Mohon tunggu...
Daffa Nur Fauzan
Daffa Nur Fauzan Mohon Tunggu... -

Hanyalah ambang debu tak kuasa menggapai bulan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengintip Curug Bangunsari, Sebuah Surga Kecil Tersembunyi di Gunungkidul

11 April 2018   07:54 Diperbarui: 13 April 2018   17:24 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Senin, 9 April 2018, liburan UN saya dimulai. Liburan ini saya rencanakan dengan diisi kegiatan-kegiatan positif. Salah satunya yaitu mengunjungi dan meneliti beberapa situs obyek wisata di daerah saya, Gunungkidul, sebuah kabupaten di D.I. Yogyakarta yang sering dianggap orang-orang "sebuah daerah yang tandus". Hari pertama akan saya isi untuk mengunjungi sebuah curug (air terjun) di Dusun Bangunsari, Kelurahan Candirejo, Kecamatan Semin, yaitu Curug Bangunsari.

Sebelum hari-H, saya janjian terlebih dahulu dengan teman saya yang tinggal di Semin bernama Eka Meilinda untuk dapat memandu dan menemani saya dalam perjalanan obyek wisata ini. Rencananya dia akan mengajak seorang temannya. Namun karena suatu sebab, dia tidak bisa ikut. Jadi, hanya kami berdua yang mengunjungi Curug Bangunsari. Sebelum menuju titik obyek wisata, kami berdua janjian terlebih dahulu untuk ketemuan di SMAN 1 Semin.

Pada hari-H, jam 8 pagi saya sudah bersiap-siap dan berangkat dengan menggunakan motor bebek menuju Kecamatan Semin yang jaraknya sekitar 45 km dari rumah saya daerah Kecamatan Gedangsari. Perjalanan dimulai. Padahal masih pagi, jalan Karangmojo - Semin sudah dipadati oleh banyak kendaraan. Untuk menyingkat waktu perjalanan, saya mempercepat kecepatan motor saya.

Tibalah saya di SMAN 1 Semin. Ternyata baru saya yang tiba. Berselang 3 menit kemudian, akhirnya Eka datang. Kami langsung saja menuju Curug Bangunsari. Dari SMAN 1 Semin, kami menuju pom bensin, pertigaan ke Sukoharjo ke kanan. Setelah tugu perbatasan Gunungkidul dan Sukoharjo, ke kiri masuk ke Padukuhan Bangunsari, kira kira 1 km ada papan petunjuk PAUD silahkan ambil kanan.

Dan kira kira 300 meter ketemu perempatan, silahkan belok kiri dan lurus saja. Setelah ada pertigaan, belok kanan ke bawah dan sampailah di obyek wisata Curug Bangunsari. Untuk tarifnya, hanya dikenakan tarif parkir saja, yaitu Rp 3000 untuk motor dan Rp 5000 untuk mobil.

Memasuki obyek wisata, kita disuguhkan oleh pemandangan batu-batu bukit yang hitam bercorak putih yang tersusun rapih di atas lereng bukit. Untuk memasuki curug, kita bisa mengambil 2 jalur, yaitu jalur kanan dan jalur kiri. Untuk jalur kanan, terlebih dahulu menyebrangi sungai. Kami mengambil jalur kiri karena arus sungai yang cukup deras.

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Tibalah kami di wajah Curug Bangunsari. Kami disuguhkan dengan pemandangan alam curug yang indah, 2 cabang curug di kanan dan di kiri, suara deras air yang menenangkan hati, aliran air yang memijit mata, hijaunya pepohonan, bebatuan kapur yang tersusun rapih, dan sejuknya udara sekitar curug.

 Fauna yang hidup di area sekitar wajah curug ini yaitu ikan-ikan kecil, nyamuk air, kepiting sungai, katak, semut pohon, dan aneka burung. Kami berdua langsung mencatat dalam catatan hasil temuan sementara (hipotesis) kami sambil mengamati curug. "Klo mau naik ke atas, bisa" kata Eka. "Tapi hati-hati" lanjutnya.

Karena penasaran dengan di atas cabang bawah curug, saya beranikan diri naik dan memanjat bebatuan agar bisa sampai ke atas. Untuk bisa ke atas, kita harus memanjat di cabang curug sebelah kiri yang tingginya sekitar 3 meter. 

Kita harus berhati-hati karena bebatuan di sekitar air terjun yang licin, berlumut, dan cukup tajam dan harus memanjat bebatuan Sampailah saya di atas cabang curug paling bawah. Di sana, saya menjumpai ada percabangan curug lagi, yaitu 3 cabang air yang bersatu kemudian membelah menjadi 2 cabang lagi seperti yang bisa kita lihat pada muka curug sebelumnya.

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Kemudian saya naik lagi ke atas cabang kedua curug tersebut yang tingginya sekitar 3 meter lagi. Saya susuri lagi menuju sumber air curug tersebut berasal dan saya jumpai lagi bahwa ada percabangan lagi pada curug ini, yaitu 3 cabang curug yang paling atas (2 cabang besar dan 1 cabang kecil).

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Pola percabangan yang saya temui di Curug Bangunsari ini adalah 3-3-2. Curug yang ditata secara alami ini membuat saya kagum dan ingin meneliti lebih lanjut tentang penataan alami curug yang sangat bagus ini. Karena merasa cukup dengan catatan hipotesis yang saya catat seperti yang saya uraikan pada kalimat-kalimat sebelumnya pada artikel ini, saya turun ke bawah untuk beristirahat. Di bawah, kami berdua makan bekal yang telah disiapkan Eka, yaitu mie dadar yang enak, sayur jamur yang keasinan, dan es teh sambil menikmati pemandangan curug yang indah.


- Daffa Nur Fauzan (SMAN 2 Wonosari)
- Eka Meilinda (SMAN 1 Semin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun