Mohon tunggu...
Fauzan Arevalo
Fauzan Arevalo Mohon Tunggu... Konsultan - Coretan sederhana

Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Seorang Sarjana, Untuk Apa dan Untuk Siapa?

15 Juli 2019   13:55 Diperbarui: 30 Juni 2021   06:13 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarjana untuk apa dan siapa? (unsplash/charles de loye)

Untuk Apa Pendidikan?

Saat ini pendidikan menjadi salah satu kebutuhan primer di masyarakat, selain sandang, pangan, dan papan. Namun pada kenyataannya dalam kehidupan masyarakat pendidikan merupakan suatu "trend", gaya hidup dan sesuatu yang dijadikan sebuah parameter tingkat gengsi seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. 

Sejatinya, pendidikan merupakan platform yang dapat memperbaiki kualitas kehidupan individu, kelompok dan bangsa negara, dengan pendidikan seharusnya kita dapat memperbaiki pola fikir atau mindset dalam mengambil keputusan sehari hari baik dalam konteks mikro maupun secara makro. 

Dalam GHBN disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional sesungguhnya ialah "Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggungjawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. 

Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada Tanah Air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu dikembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif. 

Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama - sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa". 

Selanjutnya GBHN menegaskan pula bahwa "Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia" dari hal tersebut dapat diketahui bahwa sejatinya tujuan pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan memperbaiki seluruh kekurangan bangsa secara inovatif dan kreatif. 

Menjadi Seorang Sarjana

Menjadi seorang sarjana merupakan sebuah hal yang dimpikan oleh semua orang, Untuk memperoleh gelar sarjana, secara ketentuan dibutuhkan waktu perkuliahan selama  4 tahun (Keadaan normal) atau telah menempuh perkuliahan dengan jumlah SKS sebanyak 140-160. 

Jika seseorang sudah dinyatakan lulus oleh sebuah perguruan tinggi, maka dia berhak menyandang gelar sarjana.  Namun di sisi lain tidak semua orang tau esensi yang sesungguhnya dari gelar sarjana yang mereka sandang. 

Menjadi seorang sarjana bukan hanya soal seberapa gagah gelar yang disandingkan dengan nama kita, namun menjadi seorang sarjana sejatinya memiliki beban yang harus diemban oleh setiap penyandang gelarnya. 

Setiap sarjana seharusnya dapat berkontribusi lebih dalam kehidupan bermasyarakat, hal itu dikarenakan mereka memiliki kemampuan lebih dalam sebuah bidang keilmuan yang mereka pelajari di bangku pendidikan tinggi. 

Menjadi seorang sarjana seharusnya dapat menjadi seorang yang memiliki ahli atau "expert" dalam berkehidupan di masyarakat. Seperti contoh, Penulis saat ini merupakan seorang mahsiswa jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (Planologi) di sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Bandung.

Namun sejatinya tugas penulis bukan hanya berusaha dengan keras untuk memenuhi persyaratan kelulusan strata 1, sehingga penulis dapat lulus kuliah dengan lancar dan lalu mempersiakan tahap selanjutnya baik melanjutkan studi S2 maupun memasuki duni kerja formal.

Namun ada tugas lain yang harus dilakukan oleh penulis baik selama proses studi maupun setelah lulus dan menjadi seorang sarjana perencanaan wilayah, namun tugas dan beban yang harus diemban oleh penulis adalah penulis dituntut untuk dapat menjadi seorang ahli di bidang perencanaan wilayah dan kota.

Sehingga dalam kehidupan bermasyarakat seharusnya penulis dituntut untuk bisa mengamalkan ilmu ilmu di bidang keahlian yang penulis fahami dan penulis dituntut untuk dapat selalu mengambil keputusan yang selalu bersifat sistematis dan kritis terutama dam hal hal yang berkaitan dengan perencanaan dan pembangunan yang terdapat di masyarakat. 

Jadi pada intinya pendidikan tinggi bukanlah momen yang hanya untuk memperbaiki diri sendiri dan memperpanjang nama dengan berupa penambahan gelar yang disandigkan di sisinya. 

Kontribusi Seorang Sarjana Untuk Masyarakat

Presiden John F Kennedy pernah mengatakan "Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!".

Dari kutipan tersebut penulis sangat tertarik untuk mengkampanyekan betapa pentingnya kita menyadari esensi dari gelar sarjana yang kita sandang, saat ini bangsa kita membutuhkan orang orang yang tidak hanya pandai, namun juga piawai dalam memainkan peran keahlian masing masing  dalam memberikan alternatif dari kasus kasus yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.  

Saat anda ahli disebuah bidang, maka dedikasikanlah keahlian anda dalam kehidupan masyarakat, jangan dibiasakan menutup mata. sekecil apapun ilmu yang anda miliki maka jadikanlah ilmu tersebut sebagai berkah untuk orang orang disekitar kita.

Wallahu A'lam Bishawab

Bandung, 15 Juli 2019 M / 11 Dzulqa'idah 1440 H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun