“Iya mas, kebetulan saya masih tinggal sendiri kok, hehehe” Balasku sambil menikmati kopi susu hangat yang tersaji di meja
“Lagi ngerjain proyekan di apartemen depan ya mas?” Lanjut saya
“Iya mas, kerja – kerja serabutan gitu lah mas, sedikit – sedikit yang penting halal ya mas” Balasnya sambil menghirup kopi hitamnya
“Jaman sekarang hidup harus kerja keras mas, gak kerja, gak makan” Lanjutnya
“Selagi masih punya tenaga, apa aja mesti dikerjai asal halal mas, yang penting kan tidak menyusahkan orang lain” Lanjutnya lagi
“Iya sih mas, sekarang apa – apa mahal ya, kalau tidak bisa pandai – pandai kita berusaha, habis lah kita mas, hehehe” Balas saya sambil membawa suasana jadi lebih cair
“Bener mas, saya ngerasain sendiri gimana susahnya nyari uang sekarang, harga kebutuhan pokok dan ongkos naik terus, sementara pendapatan rakyat kecil seperti saya ini begini – begini saja” Keluhnya dengan ekspresi sedikit serius
“Lihat lah seperti kemaren, BBM naik, ujung-ujungnya semua pada ikutan naik, katanya itu subsidi BBM akan dialihkan ke sektor lain seperti kesehatan, pendidikan, dan bantuan – bantuan lainnya untuk rakyat kecil, nyatanya kan tetap aja, apa – apa mahal kan” Tegasnya lagi melanjutkan pembicaraan
Melalui kalimat yang disampaikannya, setidaknya saya sependapat bahwa tidak mudah menjalani hidup sebagai rakyat kecil. Ditengah kesulitan untuk mendapatkan penghasilan, harga kebutuhan pokok juga terus melonjak naik. Banyak orang yang mungkin dengan gampangnya mengatakan “Kebanyakan ngeluh aja lu! gak bersyukur dengan apa yang dipunya” “Makanya kerja yang bener! jangan mengeluh aja”
Teringat akan ocehan bernada “sinis” seperti itu saya jadi teringat dengan salah satu penggalan lirik lagu “Orang Pinggiran” milik Frenky Sahilatua dan Iwan Fals, disebutkan dalam lirik lagu tersebut bahwa orang pinggiran itu bukan pemalas, justru mereka itu adalah seorang yang pekerja keras. Sedikit bercerita mengenai pengalaman dulu saat saya masih di Medan, setiap pagi jam 3 dini hari, disaat semua orang tengah lelap tertidur pulas dirumahnya masing – masing, mereka orang kecil yang kata orang pemalas itu, justru sudah pada menggelar dagangan di pasar - pasar.
Lanjut menuju jam 5 pagi, sudah mulai buka beberapa warung yang menyajikan hidangan sarapan pagi. Bisa dibayangkan tidak, jam berapakah mereka bangun untuk menyediakan menu sarapan untuk buka warung jam 5 pagi? Jadi, tuduhan pemalas dan tukang ngeluh yang biasanya ditujukan kepada mereka rasanya tidak tepat. Melihat kondisi seperti itu harusnya mengajarkan kita untuk lebih banyak bersyukur dan berbagi. Sesekali juga, ikut berbaur untuk melihat langsung kondisi mereka yang sebenarnya.