Mohon tunggu...
Akip
Akip Mohon Tunggu... -

Pembodohan Manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hegemoni dalam Media

9 Oktober 2018   17:17 Diperbarui: 16 Oktober 2018   19:35 1547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gramsci menjelaskan tentang tiga cara bagaimana perbedaan momen-momen kesadaran politik dapat dianalisa dan dibedakan ke dalam tingkatan yang bervariasi.

Momen pertama dan merupakan momen yang paling dasar adalah momen economic-corporate level: seorang pedagang merasa memiliki kewajiban moral untuk saling mendukung dengan pedagang lainnya, demikian juga dengan usaha manufaktur yang satu dengan lainnya, dan lain-lainnya, tetapi si pedagang belum memiliki perasaan solidaritas dengan mereka yang berusaha dibidang manufaktur.

Momen kedua adalah momen di mana kesadaran dapat dicapai pada tahap persamaan kepentingan (solidarity of interest) diantara seluruh anggota didalam kelas sosial -- tetapi kepentingan yang masih dalam tingkat yang murni pada wilayah ekonomi. Momen ketiga adalah momen di mana satu kelompok menjadi sadar akan pentingnya memiliki satu kepentingan yang lebih luas dan berhubungan di atas kepentingan-kepentingan lainnya, dalam membangun masa kini dan masa depan seluruh kelompok, melampaui batasan sekedar hanya kepentingan ekonomi belaka, dan dapat serta harus juga menjadi kepentingan-kepentingan kelompokkelompok lain yang tersubordinasi.

HEGEMONI MEDIA

Teori ini kurang memusatkan perhatian pada faktor ekonomi dan struktur ideologi yang mengunggulkan kelas tentu, tetapi lebih menekankan ideologi itu sendiri, bentuk ekspresi, cara penerapan, dan mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para korbannya (terutama kelas pekerja), sehingga upaya itu berhasil mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka. Perbedaan teori ini dengan pendekatan Marxis klasik dan pendekatan ekonomi politik terletak pada pengakuannya terhadap lebih besarnya kadar ketidaktergantungannya pada kekuatan ekonomi.

Ideologi sebagai suatu definisi realitas yang kabur dan gambaran hubungan antar kelas, atau hubungan imajiner para individu dengan kondisi keberadaan mereka yang sebenarnya tidaklah dominan dalam pengertian bahwa ideologi itu dipaksakan oleh kelas penguasa, tetapi merupakan pengaruh budaya yang disebarkan secara sadar dan dapat meresap, serta berperan dalam mengintepretasi pengalaman tentang kenyataan. Proses interpretasi itu memang berlangsung secara tersembunyi (samar), tetapi terjadi secara terus menerus.

Menurut Hall (dalam McQuail, 1987), konsep dominasi, yang berarti pemaksaan kerangka pandangan pandangan secara langsung terhadap kelas yang lebih lemah, melalui penggunaan kekuatan dan keharusan ideologi yang terang-terangan, belumlah cukup untuk menampung semua kompleksitas permasalahan.

Orang harus memahami bahwa dominasi berlangsung pada tahap sadar maupun tidak sadar. Dengan kata lain, orang harus melihatnya sebagai alat dari sistem hubungan yang terkait, bukannya sebagai upaya pilih-kasih para individu yang dilakukan secara sadar dan terang-terangan melalui penetapan peraturan dan pengucilan yang dilakukan melalui bahasa dan wacana.

Konsep-konsep hegemoni yang dipaparkan di atas mungkin masih agak membingungkan, karena penerapan hegemoni media agak sulit jadi hegemoni media sebagai secara perlahan-lahan memperkenalkan, membentuk, dan menanamkan pandangan tertentu kepada khalayak. Peranan media adalah membangun dukungan masyarakat dengan cara mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka dengan menciptakan sebuah pembentukan dominasi melalui penciptaan sebuah ideologi yang dominan.

 Menurut paradigma hegemonian, media massa adalah alat penguasa untuk menciptakan ketaatan. Media massa, seperti halnya lembaga sosial lain seperti sekolah dan rumah sakit, dipandang sebagai sarana ampuh dalam mereproduksi dan merawat ketaatan publik. 

Memasuki abad ke 21, industri media tengah berada di dalam perubahan yang cepat. Kerajaan-kerajaan media mulai membangun diri dengan skala yang besar. Merger ataupun pembelian media lain dalam industri media terjadi di mana-mana dengan nilai perjanjian yang sangat besar. Semakin lama bisnis media semakin besar dan melibatkan hampir seluruh outlet media yang ada dengan kepemilikan yang makin terkonsentrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun