Ada juga unsur tawakkal (berserah diri) dan kebergantungan pada Tuhan dalam syair ini. Seorang sufi harus menyadari bahwa meskipun persiapan yang matang dan usaha yang keras diperlukan, hasil akhirnya tetap berada di tangan Tuhan. Tawakkal adalah sikap pasrah dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan setelah melakukan segala usaha yang maksimal. Ini menunjukkan bahwa dalam sufisme, kebergantungan pada Tuhan adalah hal yang mutlak dan segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya.
Tujuan Akhir sebagai Pencapaian Ma'rifat
Tujuan akhir dari perjalanan ini adalah mencapai ma'rifat (pengetahuan langsung tentang Tuhan) dan hakikat. Ini adalah tahap di mana seorang sufi mencapai penyatuan dengan Tuhan, memahami hakikat sejati dari eksistensi. Ma'rifat adalah bentuk pengetahuan tertinggi yang diperoleh melalui pengalaman langsung dan bukan hanya dari belajar secara tekstual. Ini adalah tujuan tertinggi dalam perjalanan spiritual seorang sufi, di mana dia merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupannya.
Kesimpulan
Hamzah Fansuri, melalui Syair Perahu, menyampaikan pesan bahwa perjalanan spiritual adalah perjalanan yang penuh dengan tantangan dan godaan, tetapi dengan persiapan yang baik, pengendalian diri, dan kebergantungan pada Tuhan, seseorang bisa mencapai pencerahan spiritual yang sejati. Syair ini bukan hanya sebuah karya sastra, tetapi juga sebuah panduan spiritual yang menggambarkan nilai-nilai sufisme dan pentingnya perjalanan spiritual dalam mencari makna hidup yang sejati.
Dengan memahami makna sufisme dalam Syair Perahu, kita dapat menghargai kedalaman spiritual dan filsafat yang terkandung dalam karya ini, serta mengambil pelajaran berharga untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H