Mohon tunggu...
FAUZAN
FAUZAN Mohon Tunggu... Freelancer - Content moderator

A boy with lots of things in mind

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dilema Memilih Jurusan Kuliah, Antara Impian Pribadi dan Orangtua

14 Juli 2020   20:13 Diperbarui: 15 Juli 2020   14:26 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (studybreaks.com)

Indonesia sudah memasuki awal tahun ajaran baru pada 13 Juli 2020. Sekalipun di tengah suasana pandemi yang sedikit membatasi berbagai kegiatan, namun tidak dengan rangkaian penerimaan mahasiswa baru di berbagai universitas.

Hanya saja ada beberapa kebijakan terkait pembatasan kegiatan, pun jadwal yang disusun ulang demi menaati protokol kesehatan selama pandemi ini.

Pandemi menjadi masalah yang membuat banyak di antara kita memutar otak, berusaha untuk tetap bisa bertahan hidup dengan berbagai cara yang baik tentunya. Namun, disamping itu, ada hal yang tidak kalah memutar otak bahkan hingga hati. 

Bagi calon mahasiswa baru yang sedang menimbang dan memilih jurusan kuliah, tentu berdamai antara impian pribadi dan impian orang tua menjadi hal yang begitu menyakitkan bagi sebagian orang. Pasalnya, impian kita justru bersebrangan dengan impian orang tua kita.

Hal ini seolah sudah menjadi permasalahan musiman di Indonesia. Sebagai manusia, tentu seorang yang mendapatkan kesempatan berkuliah ingin sekali menata langkah untuk mencapai suatu impian. Namun, bagaimana jika semua itu justru bertentangan dengan harapan orangtua?

Berdamai dengan Impian
Adakalanya kita, sebagai anak harus bisa berdamai dengan impian yang telah kita miliki sejak lama. Tentu saja itu semua tidak mudah dilakukan. 

Namun, terkadang harapan membahagiakan orangtua bagi sebagian anak ialah dengan cara menuruti segala permintaannya selagi itu baik pula untuk kita. Ini semua tentu relatif kebenarannya, tergantung pada siatuasi dan posisi kita sebagai anak dalam sebuah keluarga.

Di samping itu, berdamai dengan impian juga dituntut atas permintaan orangtua yang cukup keras. Seperti sebuah ancaman orangtua yang tidak akan membiayai anak jika tidak ingin mengabulkan permintaanya untuk kuliah di jurusan yang diharapkannya. 

Sehingga mau tidak mau, demi mengenyam sebuah pendidikan anak akhirnya akan berdamai dengan impiannya. "ya, daripada nggak kuliah, yaudah nurut saja."

Tapi, lagi-lagi berdamai dengan impian ini sebenarnya tidak hanya harus dilakukan oleh kita sebagi anak saja. Sebagai orangtua pun juga harus menyadari bahwa setiap anak tentu memiliki impiannya masing-masing.

Jika kita membatasi impian anak, lalu apa gunanya para orangtua bertanya tentang sebuah cita-cita di masa kecilnya?

Seharusnya para orangtua tidak lagi memberikan kebebasan atas bermimpi untuk anaknya, jika impian sang anak hanya akan dikerdilkan bahkan dimatikan begitu saja. 

Perlu dipahami juga bahwa ketika anak menempuh pendidikan tidak sepenuhnya atas pilihan atau kemauannya, justru ini juga akan berdampak buruk pada mental anak itu sendiri. Namun syarat dan ketentuan tetap berlaku.

Jangan takut salah jurusan
Ada beberapa informasi menarik yang perlu diketahui oleh calon mahasiswa baru di setiap tahunnya. Tentang sebuah impian yang tak sejalan dengan keinginan orangtua, jangan terlalu risau. 

Tahukah kamu, bahwa pada 2017 lebih dari 50% lulusan ITB bekerja tidak sesuai dengan jurusannya? Bukan ingin menjadikan ini sebagai patokan, hanya saja kuliah tidak selalu sejalan sebenarnya dengan apa yang diharapkan.

Kuliah bukan berarti tuntutan untuk tetap satu jalur dengan jurusan yang kita tempuh. Akan tetapi untuk mendapatkan sebuah pemahaman lebih tentu ini begitu berarti.

Dokpri
Dokpri
Bagi sebagian orang kuliah hanyalah kuliah. Artinya kuliah tidak menjadi beban atau tuntutan sebuah impian baginya. Justru kuliah menjadi tempat untuk mengembangkan diri lebih baik untuk persiapan masa depannya, seperti pengembangan soft skill dan hard skill misalnya.

Tidak jarang mahasiswa yang mengambil jurusan ilmu komunikasi menjadi seorang ahli desain sebab dilatih semasa ia kuliah di luar ruangan.

Pada akhirnya, dilema dalam memilih jurusan tentu akan tetap terjadi selagi komunikasi antara anak dan orangtua tidak terjalin dengan baik, atau bahkan saling beradu ego. Menjadi titik yang cukup sulit juga tentunya untuk bisa mengalah atas permintaan orangtua yang justru berbeda dengan pilihan kita. 

Namun, cobalah untuk tetap tenang, sebab terkadang kita sebagai anak perlu berdamai dengan impian, pun orangtua. Selagi kita bisa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi tentu itu sudah menjadi sebuah rasa syukur yang sangat mendalam. Sebab di luar sana masih banyak orang yang tak seberuntung kita. Dan coba pahami lagi, bahwa realita perkuliahan tak seindah rencana pribadi. 

Selamat berjuang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun