Mohon tunggu...
FAUZAN
FAUZAN Mohon Tunggu... Freelancer - Content moderator

A boy with lots of things in mind

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Ramadan Tanpa Garam

26 April 2020   08:57 Diperbarui: 26 April 2020   15:12 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terik mentari membakar bumi
Jalanan tampak begitu sepi bak kota zombie
Tak ada yang lalu lalang
Semua mendekam di dalam gubuk masing-masing
Berharap sebuah keajaiban datang

Katanya, ini adalah ramadhan
Bulan yang seharusnya sesak dengan banyak orang
Penuh dengan makanan, pun minuman

Aku berjalan
Menuju sudut kota
Sungguh tak kutemui sang pedagang legendaris ku
Hanya seorang penjual tebu dengan wajah lesu

Aku kembali berjalan
Menuju tempat yang seharusnya segera ramai di malam hari
Dan yang kutemui hanyalah sebuah pagar dengan gembok emas

Aku kembali
Menuju surga dunia ku
Berkumpul bersama dua malaikat tanpa sayap
Mentari terbenam dan malam pun datang
Tak lama kemudian
Azan saling bersahutan
Begitu menentramkan
Namun, seperti ada yang kurang
Dan keheningan pun segera menutup malam

Inikah ramadhan ?
Begitu hambar
Bak sayur tanpa garam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun