Tentang sapi perah, bisa dikatakan tidak ada sapi lokal yang memiliki karakter sebagai sapi perah. Populasi sapi perah yang ada di Indonesia saat ini kebanyakan didatangkan pada abad ke-18. Saat itu pemerintah kolonial mendatangkan sapi Friesien Holstein (FH) dari Belanda untuk memeuhi kebutuhan susu orang-orang Belanda di Indonesia.
Hingga kini sapi FH mendominasi ternak sapi perah di Indonesia. Padahal sapi FH merupakan jenis sapi perah untuk daerah subtropis. Sehingga produktivitasnya tidak sebaik di daerah asalnya. Terlebih lagi mutu genetik sapi FH yang ada di Indonesia sudah tidak terlalu baik.
peternakan sapi perah yang berada di nyalindung kab sukabumi, jawa barat ini masih mempertahankan adat tradisionalya yaitu dengan memerah susu masih menggunakan tangan
Kelompok ini memiliki 30 orang anggota. Ada sebanyak 116 ekor sapi yang dipelihara, termasuk induk dara, dan anakan. Setiap paginya, para peternak disibukan dengan aktifitas memeras susu, dan di lanjutkan dengan mengambil ilalang untuk pakan sapi.
Peternakan ini bisa memproduksi sekitar 15 liter susu setiap harinya.
Susu segar yang dihasilkan biasa dijual ke pabrik pengolah di wilayah Kota Sukabumi. satu liter susu sapi dihargai Rp 4 ribu rupiah saja. Selain harga yang terbilang masih rendah, para peternak sapi di kampung ini juga kesulitan untuk menyediakan pakan ,Rumput segar yang menjadi pakan pokok untuk ternaknya, sulit didapat.
Dan biasanya pakan sapi ini dicampur dengan ampas tahu untuk menghasilkan susu yang terbaik. Adapun yang unik dari peternakan sapi perah ini dengan per silangan antara dengan sapi FH dengan sapi import.Dan untuk kesehatan pada sapi itu sendiri dilakukan 3 bulan sekali oleh dokter yang berada disekitar peternakan sapi perah cipta raharja ini jika melebihi waktu yang ditentukan sapi akan terkena cacingan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H