Pernahkah Anda membayangkan jika obat yang selama ini kita andalkan untuk melawan infeksi bakteri tidak lagi efektif? Inilah ancaman nyata yang kita hadapi dengan fenomena resistensi antibiotik.
Mari kita mulai dengan cerita sederhana. Dulu, saat kita sakit karena infeksi bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik dan dalam beberapa hari kita sembuh. Namun sekarang, ceritanya mulai berubah. Bakteri, makhluk mikroskopis yang luar biasa cerdik ini, telah belajar bertahan hidup. Mereka telah berevolusi dan menemukan cara untuk melawan obat-obatan yang seharusnya membunuh mereka.
Apa sih yang sebenarnya terjadi?
Bayangkan bakteri seperti musuh dalam sebuah permainan video game. Setiap kali kita menyerang mereka dengan antibiotik, beberapa dari mereka belajar cara menghindar dan bertahan hidup. Bakteri yang bertahan ini kemudian berkembang biak, menciptakan generasi baru yang lebih kuat dan tahan terhadap antibiotik. Inilah yang kita sebut sebagai resistensi antibiotik.
Mengapa hal ini dapat terjadi?
      Studi terbaru dalam jurnal The Lancet (2022) memperkirakan ada sekitar 4,95 juta kematian di seluruh dunia pada 2019 yang berkaitan dengan resistensi bakteri terhadap antibiotik.
      Hal ini tentu harus mendapat perhatiaan, sebab hal ini dapat menyerang siapapun tanpa memandang usia, jenis kelamin, maupun daerah, pencegahan hal ini harus diawali dengan pengetahuan tentang mengapa "Resistensi" ini dapat terjadi, mengutip dari klikdokter.com dan hellosehat.com penyebab terjadinya hal ini yaitu mutasi atau perubahan genetik pada bakteri.
Beberapa jenis bakteri menetralisasi antibiotik dan membuatnya menjadi tidak berbahaya untuk dirinya. Sementara bakteri lainnya belajar untuk mengeluarkan antibiotik dari tubuhnya sebelum memberikan efek merugikan
Mengutip dari klikdokter.com hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut adalah:
- Orang yang tidak mengonsumsi antibiotik sesuai anjuran
- Orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah seperti HIV/AIDS, penderita kanker, penerima transplantasi organ
- Sedang dalam melakukan pengobatan menggunakan imunosupresan, seperti pada kondisi lupus atau penyakit autoimun lainnya
- Penggunaan berlebihan yang antibiotik
- Rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang tidak bisa mengontrol penyebaran infeksi
- Kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Kurangnya pengembangan antibiotik jenis baru
Apa yang bisa kita lakukan?
Setelah mengetahui hal-hal diatas tentu kita akan berpikir lalu apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah hal-hal tersebut, kabar baiknya adalah ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah "Resistensi" ini muncul
Untuk mencegah "Resistensi" ini terjadi, yaitu:
- Konsumsi Antibiotik Sesuai Resep Dokter: Hanya gunakan antibiotik jika diresepkan oleh tenaga medis profesional. Jangan meminta antibiotik jika tidak dianjurkan, dan hindari penggunaan antibiotik tanpa resep.
- Patuhi Anjuran Penggunaan: Ikuti petunjuk dokter dalam penggunaan antibiotik, termasuk dosis dan durasi pengobatan. Jangan menghentikan pengobatan sebelum waktunya, meskipun gejala sudah membaik.
- Jangan Berbagi atau Menggunakan Sisa Antibiotik: Menggunakan antibiotik sisa atau milik orang lain dapat menyebabkan penggunaan yang tidak tepat dan meningkatkan risiko resistensi.
- Cegah Infeksi dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat: Rutin mencuci tangan, menjaga jarak dengan orang sakit, dan mendapatkan vaksin terbaru dapat mencegah infeksi, sehingga mengurangi kebutuhan akan antibiotik
Resistensi antibiotik merupakan ancaman nyata yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Dengan penggunaan antibiotik yang bijak dan upaya pencegahan yang tepat, diharapkan penyebaran resistensi ini dapat dikendalikan, menjaga efektivitas antibiotik untuk generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H