kecemasan tentang masa depan yang tak pasti---khawatir tentang keputusan yang harus diambil, atau terjebak dalam bayang-bayang harapan yang belum tercapai?
Pernahkah Anda merasa terjebak dalam kenangan masa lalu? Seperti aroma bunga kamboja yang tiba-tiba membawa kita kembali ke suatu tempat dan waktu yang sudah lama berlalu? Atau mungkin Anda terjaga di tengah malam, merasakanDi dunia yang serba cepat ini, di mana media sosial mengingatkan kita setiap hari akan kehidupan orang lain, banyak dari kita terperangkap dalam pusaran waktu yang tidak ada habisnya. Kita terjebak antara nostalgia akan kenangan indah di masa lalu dan kecemasan tentang masa depan yang belum tentu datang. Mungkin Anda pernah merasa begitu, khawatir tentang masa depan yang penuh ketidakpastian atau merindukan masa lalu yang tampak lebih sederhana dan lebih bahagia.
Namun, apa yang sebenarnya kita kejar dengan berlarut-larut memikirkan masa lalu atau masa depan? Bagaimana jika kunci kebahagiaan dan kedamaian ada pada kemampuan kita untuk hidup di sini dan sekarang---di masa kini, dengan kesadaran penuh pada momen ini?
Mengapa Kita Terjebak dalam Masa Lalu dan Masa Depan?
Manusia adalah makhluk yang sering terjebak dalam pikirannya sendiri. Riset menunjukkan bahwa sekitar 47% waktu kita dihabiskan untuk memikirkan sesuatu selain apa yang sedang kita lakukan saat ini (Killingsworth & Gilbert, 2010). Hal ini dapat meningkatkan stres, kecemasan, dan ketidakbahagiaan.
Contohnya, ketika kita membayangkan keputusan yang belum kita ambil atau mengingat kesalahan di masa lalu, otak kita menciptakan realitas emosional yang sama kuatnya dengan pengalaman nyata. Sebuah penelitian oleh Harvard University mengungkapkan bahwa kebiasaan "mengembara dalam pikiran" ini adalah penyebab utama ketidakbahagiaan.
Prinsip Hidup William Osler: Fokus pada Hari Ini
Pada tahun 1871, seorang mahasiswa kedokteran muda di Montreal General Hospital bernama William Osler merasa diliputi kecemasan tentang masa depannya. Dia takut gagal dalam ujian, cemas tentang kariernya, dan bingung bagaimana cara menghidupi dirinya.
Namun, 40 tahun kemudian, pria ini berdiri sebagai salah satu dokter paling dihormati di dunia. Ia mendirikan John Hopkins School of Medicine dan menjadi Regius Professor of Medicine di Oxford (Bliss, 2002). Apa rahasianya? Prinsip sederhana: hidup dalam "jangka waktu terbatas."
Osler menyarankan untuk menutup masa lalu yang telah berlalu dan tidak membiarkan beban masa depan menghalangi kita untuk hidup sepenuhnya hari ini. "Selamatkan hari untuk hari ini," katanya (Silverman et al., 2002). Prinsip ini mengajarkan kita untuk fokus pada tugas yang ada di hadapan kita, tanpa terbebani oleh kenangan atau kecemasan tentang masa depan.
Cara Memulai Hidup di Masa Kini
- Praktikkan Mindfulness:Â Cobalah untuk memusatkan perhatian pada apa yang sedang Anda lakukan saat ini. Perhatikan napas Anda, suara di sekitar, atau tekstur benda yang Anda sentuh. Latihan mindfulness telah terbukti secara ilmiah mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan (Kabat-Zinn, 2005; Brown & Ryan, 2003).
- Tuliskan Pikiran Anda: Ketika merasa cemas atau terjebak dalam kenangan, luangkan waktu untuk menuliskan apa yang Anda pikirkan. Hal ini membantu Anda memahami dan melepaskan beban mental.
- Batasi Konsumsi Media Sosial: Media sosial sering kali memperburuk kecemasan karena perbandingan sosial. Tentukan batas waktu untuk mengakses media sosial, dan fokuslah pada kehidupan nyata di sekitar Anda.
- Buat Daftar Tugas Harian:Â Fokus pada satu hari dalam satu waktu dengan membuat daftar tugas yang realistis dan dapat dicapai. Ini membantu Anda merasa lebih produktif dan hadir.