Mohon tunggu...
Fauriyah Irfah
Fauriyah Irfah Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi KOMUNIKASI

IPB UNIVERSITY

Selanjutnya

Tutup

Money

Harga Bawang Putih Menurun di Pasar Kertasari, Konsumen Tetap Sepi

2 Maret 2020   12:05 Diperbarui: 2 Maret 2020   12:30 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bogor -- Harga bawang putih mulai berangsur turun di sejumlah pasar tradisional, salah satunya di Pasar Kertasari, Bojongkerta. Pada awalnya pedagang sempat mengeluh terjadi lonjakan yang signifikan akibat wabah virus covid-19 yang sedang merebak di Tiongkok, hingga bawang putih yang merupakan komoditas impor terbesar dari negara tirai bambu setiap tahunnya itu, mengalami kelangkaan saat itu juga. 

Namun sejak pertengahan februari ini terus menurus mengalami penurunan, ini dikarenakan  stok barang yang masih normal dan aman, sehingga harga ditingkat agen mengalami penurunan."Saya membeli bawang ini kepada grosir di Bitungsari, memang dari sananya sudah turun" ujar Ari (37), pedagang pasar Kertasari, kamis (27/2/2020). Tercatat penurunan bawang putih ini dari harga 80 ribu/kg menjadi 40 ribu/kg, walaupun turun drastis masih belum mencapai harga normal atau belum stabil. Sebaliknya harga bawang merah mengalami kenaikan dari 25 ribu/kg menjadi 35 ribu/kg, adapun penyebabnya karena kurangnya stok di pasaran. 

Dok. Fauriyah Irfah / KMN55 SV IPB
Dok. Fauriyah Irfah / KMN55 SV IPB
Tampak depan keadaan Pasar Kertasari Bogor yang kumuh, tidak terawat dan sepi, Bojongkerta, Kota Bogor, Kamis, (26/2/2020) 

Pasar kertasari ini merupakan satu-satunya pasar di desa Bojongkerta, meskipun hanya terdapat satu pasar, pasar ini tetap sepi pembeli. Tidak lain halnya dengan harga, pada kenyataannya pasar ini tetap sepi meskipun harga bahan pokok (bawang putih) tersebut turun. Hal ini diakibatkan karena daerahnya kurang strategis dan minimnya masyarakat di desa bojongkerta tersebut, masyarakat yang tinggal pun lebih memilih berbelanja ke pasar Ciawi dan pasar Bogor yang lebih lengkap dan ramai. 

"Sudah lima tahun hanya saya pedagang bahan pokok di pasar ini, saya tidak banyak berharap kepada pembeli, namanya juga dikampung jadi pembelinya sedikit bahkan yang dibeli pun tidak banyak, supaya tidak rugi saya tidak membeli stok barang berkarung-karung"ujar Ari. Memang kondisi pasar ini sudah lima tahun tidak dikelola dengan baik semenjak pemilik pasarnya meninggal, sekarang lapak-lapak yang buka pun, itu sudah dibeli oleh orang lain dan sudah menjadi milik pribadi. 

Beberapa lapak yang masih buka diantarnya pedagang bahan pokok (sayuran), ayam, dan pupuk. Menurut R.Danu seorang Sekretaris Lurah desa Bojongkerta "Pasar ini berdiri sejak tahun 2000, memang sejak dulu pedagang yang menyewa lapak di pasar ini sulit mendapatkan keuntungan karena pembeli hanya mengandalkan warga sekitar yang terbilang sepi, hingga sekarang hanya tersisa beberapa lapak yaitu lapak bahan pokok, ayam dan pupuk".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun