Pandemi covid-19 merupakan sebuah tantangan besar bagi dunia dan seisinya. Dunia bersama-sama bertempur melawan pasukan lawan yang tak terlihat dengan mata telanjang, novel coronavirus dikenal dengan 2019-nCoV (Bramasta, Dandi Bayu;2020) lebih dikenal lagi dengan sebutan covid-19.Â
Kedatangan virus ini belum pasti dari apa dan bagaimana, tetapi dampak yang diberikan sangat lah besar. Kali ini yang berjuang menjadi panglima perang bukan lagi angkatan militer, namun yang berdiri paling depan melawan segala serangan lawan adalah para tenaga kesehatan.
Perawat merupakan salah satu profesi yang berada di barisan depan dalam upaya melawan penyebaran virus ini, bukan dengan senjata militernya namun dengan berlapis-lapis APD, bermodal ilmu dan keberanian juga ketulusan merawat pasien meski terus  menerus memikul resiko yang bisa saja ia dapatkan dari tugas dan tanggung jawabnya.
Mereka dengan ketulusan berkorban menyepelekan egonya untuk menyelamatkan diri dan keluarganya dan tetap fokus mendukung negara dan pemerintah dalam upaya memutus mata rantai Covid-19. Sudah banyak sekali tenaga kesehatan yang gugur dalam perjuangannya melawan virus ini, meskipun begitu hal ini belum cukup mampu membuka mata masyarakat yang tidak mempercayai keberadaan Covid-19.
Masih ada begitu banyak asumsi yang bertebaran di media mengenai keraguan  akan keberadaan Covid-19. Lalu adapun mitos-mitos mengenai virus ini yang bertebaran di masyarakat, anehnya begitu banyak masyarakat yang mempercayai mitos-mitos atau bahkan teori-teori konspirasi yang dikembangkan media dan akhirnya mempengaruhi pola perilaku masyarakat. Ada yang akhirnya menjadi masa bodoh dengan protokol kesehatan adapula yang terus menerus menyebarkan berita-berita tidak valid dan tidak rasional mengenai pandemi ini.
Hingga pada saat ini ketika sudah ada titik terang penanggulangan pandemi yaitu dengan didatangkannya vaksin Covid-19 di Indonesia masih ada saja yang menentang dengan berbagai pendapat negatif yang akhirnya memicuh perdebatan di media sosial, kebebasan berpendapat terkadang membuat orang lupa bahwa bebas bukan berarti dapat semena-mena memberikan statement yang tidak berdasarkan bukti yang jelas dan valid apalagi dalam masa pandemi. Fenomena ini dapat terjadi karena adanya krisis kepercayaan dari masyarakat baik kepada organisasi kesehatan, tenaga medis, ataupun pemerintah dan juga karena banyaknya berita hoaks yang beredar sementara berita yang valid atau berdasarkan bukti uji klinis jarang terlihat di media.
Sebagai bagian dari tenaga medis, perawat juga memiliki tanggung jawab dalam upaya mengurangi tingkat ketidakpercayaan publik terhadap pandemi ini yang bisa saja mengancam keselamatan masyarakat, pasien maupun sesama tenaga medis. Penting bagi perawat untuk mengupayakan segala cara dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, hal ini akan sangat mempengaruhi tingkat keselamatan pasien, karena jika masyarakat tidak lagi mengabaikan protokol kesehatan, dan tidak lagi menganut paham-paham yang salah tentang Covid-19 maka keselamatan pasien baik itu pasien covid maupun pasien dengan penyakit lain dapat meningkat.Â
Mengapa? karena semakin masyarakat abai terhadap protokol kesehatan maka semakin meningkat pula kasus Covid di Indonesia , lalu biasanya kekhawatiran akan pertambahan kasus membuat para pasien di rumah sakit atau yang menjalani perawatan di rumah menjadi menurun imun tubuhnya, dan bisa dengan mudah terinfeksi virus berbahaya ini.
Pasien di rumah sakit juga bisa tertular oleh tenaga medis yang terinfeksi namun tidak bergejala. Untuk itu adapun upaya khusus yang dapat dilakukan perawat untuk menjaga keselamatan teman sejawat atau rekan sesama perawat maupun tenaga medis lainnya.
Maka dari itu, di artikel ini  penulis akan menguraikan beberapa contoh upaya yang bisa dilakukan perawat untuk menjaga keselamatan pasien di rumah sakit, masyarakat dan juga sesama rekan tenaga medis.
Upaya seperti apa yang perlu dilakukan perawat dalam menjalani tugas utamanya di fasilitas kesehatan primer dan juga lingkungan masyarakat? Peran perawat secara umum menurut Berman et all pada tahun 2016 yaitu sebagai caregiver, communicator, teacher, client advocate, counsellor, change agent, leader,  dan manager. Beberapa dari peran-peran inilah yang akan kita kaitkan dengan kebutuhan di masa pandemi covid-19:
1. Perawat sebagai caregiver
Caregiver berarti orang yang memberikan perhatian dan perawatan jika terjemahkan secara harfiah, tugas perawat di rumah sakit maupun di lingkungannya sendiri adalah menjadi seorang caregiver dengan ada atau tidak adanya pandemi. Perawat perlu mengerti bahwa profesinya merupakan suatu pengabdian dan pelayanan yang penuh kasih. Seorang perawat bukan bertugas menyembuhkan dengan obat-obat an dan teknologi medis, namun tugas nya adalah membantu merawat pasien, memberikan dukungan pada pasien, baik secara fisik, mental maupun spiritual.
Meskipun begitu, perawat juga adalah manusia yang memiliki orang-orang yang harus ia jaga selain pasien di rumah sakit, yaitu keluarganya, suami atau istrinya, anak-anak maupun orang tuanya yang perlu ia lindungi. Dalam merawat pasien pada masa pandemi ini, mungkin  cukup banyak perawat yang akhirnya berkurang caring dan compassion nya, karena banyaknya pasien dan beban kerja yang meningkat diperparah dengan kekhawatiran tertular covid dan menularkan pada sesama maupun keluarga.
Maka dari itu perlu adanya kesadaran dari para perawat untuk melakukan usaha-usaha menstabilkan kondisi fisik dan mentalnya sendiri agar mampu untuk terus melaksanakan tugasnya merawat pasien baik itu pasien covid maupun non-covid.
Untuk merawat fisiknya, diperlukan mengkonsumsi makanan bergizi didukung dengan vitamin atau suplemen makanan, olahraga dan istirahat yang cukup.Â
Untuk menjaga kestabilan mental dan terhindar dari burnout perawat juga perlu meluangkan waktu untuk rileks dan melakukan meditasi ataupun yoga, dalam konteks perawat yang beragama maka sangat disarankan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan-nya. Selain itu, perawat perlu membangun hubungan yang baik dengan sesama rekan medis nya, saling mendukung dan mengkritisi jika perlu. Semua ini perlu dilakukan agar keselamatan pasien di rumah sakit akan semakin terjamin dikarenakan oleh kualitas perawatnya yang baik secara mental, fisik , kognitif dan sosial.
2. Perawat sebagai communicator dan educator di tengah pandemi
Selain memberikan perawatan yang berbelas kasih, perawat juga memiliki tugas sebagai pengajar atau educator, di pendahuluan penulis sudah membuka dengan fenomena krisis kepercayaan yang saat ini sedang hangat-hangatnya terjadi di Indonesia. Untuk itu, perawat perlu selalu mengembangkan pengetahuannya setiap waktu, misalnya dengan mengupdate informasi-informasi mengenai covid-19 agar mampu untuk mengedukasi pasien ataupun masyarakat, bahkan bisa menjadi role model bagi rekan sesama perawat sehingga dalam menjalani tugasnya para perawat bisa saling mengingatkan dan mengedukasi.
Lalu apakah ada yang perlu disiapkan sebelum mengedukasi? Ya jelas ada. Perawat perlu mengembangkan kemampuannya berkomunikasi dengan baik dan benar, dalam melakukan edukasi perlu untuk menguasai teknik komunikasi efektif agar mampu mengubah perilaku sesuai dengan yang diinginkan.
Dan dengan memanfaatkan media elektronik yang ada, perawat diharapkan mampu mengfungsikan media sosialnya menjadi tempat mengedukasi masyarakat. Efek kuat media mampu mempengaruhi sisi kognitif yang meliputi peningkatan kesadaran dan tambahan pengetahuan. Dari media, khalayak terbantu untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat terkait perkembangan berita mengenai virus Corona. Dengan banyaknya tenaga medis yang memanfaatkan media sebagai sarana mengedukasi, maka berita-berita hoax yang beredar bisa lenyap ditutupi berita yang valid.
3. Perawat sebagai Role Model
Menjadi role model berarti menjadi seseorang yang bisa dijadikan teladan bagi orang lain, dalam konteks keperawatan maka menjadi role model sangat diperlukan, khususnya di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan rumah sakit, karena keselamatan pasien sangat bergantung pada perilaku tenaga medis yang sesuai dengan SOP yang berlaku dan kode etik keperawatan. Seorang perawat yang kredibel sudah seharusnya melakukan tugas nya dengan bertanggung jawab, misalnya di lingkungan rumah sakit, ada perawat senior dan junior, perawat senior sudah seharusnya melakukan tugasnya dengan baik dan benar agar bisa menjadi teladan bagi para perawat junior, begitupun sebaliknya.Â
Di lingkup lingkungan tempat tinggal, seorang perawat sudah sepatutnya berperilaku sesuai dengan ketentuan pencegahan covid-19, perawat perlu mempraktekan 3M, CTPS dan ketentuan protokol kesehatan lainnya. Perawat sudah seharusnya memiliki rumah tempat tinggal yang menyediakan tempat mencuci tangan, menggunakan masker dengan benar saat keluar rumah atau bahkan di dalam rumah jika sedang terinfeksi sakit menular seperti influenza . Perilaku-perilaku seperti ini lah yang diperlukan oleh perawat agar bisa menjadi contoh di lingkungannya.
Demikian di akhir tulisan ini, penulis menyimpulkan bahwa menjadi seorang perawat merupakan suatu tugas yang tidak mudah, kekuatan yang dimiliki bukan hanya berasal dari luar dirinya, kekuatan yang dimiliki pada dasarnya berasal dari dalam dirinya, kekuatan mental, fisik, dan kognitif semuanya diperlukan dalam menjalani tugas mulianya. Perawat tidak hanya memperhatikan permasalahan pasien di rumah sakit namun jelas perlu memberi perhatian pada permasalahan di dalam masyarakat khususnya pada masa pandemi ini. Perawat juga tidak hanya menjadi seorang teladan bagi sesama rekan sejawatnya namun juga menjadi teladan di lingkungan tempat tinggalnya.
Perawat juga perlu selalu mengembangkan kemampuan nya berkomunikasi agar mampu mengkomunikasikan ilmu yang dimiliki pada masyarakat dan pasien. Profesi perawat bukanlah profesi yang menakutkan namun profesi yang memiliki tanggung jawab yang besar dan pengaruh yang luas. Bahkan di tengah kesibukan mengurus pasien-pasien di rumah sakit, perawat juga mengemban tugas mengedukasi masyarakat terkait Covid-19 agar segala asumsi yang salah yang menyebar di masyarakat dapat dieliminasi digantikan dengan informasi-informasi yang valid.
Semoga dengan tulisan ini para pembaca semakin menyadari bahwa  sekalipun menjadi perawat memang tidak mudah namun menjadi perawat merupakan suatu panggilan hidup yang jika dijalani dengan ketulusan dan tanggung jawab maka seorang perawat dapat menjadi manusia berkualitas baik secara fisik, kognitif maupun mental.
DAFTAR PUSTAKA
Kompasiana.com. (2020, 18 Mei). Perlunya Apresiasi terhadap Peran Perawat di Masa Pandemi Covid-19 Ini. Diakses pada 16 Januari 2020, dari  https://www.kompasiana.com/syifatul64345/5ec27665d541df3f1e312722/perlunya-apresiasi-terhadap-peran-perawat-di-masa-pandemi-covid-19-ini?page=2
Melati, N., Mita, A. C., Yulianti, K., Nirmala, M. S., Suandewi, N. W. G., Marsella, O., ... & Natanael, Y. (2020). Studi Kualitatif Proses Adaptasi Perawat dalam Pelaksanaan Hemodialisa Dimasa Pandemic COVID-19 Tahun 2020. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes Voice"), 12.
Triyaningsih, H. (2020). Efek Pemberitaan Media Massa Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang Virus Corona (Studi Kasus; Masyarakat di Pamekasan). Meyarsa: Jurnal Ilmu Komunikasi dan Dakwah, 1(1).
Suryani, L., Handiyani, H., & Hastono, S. P. (2015). Peningkatan Pelaksanaan Keselamatan Pasien oleh Mahasiswa melalui Peran Pembimbing Klinik. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(2), 115-122.
SuaraBatamid.id. ( 2020, 5 Desember). Deretan Teori Konspirasi Vaksin Covid-19, Apa Saja? Diakses pada 17 Januari 2020 dari https://batam.suara.com/read/2020/12/05/211808/deretan-teori-konspirasi-vaksin-covid-19-apa-saja?page=2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H