Mohon tunggu...
Purborumekso Adiningrat
Purborumekso Adiningrat Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Bukan apa yang terlihat, tapi ayang yang terkandung didalamnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Padi Sebagai Pasokan Utama Pangan Mataram Islam

18 Desember 2024   01:00 Diperbarui: 18 Desember 2024   02:32 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi Kerajaan Mataram Islam (Sumber: Masjid Jendral Sudirman)

Berdasarkan isi Babad Tanah Jawi, Kerajaan Mataram Islam pernah berdagang sampai-sampai menaikkan harga beras untuk dijual kepada kompeni, bukti tersebut disebutkan sebagai berikut:

“Ora antara lawas dhawuh nglarangi adol beras marang Compagnie, amarga Coen wani wani awèh mriyem marang wong Surabaya.” (Meinsma, 1874)

Pada tahun 1613 sumber daya pertanian di  kawasan  Mataram  sempat mengalami penurunan karena wabah dan paceklik, banyak warga yang kelaparan dan mati.

“Kanjeng Sultan iya ayem baé, pangandikané:   tanah    Mataram isih sugih wong. Jalaran kang mangkono mau wong cilik padha ora  bisa  nggarap  sawah, regané beras saya larang lan wongé saya ora kacukupan. wuwuh katambah ing  pagering,  mulané  ing  tahun 1618 lan 1626 akèh padésan ing Tanah  Jawa  kang  wongé  mung kari 1/3, kang 2/3 padha mati.” (Meinsma, 1874)

Dengan kondisi yang lumayan sulit Sultan Agung menyatakan bahwa tanah mataram masih banyak rakyat, karena orang kecil tidak bisa menggarap sawah dan harga beras semakin mahal dan tidak tercukupi. Hal ini dikarenakan banyaknya pajak yang harus dibayar oleh  pedagang  kepada  kompeni. Namun pada tahun 1615, beras sebesar 2000 ton pernah diekspor ke VOC di Batavia.   Akibat   dari  surplus   beras setiap tahunnya, kegiatan perdagangan yang     awalnya     kurang    mendapat perhatian kemudian mulai hidup dan berkembang, meskipun pertanian tetap menjadi andalan utama perekonomian kerajaan (Moedjanto, 1986: 9; Reid, 1998: 28)

KESIMPULAN

Kerajaan Mataram Islam menjadi salah satu negara yang mengadopsi sistem Agraris di wilayah Nusantara. Dengan letak geografisnya yang mendukung dari sungai, gunung dan  dataran  luas yang  terbagi  dari empat bagian yaitu Kutagara,Negara Agung, Mancanegara, dan Pasisiran menyebabkan Mataram Islam suskes dalam mengadopsi sistem negara Agraris yang bergantung pada sektor pertanian terutama tanaman padi. Pada masa Sultan Agung menjadikan Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya dengan adanya pajak yang dibuat dan mengelola produksi padi dengan baik terutama pada wilayah Kerta.

REFERENSI: 

Abimanyu, S. (2015). Kitab Terlengkap Sejarah Mataram. Yogyakarta: Saufa.

Adrisijanti, I. (2000). Arkeologi Perkotaan Matram Islam. Yogyakarta: Jendela.

Boechari. (1962). Rakryan Mahamantri I Hino Sri Sanggramawijaya Dharmmaprasadottungga-Dewi. Jakarta: Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Burhanudin, J. (2013). Ulama Kekuasaan; Pergumulan Elite Muslim dalam Sejarah Indonesia. Bandung: Mizan Publika.

Meinsma, J. (1874). Babad Tanah Jawi. Muntilan: Garudhawaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun