Mohon tunggu...
P.Aulia Rochman
P.Aulia Rochman Mohon Tunggu... Penulis - Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjawab Tantangan Perbatasan Maritim: Perjalanan Akademik Ridwan Arifin

9 Januari 2025   20:56 Diperbarui: 9 Januari 2025   20:56 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto saat Ridwan Arifin sidang Disertasi di hadapan Ketua Sidang, Promotor, Co-Promotor dan Enam Penguji. Dokpri

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, menghadapi tantangan besar dalam mengelola perbatasan maritimnya. Dengan ribuan pulau dan garis pantai yang panjang, isu keamanan perbatasan menjadi salah satu perhatian utama dalam menjaga kedaulatan dan stabilitas nasional. Dalam konteks ini, figur seperti Ridwan Arifin muncul sebagai sosok yang mampu memberikan jawaban strategis melalui pendidikan dan penelitian yang mendalam.

Pak Ridwan Arifin bukan hanya seorang akademisi, tetapi juga seorang praktisi yang memahami kompleksitas pengawasan keimigrasian di perbatasan maritim. Dengan latar belakang sebagai pendidik dan pengalaman bertahun-tahun di bidang keimigrasian, beliau telah mengabdikan dirinya untuk mencari solusi inovatif dalam menghadapi tantangan ini. Melalui disertasinya yang berjudul "Studi Kritis Pengawasan dan Pemeriksaan Keimigrasian di Perbatasan Maritim Indonesia", Pak Ridwan berhasil menyusun kerangka kerja strategis yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Relevansi isu keamanan perbatasan tidak bisa dipandang sebelah mata. Dalam era globalisasi, perbatasan bukan lagi sekadar garis fisik, tetapi juga menjadi titik strategis yang memengaruhi keamanan nasional dan hubungan internasional. Masalah seperti perdagangan manusia, penyelundupan barang, dan ancaman lintas negara memerlukan solusi yang tidak hanya praktis tetapi juga berbasis riset mendalam. Dalam konteks inilah kontribusi akademisi seperti Pak Ridwan menjadi sangat penting, membuka jalan bagi penguatan kebijakan dan pengelolaan perbatasan yang lebih efektif.

"Tulisan adalah artefak pikiran manusia, yang akan terus hidup dan memberi manfaat sepanjang masa." -- Ridwan Arifin

Latar Belakang dan Konteks

Sebagai negara yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga perbatasan maritimnya. Tantangan ini tidak hanya datang dari faktor geografis yang luas dan sulit diawasi, tetapi juga dari berbagai ancaman nyata seperti perdagangan manusia, penyelundupan barang ilegal, dan kejahatan lintas negara. Perbatasan maritim Indonesia sering kali menjadi pintu masuk bagi aktivitas ilegal yang berpotensi merugikan keamanan nasional, ekonomi, dan reputasi internasional negara.

Perdagangan manusia, misalnya, adalah salah satu ancaman terbesar. Wilayah maritim yang luas kerap dimanfaatkan oleh sindikat kriminal untuk menjalankan aktivitas ini, dengan korban yang sering kali sulit terdeteksi karena kurangnya pengawasan yang efektif. Selain itu, penyelundupan barang seperti narkotika dan hasil laut ilegal juga menjadi tantangan besar yang memerlukan pendekatan strategis dalam pengelolaannya.

Di sinilah peran akademisi menjadi sangat relevan. Dengan pendekatan berbasis penelitian dan inovasi, para akademisi mampu memberikan solusi yang tidak hanya praktis tetapi juga berkelanjutan. Ridwan Arifin, melalui disertasinya, telah menunjukkan bagaimana riset mendalam dapat menjadi landasan untuk membangun sistem pengawasan yang lebih modern dan responsif. Pendekatan ini mencakup integrasi teknologi, harmonisasi regulasi, dan peningkatan kolaborasi antarinstansi. Dengan solusi berbasis data dan wawasan yang tajam, akademisi seperti Pak Ridwan mampu menjawab tantangan yang selama ini dihadapi oleh pengelola perbatasan maritim Indonesia.

Dokpri
Dokpri

"Setiap tantangan di perbatasan adalah peluang untuk membangun solusi yang lebih baik bagi kedaulatan bangsa." -- Ridwan Arifin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun