirnya mereka kembali ke dalam lubang yang ditutup oleh tanah. Jadi kita butuh yang namanya pembatasan kepuasaan dengan kesuksesan batin, agar tidak ada keserakahan dan kesia-siaan. Apakah mereka dengan terus mencari dan mencari kekayaan dapat atau telah merasakan kebahagiaan ? apa mereka merasa bahagia disaat mencari kekayaan ? saya menganggap, sesungguhnya yang mereka lakukan bukanlah sebuah yang berunsur kebahagiaan, namun kita balikkan kepada pembahasan awal, kesuksesan dan kebahagiaan berbeda pandangan dari kacamata setiap manusia.

Namun bila kita lihat dari realita yang ada pada Negara kita, kebanyakan dari mereka memimpikan kekayaan, apalagi mereka yang berada pada tingkat kemiskinan. Tapi apa yang terjadi pada Negara kita ? mere, kebanyakan dari mereka memimpikan kekayaan, apalagi mereka yang berada pada tingkat kemiskinan. Tapi apa yang terjadi pada Negara kita ? mereka yang berada pada tingkat kemiskinan dianggap sebuah angan-angan yang akan sulit terwujud, karena keadaan yang semakin mendorong untuk terjadi sebuah fenomena, “yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin”. Tapi ketahuilah wahai sahabat sulit bukanlah suatu hal yang tidak mungkin bisa, dengan kekuatan usaha dan keyakinan, saya rasa itu akan mendorong kepada penggapaian angan-angan itu, sudah banyak contoh dari orang yang seperti itu, bahkan mereka lebih merasa puas.

Namun permasalahanbesarnya sekarang adalah, ada pembeda antara kaya dan miskin yang membuat fenomena “yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin” terjadi. Seperti ada garis yang memisahkan antar si kaya dan si miskin, ya walaupun tidak semua orang kaya seperti itu, namun beberapanya tetap ada, dan sikap seperti itu merupakan salah satu penyabab hadirnya sebuah fenomena “yang kaya semakin kaya dan miskin semakin miskin”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun