Guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing”.(Ramayulis,1982:42) Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi. (Ramayulis, 1998:36)
Guru adalah profesi yang sangat mulia. Karena gurulah yang membuat seseorang bisa menjadi presiden, jadi politisi, jadi profesor, jadi pengusaha dan lain-lain. Terlebih lagi guru SD, sungguh sangat besar jasanya bagi kita semua. Tanpa beliau, tidak sedikit orang yang buta huruf dan kehilangan etika. Karena, guru SD lah yang mengajari kita membaca dan menulis serta bernyanyi (sebelum ada Taman Kanak-Kanak). Kemudian, guru SD juga yang mengenalkan kita budi pekerti luhur, sopan santun, dan saling menyayangi sesama. Seperti lagu yang pernah saya dapatkan ketika SD ”Hormati gurumu sayangi teman, itulah tandanya kau murid budiman.”
Begitu mulianya tugas seorang guru. Mengajari anak orang supaya bisa membaca dan menulis serta memperoleh ilmu pengetahuan, kemudian mendidik anak orang supaya menjadi manusia yang baik dan bermanfaat untuk orang banyak. Dengan demikian, sungguh berat sebenarnya tugas seorang guru. Guru mengajar dan mendidik siswa dalam rangka mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas, berakhlak mulia, serta mampu melakukan perubahan-perubahan di tengah masyarakat . Bisa dikatakan bahwa gurulah tolak ukur keberhasilan dunia pendidikan di negri ini. Di tangan gurulah masa depan generasi muda ini ditentukan. Oleh karena itu, sebagai guru kita mesti berhati-hati dalam menjalankan tugas mulia ini. Jika kita salah dalam mendidik mereka, maka akan salah pula nanti produk pendidikan yang dihasilkan.
Guru yang baik adalah guru dapat mengidentifikasi tujuan pembelajarannya dengan baik, kemudian menggunakan strategi yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tersebut.
Untuk berhasil pada kedua hal di atas guru harus menyiapkan contoh-contoh yang akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang topik yang disajikannya. Guru juga harus memicu siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran yang dilakukannya.
Siswa akan ikut terlibat secara aktif dan akan memberikan engagement time jika guru membantu mereka dengan memberikan orientasi positif dan proaktif berdasarkan kepercayaan dan keyakinan sang guru bahwa seluruh siswa akan dapat berhasil dalam pembelajaran tersebut. Selanjutnya guru juga harus mempunyai rasa tanggungjawab agar seluruh siswanya dapat mencapai potensi maksimum mereka masing-masing.
Guru yang baik menunjukkan adanya karakteristik penting yang sangat esensial untuk memicu suatu iklim kelas yang dapat meningkatkan belajar dan motivasi siswanya. Karakteristik esensial ini misalnya, guru harus memiliki antusiasme, kehangatan dan empati, serta pengharapan positif terhadap siswanya.
Guru yang memiliki antusiasme sangat perduli dengan apa yang sedang mereka ajarkan dan menjelaskan kepada siswa-siswanya bahwa apa yang sedang mereka pelajari saat itu adalah suatu hal yang sangat penting. Guru dapat menunjukkan adanya antusiasme terhadap pelajaran dengan menggunakan suara, mata, gerak tangan, gerak tubuh.
Guru yang memiliki kehangatan dan empati akan dengan serta merta memberikan salam, menyapa kepada siswa-siswanya saat pertama kali melangkah memasuki ruang-ruang kelasnya. Atau bahkan menunjukkan kehangatan dan empati saat meminta Anita mengambil kapur atau menghapus papan tulis. Kehangatan seorang guru dapat didemonstrasikan dengan kepedulian terhadap siswa dan benar-benar menganggap bahwa siswa juga ‘manusia’. Guru yang mempunyai empati akan serta merta memahami perasaan siswanya, bagaimana pandangan atau pola pikir siswanya.
Adalah sulit menjadi guru yang baik jika kita tidak perduli dengan siswa-siswa kita. Siswa mungkin dapat menerima perbedaan kepribadian setiap guru yang mengajar mereka, akan tetapi iklim dan aura kelas yang negatif yang diciptakan oleh guru yang tak ber-hati (tidak memiliki antusisme terhadap pelajaran yang diajarkannya, tidak memiliki kehangatan dan empati terhadap siswa-siswanya).
Tidak mudah menjadi guru yang baik, dikagumi dan dihormati oleh anak didik, masyarakat sekitar dan rekan seprofesi.
Untuk menjadi seorang pendidik yang baik, Imam Al-Ghazali menetapkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Tulisan berikut ini merupakan kutipan yang diambil oleh penulis dari buku Abuddin Nata (2000:95-99) ketika menjelaskan kriteria guru yang baik dari kitab Ihyaa Ulumuddin yang merupakan karya monumental Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali.
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.
Selain sifat-sifat umum yang harus dimiliki guru sebagaimana disebutkan di atas, seorang guru juga harus memiliki sifat-sifat khusus atau tugas-tugas tertentu sebagai berikut :
- Jika praktek mengajar merupakan keahlian dan profesi dari seorang guru, maka sifat terpenting yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang. Sifat ini dinilai penting karena akan dapat menimbulkan rasa percaya diri dan rasa tenteram pada diri murid terhadap gurunya. Hal ini pada gilirannya dapat menciptakan situasi yang mendorong murid untuk menguasai ilmu yang diajarkan oleh seorang guru.
- Karena mengajarkan ilmu merupakan kewajiban agama bagi setiap orang alim (berilmu), maka seorang guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mengajarnya itu. Seorang guru harus meniru Rasulullah SAW. yang mengajar ilmu hanya karena Allah, sehingga dengan mengajar itu ia dapat bertaqarrub kepada Allah. Demikian pula seorang guru tidak dibenarkan minta dikasihani oleh muridnya, melainkan sebaliknya ia harus berterima kasih kepada muridnya atau memberi imbalan kepada muridnya apabila ia berhasil membina mental dan jiwa. Murid telah memberi peluang kepada guru untuk dekat pada Allah SWT. Namun hal ini bisa terjadi jika antara guru dan murid berada dalam satu tempat, ilmu yang diajarkan terbatas pada ilmu-ilmu yang sederhana, tanpa memerlukan tempat khusus, sarana dan lain sebagainya. Namun jika guru yang mengajar harus datang dari tempat yang jauh, segala sarana yang mendukung pengajaran harus diberi dengan dana yang besar, serta faktor-faktor lainnya harus diupayakan dengan dana yang tidak sedikit,maka akan sulit dilakukan kegiatan pengajaran apabila gurunya tidak diberikan imbalan kesejahteraan yang memadai. S
- Seorang guru yang baik hendaknya berfungsi juga sebagai pengarah dan penyuluh yang jujur dan benar di hadapan murid-muridnya. Ia tidak boleh membiarkan muridnya mempelajari pelajaran yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran yang sebelumnya. Ia juga tidak boleh membiarkan waktu berlalu tanpa peringatan kepada muridnya bahwa tujuan pengajaran itu adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT,. Dan bukan untuk mengejar pangkat, status dan hal-hal yang bersifat keduniaan. Seorang guru tidak boleh tenggelam dalam persaingan, perselisihan dan pertengkaran dengan sesama guru lainnya.
- Dalam kegiatan mengajar seorang guru hendaknya menggunakan cara yang simpatik, halus dan tidak menggunakan kekerasan, cacian, makian dan sebagainya. Dalam hubungan ini seorang guru hendaknya jangan mengekspose atau menyebarluaskan kesalahan muridnya di depan umum, karena cara itu dapat menyebabkan anak murid yang memiliki jiwa yang keras, menentang, membangkang dan memusuhi gurunya. Dan jika keadaan ini terjadi dapat menimbulkan situasi yang tidak mendukung bagi terlaksananya pengajaran yang baik.
- Seorang guru yang baik juga harus tampil sebagai teladan atau panutan yang baik di hadapan murid-muridnya. Dalam hubungan ini seorang guru harus bersikap toleran dan mau menghargai keahlian orang lain. Seorang guru hendaknya tidak mencela ilmu-ilmu yang bukan keahliannnya atau spesialisasinya. Kebiasaan seorang guru yang mencela guru ilmu fiqih dan guru ilmu fiqih mencela guru hadis dan tafsir, adalah guru yang tidak baik. (Al-Ghazali, t.th:50).
- Seorang guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual dan memperlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya itu. Dalam hubungan ini, Al-Ghazali menasehatkan agar guru membatasi diri dalam mengajar sesuai dengan batas kemampuan pemahaman muridnya, dan ia sepantasnya tidak memberikan pelajaran yang tidak dapat dijangkau oleh akal muridnya, karena hal itu dapat menimbulkan rasa antipati atau merusak akal muridnya. (Al-Ghazali, t.th:51)
- Seorang guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah guru yang di samping memahami perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan muridnya, juga memahami bakat, tabiat dan kejiawaannya muridnya sesuai dengan tingkat perbedaan usianya. Kepada murid yang kemampuannya kurang, hendaknya seorang guru jangan mengajarkan hal-hal yang rumit sekalipun guru itu menguasainya. Jika hal ini tidak dilakukan oleh guru, maka dapat menimbulkan rasa kurang senang kepada guru, gelisah dan ragu-ragu.
- Seorang guru yang baik adalah guru yang berpegang teguh kepada prinsip yang diucapkannya, serta berupaya untuk merealisasikannya sedemikian rupa. Dalam hubungan ini Al-Ghazali mengingatkan agar seorang guru jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang bertentangan dengan prinsip yang dikemukakannya. Sebaliknya jika hal itu dilakukan akan menyebabkan seorang guru kehilangan wibawanya. Ia akan menjadi sasaran penghinaan dan ejekan yang pada gilirannya akan menyebabkan ia kehilangan kemampuan dalam mengatur murid-muridnya. Ia tidak akan mampu lagi mengarahkan atau memberi petunjuk kepada murid-muridnya.
Dari delapan sifat guru yang baik sebagaimana dikemukakan di atas, tampak bahwa sebagiannya masih ada yang sejalan dengan tuntutan masyarakat modern. Sifat guru yang mengajarkan pelajaran secara sistematik, yaitu tidak mengajarkan bagian berikutnya sebelum bagian terdahulu dikuasai, memahami tingkat perbedaan usia, kejiwaan dan kemampuan intelektual siswa, bersikap simpatik, tidak menggunakan cara-cara kekerasan, serta menjadi pribadi panutan dan teladan adalah sifat-sifat yang tetap sejalan dengan tuntutan masyarakat modern.
John Milthon Gregory merupakan penulis buku yang terkenal tentang Tujuh Hukum Mengajar. Inilah beberapa petunjuk yang perlu dipersiapkan oleh seorang guru yang baik.
- Persiapkan bahan pelajaran dengan mempelajarinya berulang-ulang. Jangan mengandalkan bahwa kita sudah pernah mempelajarinya karena apa yang kita ketahui dahulu pasti sebagian sudah terhapus dari ingatan kita.
- Carilah urutan yang logis dari tiap bagian dalam pelajaran yang dipersiapkan tersebut. Setiap pelajaran selalu berangkat dari pengertian-pengertian dasar yang sederhana baru ke tingkat pengertian yang tinggi. Pelajari urut-urutan yang logis dari pelajaran yang dipersiapkan tersebut sampai terwujud suatu pengertian yang dapat saudara uraikan dengan kata-kata sendiri.
- Carilah analogi atau ilustrasi untuk mempermudah penjelasan fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sulit dimengerti oleh siswa. Khususnya prinsip-prinsip abstrak.
- Carilah hubungan antara apa yang diajarkan dan kehidupan sehari-hari siswa. Hubungan-hubungan inilah yang akan menentukan nilai praktis penerapan dari pelajaran itu.
- Gunakan sebanyak mungkin sumber referensi berupa buku-buku atau bahan-bahan yang sesuai, tetapi pahami dahulu sebaik-baiknya sebelum menyampaikan kepada siswa.
- Harap diingat bahwa lebih baik mengerti sedikit, tetapi benar-benar mantap daripada mengetahui banyak, tetapi kurang mendalam.
- Sediakan waktu yang khusus untuk mempersiapkan tiap pelajaran sebelum berdiri di depan kelas. Dengan persiapan matang, kita akan semakin menguasai pengetahuan dan gambaran apa yang diajarkan akan semakin jelas.
Dalam pendidikan, output yang kita harapakan tentunya adalah siswa yang bukan hanya baik saja, tetapi juga harus benar. Oleh karena itu, guru sebagai pencetaknya, juga harus melakukan pengajaran dan pendidikan dengan cara yang baik dan benar. Ingat, baik saja belum cukup. Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Mengajar adalah sesuatu yang baik, tetapi belum tentu kita mengajar dengan cara yang benar. Oleh karena itu, baik dan benar harus menjadi satu kesatuan yang utuh, yang berjalan bersama-sama dan tidak ada yang boleh tertinggal.
Dari uraian diatas dapat kita dapat ambil kesimpulan untuk dijadikan kiat-kiat agar menjadi guru yang baik, antaralain :
- Meluruskan niat menjadi guru.
Banyak kita-kita, menjadi guru hanya sekedar pelarian saja. Karena tidak dapat pekerjaan lain, karena kebutuhan PNS guru lebih besar dibandingkan dengan PNS lainnya, dan karena banyak hal yang lain. Jika begini, maka kita tidak akan pernah memiliki target dan visi yang jelas ketika menjadi guru. Mungkin cenderung hanya berorientasi pada materi semata, bukan keberhasilan pendidikannya. Oleh karena itu, sebelum menjalani profesi sebagai guru atau yang sudah menjadi guru, marilah sama-sama kita meluruskan niat lagi, kenapa kita menjadi guru? Hanya sekedar mencari nafkah atau memang benar-benar ingin mengabdikan diri di dunia pendidikan agar dapat mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas? - Memiliki akhlak yang mulia
Istilah ”guru”, sering kita kenal dengan ”digugu dan ditiru”. Nah, ini berarti bahwa guru merupakan suri tauladan bagi murid-muridnya. Segala gerak-gerik, perkataan, dan tingkah laku guru sedikit banyaknya akan dicontoh oleh murid-muridnya. Oleh karena itu, kita mesti mencontohkan akhlak yang mulia bagi murid-murid kita. Agar mereka juga bisa menjadi manusia yang berakhlak mulia.
Hindarilah sifat-sifat tercela seperti membenci, marah yang berlebihan, mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor, mencaci maki murid, dendam terhadap murid, dan berlaku tidak sopan terhadap murid. Hargailah murid terlebih dahulu sebelum kita minta murid untuk mengahargai kita. Sayangilah murid, sebagaimana kita sayang pada anak kita sendiri. Jika kita tidak mampu untuk menampilkan ahlak yang mulia, maka kecil harapan kita bisa mencetak siswa yang berakhlak mulia. Bukankah akhlak itu sangat penting dalam proses pendidikan manusia? - Senantiasa belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik
Jika sekarang kita sudah baik, berusahalah terus untuk menjadi lebih baik dihari-hari berikutnya. Jika kita belum baik, maka perbaiki diri kita mulai sekarang dan terus ditingkatkan untuk hari-hari berikutnya. Yang jelas, semuanya itu proses belajar. Jika hari ini kita salah dalam memperlakukan murid, maka belajarlah untuk memperbaikinya di lain waktu. Dengan demikian, murid juga akan mencontoh kebiasaan kita, yakni senantiasa belajar untuk menjadi lebih baik. - Pandanglah murid itu sebagai manusia yang telah memiliki potensi masing-masing.
Jangan pandang mereka sebagai gelas kosong yang siap kita tuangi air sampai penuh, bahkan meluber. Setiap manusia pasti memiliki potensi, kita tinggal menggali dan mengembangkannya saja. Dengan demikian, proses belajar akan lebih bermakna dan memperoleh hasil yang maksimal. - Jangan pernah merasa diri kita selalu benar dan murid tidak boleh lebih benar dari kita.
Setiap manusia tidak ada yang sempurna. Meskipun kita guru dan lebih tua dari murid, tetap saja berpeluang untuk salah. Dan murid, meskipun lebih muda dan mungkin ilmuya belum sebanyak kita, tetap berpeluang untuk lebih benar dari kita. Kita sama-sama manusia, yang memiliki peluang yang sama untuk berbuat salah.
Mengajar itu ibadah, jadi. jangan pernah berputus asa atas berbagai masalah yang kita temui selama menjalani proses pendidikan ini. Insyaallah, amal baik kita selama menjadi guru akan membawa kita pada derajat kemuliaan di sisi Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H