Mohon tunggu...
Faustina Helena
Faustina Helena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Student

Your life is as good as your mindset

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Wajah Glowing vs Kantong Kering

22 Maret 2021   14:21 Diperbarui: 22 Maret 2021   19:46 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.tribunnews.com

Skincare menjadi salah satu tren di kalangan wanita yang sedang berkembang pesat saat ini. Banyak dari mereka yang tergoda dengan berbagai kemunculan produk baru yang menawarkan banyak khasiat dan manfaat. Perkembangan skincare yang muncul dari terpaan industri kecantikan Korea menimbulkan kesadaran baru bagi para wanita untuk menjaga kesehatan kulitnya. Tidak dapat dipungkiri jika kemunculan brand-brand skincare ternama bersaing di pasar global dalam memengaruhi tingkat pembelian konsumen.

Kemajuan dan perkembangan jaringan teknologi mengantarkan kita kepada banyaknya terpaan budaya baru dari berbagai sumber. Tren yang berkembang saat ini tidak terlepas dari adanya pengaruh komunikasi melalui informasi yang dikirimkan dari berbagai media. Kemunculan budaya populer disebabkan dari adanya pengaruh tren yang dinikmati oleh banyak orang. Menurut William dalam Gustam (2015, h. 233) terdapat beberapa pengertian yang mendefinisikan kata "populer", yaitu banyak disukai oleh khalayak, karya yang dilakukan untuk menyenangkan banyak orang, dan budaya yang memang dibuat oleh seseorang untuk dirinya sendiri. Budaya populer akan mendapatkan kekuatan di kalangan masyarakat ketika mereka menggunakan media massa dalam proses penyebaran informasinya.

Jika dilihat dari karakteristik budaya populer, kemunculan tren skincare seiring dengan berkembangnya industri hiburan Korea, baik dalam bidang fesyen, musik, maupun kecantikan. Berbagai iklan produk kecantikan sengaja menggunakan artis atau idol K-pop sebagai brand ambassador dalam mempromosikan produk tersebut. Sehingga, bagi mereka yang mengikuti arus perkembangan industri hiburan Korea akan dengan mudah terpapar iklan dari produk kecantikan yang dibawakan oleh idola mereka. Menurut Santoso, dkk (2019, h. 286) kemunculan berbagai macam tren kecantikan internasional menyebabkan daya beli produk kecantikan semakin meningkat dan adanya persaingan antarperusahaan dalam menciptakan inovasi produk, khususnya brand skincare lokal di Indonesia. Tidak hanya itu, standar kecantikan yang dibuat oleh perusahaan kecantikan Korea menjadi parameter bagi perempuan Indonesia dalam menilai kecantikan dan kesehatan kulitnya.

Salah satu kata yang saat ini menjadi tren dikalangan wanita adalah "glowing". Kata glowing dalam hal ini merepresentasikan kulit wajah yang halus, bersih, dan cerah. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang berlomba-lomba untuk merawat kulit semaksimal mungkin dengan harapan dapat memenuhi standarisasi tersebut. Namun, tidak dapat dipungkiri jika banyak dari masyarakat yang menilai "glowing" sebagai kulit yang putih dan mulus. 

Adanya kesalahpahaman mengenai definisi glowing tak jarang menimbulkan diskriminasi warna kulit. Berbagai macam produk kecantikan dengan mudah mengklaim produk mereka dapat memutihkan kulit hanya dalam seminggu. Hal ini tentu menjadi daya tarik bagi wanita yang sedang mengikuti tren dengan harapan dapat memenuhi standarisasi yang telah dibuat oleh perusahaan kecantikan.

Munculnya berbagai produk kecantikan berbasis standar kecantikan orang Korea di Indonesia menyebabkan timbulnya persaingan harga. Banyak produk yang menawarkan manfaat yang serupa, mulai dari harga yang mudah dijangkau hingga produk-produk yang dikenal dengan sebutan "high end". Tidak hanya itu, perkembangan produk skincare saat ini seringkali memicu perilaku konsumtif bagi para wanita. Mereka berlomba-lomba untuk mencoba berbagai macam produk mulai dari masker, pelembap, sunscreen, serum, dan sebagainya hanya karena promosi iklan yang mereka lihat dari media sosial. Berkembangnya industri hiburan dan kecantikan Korea seiring dengan kemajuan teknologi dan sistem belanja online memudahkan semua orang untuk membeli barang tanpa pikir panjang. Tanpa disadari, jika perilaku konsumtif ini terus meningkat maka akan berdampak pada finansial kita.

Perilaku konsumerisme bertentangan dengan konsep minimalisme yang berkaitan dengan pola pikir bagaimana  seseorang dapat mengatur kebutuhannya dengan sebaik mungkin. Minimalisme bukan penghalang seseorang untuk mengikuti tren, namun jika kita hanya mengikuti ego untuk membeli barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan kita, maka akan mengakibatkan timbulnya penumpukan barang. 

Tren skincare dapat diaplikasikan dalam gaya hidup minimalis jika kita membeli produk sesuai dengan kebutuhan kulit. Adapun pembelian tersebut dilakukan secara step-by-step agar kita mengetahui dengan pasti bila ada produk yang tidak cocok pada kulit wajah. Hal ini tentu akan meminimalisir perilaku konsumtif, meningkatkan gaya hidup minimalis, serta menjaga isi kantong kita.

Daftar Pustaka

Gustam, R. R. (2015). Karakteristik Media Sosial dalam Membentuk Budaya Populer Korean Pop di Kalangan Komunitas Samarinda dan Balikpapan. E-Journal Ilmu Komunikasi, 3(2), 224-242.

Santoso, D. A., Erdiansyah, R., & Pribadi, M. A. (2019). Pengaruh Brand Awareness dan Brand Image terhadap Minat Beli Produk Kecantikan Innisfree. Prologia, 2(2), 286-290.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun