Mohon tunggu...
Ahyar Fauzan
Ahyar Fauzan Mohon Tunggu... Guru - Bahasa Arab

Bahasa Arab

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengorbanan Rasulullah untuk Umatnya

30 November 2020   11:43 Diperbarui: 30 November 2020   12:08 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Thaif

Tiga tahun sebelum hijrah, adalah Tahun Kesedihan dimana Rasul kehilangan dua orang tercintanya, istrinya Khadijah dan pamannya Abu Thalib yang selalu membelanya, namun mati dalam keyakinan jahiliyah.

Berbulan-bulan beliau dan para sahabat dikucilkan oleh kaumnya sendiri. Badan mereka kurus kering. Mereka dilarang membeli, dilarang menjual, dilarang bersosialisasi. Datanglah bencana kelaparan dan penyakit, sampai-sampai kaum muslim harus makan daun-daun kering saking laparnya.

Rasul mencari perlindungan, mencari kaum yang bisa menolong mereka, dipilihlah Thaif, kota yang berdekatan dengan Makkah. Dibawah Zaid bin Haritsah. Namun perlakuan orang Thaif sama buruknya, berdarah-darah Rasul dilempar batu hingga tergenang darah di sandalnya.

Maka datanglah Jibril bersama Malaikat Gunung, yang apabila Rasul mau, ia bisa himpitkan kedua gunung di antara Kota Thaif untuk membalas perbuatan mereka, namun Rasul enggan.

Kisah Wafat Ruqoyyah

Tahun 2 Hijriyah, tahun wafatnya putri beliau Ruqoyyah. Ruqoyyah dulunya adalah istri dari Utbah, putra Abu Lahab. Yang begitu tahu bahwa Muhammad diutus menjadi Rasul, Abu Lahab lah yang memaksa Utbah menceraikan Ruqoyyah dengan kasar.

Lalu Rasulullah menikahkannya dengan Usman bin Affan, salah satu sahabat yang dijamin surga.

Tahun 2 Hijriyah Bulan Ramadhan, umat islam meraih kemenangan besar di Perang Badar, ramai berita tersebar di pelosok Madinah, membuahkan suka cita. Semua orang berbahagia, semua orang tersenyum gembira.

Tapi saat itulah datang seseorang mengabarkan berita kepada Rasulullah, bahwa putri tercintanya Ruqoyyah meninggal dunia.

Bayangkan bagaimana Rasul menyembunyikan kesedihan di hadapan pada sahabat. Bayangkan betapa sedih hati beliau, bayangkan musibah yang beliau hadapi beberapa saat setelah beliau mendapat berita gembira!

Kisah Sumur Maunah

Safar Tahun 4 Hijriyah, Abul Barra Amir bin Malik meminta Rasul mengirim utusan ke Najd untuk mengajarkan islam disana, ia meyakinkan beliau bahwa kaumnya membutuhkan orang-orang yang bisa membimbing mereka mempelajari islam.

Maka tanpa ragu, Rasul kirim 70 orang sahabat terbaik, para penghafal qur'an, untuk menemui pembesar kaum disana, dengan besar harapan akan datang sekelompok orang yang memeluk islam, membantu perjuangan beliau di Madinah, yang ternyata berakhir dengan pengkhianatan, dan dibantailah 70 sahabat penghafal quran tersebut di dekat Sumur Maunah.

Wafat Zainab

Tahun 7 Hijriyah, tahun wafatnya putrinya yang pertama Zainab. Saat hijrah ke Madinah, Zainab sedang mengandung seorang anak. Susah payah beliau naik diatas unta, hijrah diam-diam, sampai datang seorang kafir Quraisy menjatuhkannya dari unta hingga gugurlah janin di perutnya. Bertahun-tahun Zainab merasakan sakit, sampai ia menemui ajalnya tahun 7 Hijriyah. Bersimpuhlah Rasul di samping kuburan putrinya. Putri kecilnya Fatimah Az Zahra pun menangis di sebelahnya, maka Rasul usap air mata putri kecilnya dengan kain bajunya. Dan menangislah para wanita-wanita yang turut hadir.

Umar pun marah melihat para wanita menangis di depan Rasulullah, tapi Rasul mencegah Umar, beliau bersabda, "Biarkan mereka wahai Umar. Sesungguhnya mata boleh menangis, hati boleh bersedih, tapi jangan sampai kalian terhasut oleh setan. Karena kesedihan di mata dan di hati datangnya dari Allah, tapi ketika turun ke tangan dan lisan, maka itu dari setan."

Kesimpulan

Setiap Nabi diberi satu doa mustajab, maka seluruh Nabi telah mengambil kesempatan doa tersebut (di dunia), tapi aku mengakhirkan doa tersebut sebagai syafaat bagi umatku (di hari kiamat).

Nabi Nuh, berdakwah di kaumnya dan mendapat hinaan dan penolakan, maka berdoalah ia, sampai diturunkan air bah yang menenggelamkan kaumnya.

Nabi Zakariya, bertahun-tahun menunggu datangnya keturunan, berharap akan ada seorang putra yang meneruskan garis perjuangannya. Maka Allah berikan beliau keturunan yaitu Nabi Yahya.

Nabi Sulaiman, memohon untuk diberikan kerajaan yang besar, yang takkan ada yang dapat menyainginya pada zaman itu ataupun zaman-zaman setelahnya. Maka Allah kabulkan.

Seluruh Nabi diberi satu doa yang mustajab, yang takkan tertolak, maka para Nabi terdahulu mengambil doa mustajab tersebut di dunia, maka Allah kabulkan seketika.

Tapi Nabi kita yang Mulia, Nabi Muhammad SAW mengakhirkan doa tersebut untuk ia berikan syafaat pada umatnya hari kiamat kelak.

Mana sopan santun kita terhadap beliau? Tidakkah kita bertanya-tanya, mengapa Nabi tidak mengambil kesempatan tersebut di dunia? Bukannya beliau banyak disakiti? Bukannya beliau banyak dikhianati? Bukannya beliau banyak menerima musibah?

Seberat apa ujian kita jika dibandingkan dengan beliau? Sesakit apa derita kita jika dibandingkan dengan beliau?

Sungguh beliau adalah Nabi paling mulia, agung akhlaknya, bersabar menerima ujian untuk dirinya di dunia, supaya beliau bisa berikan doa mustajab tersebut untuk umatnya hari kiamat kelak.

Maka seberapa pantaskah kita menerima syafaat beliau? Ketika kita jauh dari kitab yang beliau bawa? Ketika kita enggan dengan hadis yang beliau ucap? Ketika kita bahkan tidak sedikit pun berusaha menjaga kemuliaan dan harga diri beliau?

Ya Allah, jangan Engkau haramkan syafaat Nabi-Mu untuk kami di hari kiamat kelak, Ya Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun