Pemerintah Indonesia beserta para aktivis lingkungan sedang semangatnya dalam mengalakkan zero waste life style. Salah satunya dengan tidak menggunakan berbagai hal yang berbahan plastik dan sulit atau bahkan tidak dapat didaur ulang. Dalam sebuah pelarangan tau himbauan, tentu saja harus ada solusi yang diberikan.Â
Salah satunya ialah dengan menggantikan kresek dengan tootebag, tas dari kain, ataupun tas dari kertas. Namun, beberapa hari belakang ini, lagi-lagi publik telah dihebohkan oleh sebuah video dari yang di upload oleh Channel Youtube BBC Indonesia. Video dengan judul "Kantong Plastik: Awalnya diciptakan untuk selamatkan bumi" tersebut berhasil mencuri perhatian hampir dua ratus ribu viewers.
Video dengan durasi 2 menit 51 detik tersebut menjelaskan bahwa kantong plastik pertama kali diciptakan pada tahun 1959 oleh ilmuan asal Swedia, Sten Gustaf Thulin untuk menyelamatkan bumi.Â
Pada saat itu, dunia sedang masifnya menggunakan kertas sehingga berimbas pada meningkatnya penebangan pohon.Â
Sementara hukum alamnya mengatakan bahwa penebangan pohon secara berlebihan akan berdampak buruk pada perubahan iklim. Sehingga Sten berusaha untuk menciptakan kantong plastik yang tahan lama dan digunakan berulang kali.Â
Sementara itu, kenyamanan dan kepraktisan kantong plastik membuatnya berubah menjadi sampah, sebab nilai reuse yang diniatkan oleh Sten tak lagi diperhatikan.
Pada dasarnya, Sten mengetahui bahwa penggunaan kertas yang masif akan berdampak pada perubahan iklim, sebab dalam prosesnya ia membutuhkan suatu energi.Â
Begitupun dengan plastik dan juga kertas juga akan membutuhkan suatu energi dalam proses pembuatannya. Namun, dalam hal ini dikatakan bahwa kain dan kertas membutuhkan energi yang lebih dibandingkan plastik, sehingga dari penggunaan energi kain dan kertas akan dikatakan lebih berdampak pada lingkungan.
Sementara saat ini, kita temukan bahwa banyak pihak yang sedang gencar untuk melakukan kampanye tolak plastik hingga bahkan mengeluarkan peraturan daerah dalam pengurangan kantong plastik.Â
Selain membutuhkan energi yang lebih kecil dalam proses pembuatannya, plastik juga memiliki nilai utama, yaitu praktis, murah dan mudah didapatkan. Sehingga hal ini menjadikan masyarakat terbiasa untuk menggunakan plastik dan dengan mudahnya membuangnya.
Kini plastik sedang menjadi masalah seantero negeri, sebab jumlahnya yang tidak lagi dapat terkendalikan hingga akhirnya semakin memperburuk kesehatan alam.Â
Wajar jika ia kini menjadi sorotan dan banyak usaha dalam menangani permasalahan ini. Lagi-lagi akar dari semua ini ialah sifat buruk dari manusia itu sendiri. Sebab dapat dikatakan bahwa manusia terlalu tamak dan sombong, sehingga melupakan nilai-nilai positif yang diusahakan oleh Sten. Manusia terlalu berlebihan dalam bertindak.
Mari kita renungi lagi dalam agama atau kepercayaan kita masing-masing, agama mana yang mengajarkan umatnya untuk hidup boros dan berlebihan, apalagi lupa untuk memikirkan dampak dari apa yang diperbuat alias tidak bijak berbuat.Â
Setiap agama mengajarkan umatnya agar mampu hidup sesuai kebutuhan, hemat dan menjaga kelestarian alam. Apakah ini pertanda kekuatan iman semakin menipis seiring berjalannya zaman ? Tentu tidak dapat dikatakan seperti itu.
Pada akhirnya kita tidak perlu bingung sebenarnya, apa dengan plastik, kain atau kertas. Sebab solusi didalam permasalahan itu ialah berbicara mengenai sifat bijak seseorang.Â
Seharusnya setiap orang memerhatikan sikap ini, dan berfikir dalam bertindak. Sebab manusia saat ini juga tidak dapat terlepas dari 3 hal tersebut, hanya saja sikap bijak yang perlu ditanamkan dalam diri kita.Â
Ingatlah, alam tidak pernah membutuhkan manusia untuk hidup dan berkembang, namun manusia sangat bergantung pada alam.Â
Oleh karenanya, marilah kita bijak dalam bertindak, bijak berplastik, bijak menggunakan kain dan bijak dalam menggunakan kertas. Selamat menjadi manusia yang bijak dalam bertindak!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H