Mohon tunggu...
Fauzan Nalal Murom
Fauzan Nalal Murom Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Lepas

Yoksii~

Selanjutnya

Tutup

Seni

Makna Sufisme dalam Syair Perahu Hamzah Fansuri

29 Juni 2024   11:45 Diperbarui: 29 Juni 2024   11:57 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamzah Fansuri. Sumber: https://pesantren.id/t/syekh-hamzah-fansuri/

Syair Perahu karya Hamzah Fansuri adalah salah satu karya sastra Melayu yang kaya akan makna filosofis dan spiritual. Syair ini menggambarkan perjalanan spiritual seorang sufi, penuh dengan simbolisme yang menggambarkan ajaran dan pandangan sufisme. Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam tentang makna sufisme yang terkandung dalam Syair Perahu Hamzah Fansuri.

Perahu sebagai Simbol Diri

Dalam sufisme, perjalanan spiritual sering kali digambarkan sebagai perjalanan melintasi lautan kehidupan. Perahu dalam syair ini bisa dianggap sebagai metafora untuk diri atau jiwa seseorang yang melakukan perjalanan mencari Tuhan. Sama seperti perahu yang memerlukan persiapan dan perlengkapan yang baik untuk bisa berlayar dengan aman, begitu juga jiwa memerlukan persiapan rohani. Persiapan ini meliputi pengetahuan agama, latihan spiritual, dan pengendalian diri.

Laut sebagai Simbol Kehidupan Dunia

Laut yang luas dan penuh bahaya melambangkan dunia dan segala godaan serta cobaan yang ada di dalamnya. Seorang sufi harus siap menghadapi tantangan dan godaan dunia untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan. Lautan yang bergelombang dan penuh bahaya juga melambangkan ketidakpastian hidup, di mana seorang sufi harus tetap tenang dan fokus pada tujuan akhir mereka, yaitu bertemu dengan Tuhan.

Persiapan Spiritual

Dalam beberapa bait, Hamzah Fansuri menekankan pentingnya persiapan yang matang sebelum memulai perjalanan spiritual. Ini bisa diartikan sebagai pentingnya pembelajaran dan pengamalan ajaran agama secara mendalam sebelum seseorang bisa mencapai maqam (tingkatan spiritual) yang lebih tinggi. Seorang sufi harus memahami ilmu agama, menjalankan ibadah dengan khusyuk, dan mengamalkan ajaran-ajaran sufi dalam kehidupan sehari-hari.

Nafsu sebagai Hambatan

Syair ini juga membahas tentang nafsu dan godaan duniawi yang bisa menjadi hambatan dalam perjalanan spiritual. Seorang sufi harus bisa mengendalikan nafsu dan keinginan duniawi untuk mencapai pencerahan spiritual. Nafsu sering kali digambarkan sebagai musuh utama dalam perjalanan spiritual, dan pengendalian nafsu adalah kunci untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan.

Tawakkal dan Kebergantungan pada Tuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun