Mohon tunggu...
Fauzan N.
Fauzan N. Mohon Tunggu... -

I'm a doctor

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sekedar Opini tentang Pemilu yang Lalu

13 April 2014   01:30 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:45 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tanggal 9 April 2014 lalu telah dilaksanakan Pemilu Legislatif untuk menetukan siapa yang akan menjadi "wakil rakyat" selama periode 2014-2019. Dengan peserta sejumlah 12 partai politik nasional dan 3 partai politik lokal Aceh. Pesta demokrasi ini dilakukan untuk menetukan siapa nantinya yang akan menjabat sebagai anggota DPR RI, DPD, DPRD Propini, dan DPRD Kabupaten/Kota.

Secara umum pemilu kali ini berjalan dengan lancar dan aman di berbagai daerah di Indonesia. Tak seperti beberapa pemilihan umum yang lalu, pemberitaan mengenai kecacatan surat suara, keterlambatan distribusi alat pemilu, kesalahan pendataan DPT, atau kerusuhan yang terjadi selama masa pemilu tidak begitu mencolok. Cuma ada beberapa daerah di Indonesia timur yang terpaksa menunda pemilu karena keterlambatan surat suara.

Rakyatpun terlihat cukup antusias mengikuti pemilu ini. Banyaknya nama caleg dan ribetnya cara mencoblos tidak menghalangi sebagian masyarakat untuk memilih. Hal yang ditakutkan mengenai melonjaknya jumlah masyarakat "Golongan Putih" atau kaum apatis sepertinya tidak terjadi. Mungkin secara presentase masih banyak, yaitu sekitar 20-an % orang yang golput.  Namun hal ini dinilai tidak meningkat secara signifikan dibanding pemilu-pemilu yang lalu. Cukup unik memang, hal ini dikarenakan pada pemilu kali ini gencar pemberitaan di media massa seperti televisi yang banyak menganjurkan masyarakat untuk memilih. Kata "Memilih untuk Indonesia yang lebih baik" seakan menjadi sangat sering terdengar. Entah pesan ini dari para pemilik media televisi (yang segaligus pemilik partai) untuk mendongkrak suara atau memang penyadaran yang  murni dari media tersebut.

Tak terkecuali di media sosial yang banyak dihuni kaum muda. Banyak tulisan-tulisan yang sekadar mengingatkan pentingnya memilih "orang baik" untuk menuju kursi wakil rakyat. Banyak juga tulisan atau status mengenai mengapa dan bagaimana cara menjadi "pemilih cerdas". Setelah pemilu, bahkan tak sedikit kaum muda yang dengan bangga menunjukkan jari ungunya pertanda sudah mengikuti pemilu. Di lingkungan kampus juga banyak semacam gerakan yang intinya mengkampanyekan mahasiswa lain untuk memberikan suaranya. Walaupun masih ada semacam penentangan dari kaum muda lain yang sudah muak dengan hal-hal yang berbau politik.

Antusiasme juga ditunjukkan oleh petugas pemungutan suara. Banyak cara unik yang dilakukan untuk menarik masyarakat memberikan suaranya. Di TPS tempat saya memilih para petugas menggunakan pakaian adat jawa lengkap dengan blangkon dan kerisnya. Disediakan doorprize juga bagi pemilih yang beruntung. Di daerah-daerah lain ada petugas yang rela menggunakan berbagai pakaian aneh, mendekorasi TPS seunik mengkin dan menarik masyarakat dengan berbagai cara.

Tak ayal karena penyelenggaraan pemilu yang dinilai cukup sukses ini, banyak pemimpin partai yang mengaku puas dan salut dengan kinerja KPU dan partisipasi masyarakat. Tidak banyak pemberitaan tentang protes-protes partai peserta pemilu atau kegagalan tentang penyelenggaraan pemilu ini.

Namun ada berbagai hal yang harus selalu dibenahi jika para pemimpin masih ingin mengadakan pemilu yang lebih baik. Hal yang paling patut disoroti mengenai pemilu ini adalah saat masa kempenyenya. Mulai dari pemasangan alat peraga kampanye misalnya, tak sedikit kita lihat di jalan-jalan, poster para calon legislatif bertebaran di mana-mana dan cukup menganggu pemandangan. Tak perduli itu di dinding, tiang listrik, kebun, bahkan dipaku di pohon. Hal lain yang cukup menjengkelkan adalah para pemasang alat kampanye ini juga tidak mau mencopot kembali posternya meskipun sudah masuk hari tenang kampanye dan sudah diperingatkan Bawaslu. Tak heran banyak berkeliling petugas Satpol PP atau dari Bawaslu yang dengan susah payah merazia dan mencopot poster tersebut setiap hari.

Hal lain yang patut disayangkan adalah saat konvoi di jalan dan kampanye terbuka dari berbagai partai. Sudah bukan rahasia lagi banyak masyarakat yang jengkel karena para pelaku kampanye konvoi ini sangat mengganggu. Bukan hanya dengan suara knalpot yang memekakkan telinga, namun juga perilaku mereka di jalanan yang membahayakan. Kalau sudah berada di jalanan seakan milik merekalah jalanan itu. Mulai dari tidak memakai helm, memenuhi badan jalan, melanggar lalu lintas dan meresahkan pengguna jalan lain. Hal ini diperparah dengan para pengatur jalanan yang 'tiba-tiba menghilang' atau tak berani menghadang mereka. Mungkin karena efek kampanye konvoi ini juga, anak-anak kecil jadi semakin liar dan bandel. Hal ini mungkin karena dalam benak anak-anak setelah menonton kampanye ini, jika mereka melakukan kenakalan, asal itu dengan jumlah banyak maka tidak ada yang bisa mengatur mereka.

Begitu pula dengan kampanye terbuka, banyak sekali pelanggaran yang dilakukan caleg dan partainya. Mulai dari mengikutsertakan anak kecil, maupun membagi-bagikan uang secara terbuka. Hal yang patut disayangkan mungkin, saat mengadakan kampanye terbuka ini sering menggunakan para penyanyi dangdut yang berpenampilan "tak pantas atau tak senonoh". Bahkan sering menampilkan adegan yang berbau pornografi, meskipun di depan mereka berjajar anak kecil yang dengan bebas menikmati pertunjukan itu. Para caleg yang hadir di situ bahkan sering menggunakan uang saweran untuk mendukung adegan itu.

Satu lagi penyakit yang mendera para caleg adalah penggunaan poltik uang dalam berkampanye. Bahkan dalam pemilu kali ini cenderung sangat keterlaluan. Uang sebesar 15 ribu, 25 ribu sampai ratusan ribu rela mereka keluarkan demi meraup suara sebanyak-banyaknya. Sasaranya adalah masyarakat desa yang polos dan masyarakat menengah ke bawah. Di daerah saya yang dulunya aman dan tidak tersentuh, sekarang sudah mulai merebak isu politik uang ini. Bahkan di daerah agak terpencil di Propinsi saya tertangkap orang yang membawa uang ratusan juta yang diduga untuk politik uang ini. Bukan hal yang tak mungkin setelah mereka menjabat, mereka akan mengeruk uang negara sebanyak-banyaknya agar menutupi biaya besar dan hutang-hutangnya selama masa kampanye ini.

Harapan saya dalam pemilu kali ini semoga terpilih wakil rakyat yang benar-benar amanah dalam memegang janjinya dan bisa membawa Indonesia ke keadaan yang tidak carut-marut lagi. Aamiin...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun